Mongabay.co.id

Sampah Plastik, Persoalan Besar yang Harus Ada Penanganan

Proses pemilahan dan pengolahan sampah di Super Depo Sutorejo. Foto: Petrus Riski

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh setiap 21 Februari, diperingati Pemerintah Kota Surabaya di pantai Tambak Wedi, di bawah kaki Jembatan Suramadu, Sabtu (24/2/2018). Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada kesempatan itu juga mencanangkan program Tiga Bulan Bersih Sampah (TBBS). Tujuannya, menjadikan Surabaya sebagai kota yang bersih dan sehat.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, memimpin langsung 12.430 peserta aksi bersih pantai. Mereka merupakan pelajar, pegawai pemerintah dan swasta, serta berbagai komunitas. “Ayo kita ambil sampah-sampahnya, ini karungnya,” serunya.

Tidak hanya manual, Pemkot Surabaya juga mengerahkan eskavator, untuk mengeruk dan meratakan gundukan di pantai sekitar Suramadu. “Ayo kita bersihkan pantainya,” kata Risma sembari memasukkan sampah plastik yang dipungutnya dari sela bebatuan.

Kerja bakti membersihkan pantai seperti ini kata Risma, merupakan upaya mengurangi sampah yang ada di Surabaya. Termasuk, kawasan pantai yang juga menjadi muara pembuangan sampah. “Masyarakat diharapkan tidak ada lagi yang membuang sampah ke sungai atau laut,” ujarnya.

Selain membersihkan sampah, Pemkot Surabaya juga telah melaksanakan program pengurangan sampah melalui pengelolaan sampah mandiri. Sasarannya mulai dari rumah tangga atau kampung, sekolah, kampus, hotel, hingga pasar.

Baca: Sampah Plastik, Harus Ada Inovasi Pemanfaatannya

 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini turut membersihkan pantai sekitar Jembatan Suramadu pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2018. Foto: Dok. Humas Pemkot Surabaya

 

Beberapa program juga digalakkan, seperti program Merdeka dari Sampah, Green and Clean, Bersih Bantaran Sungai, Eco School, Adiwiyata, Eco Campus, serta Eco Pesantren. Tentunya, melibatkan masyarakat, dunia pendidikan, maupun kader dan fasilitator lingkungan. “Jumlah kader lingkungan di Surabaya mencapai 29.700 orang. Ada juga 540 fasilitator lingkungan yang mendorong dan memotivasi warga untuk menata kampungnya menjadi bersih dan sehat,” tutur Risma.

Penggunaan teknologi juga dipakai Pemkot Surabaya untuk mengurangi volume sampah. Seperti pengolahan sampah di tempat pembuangan sampah (TPS) 3R Superdepo Sutorejo, yang mampu mengelola sampah hingga kapasitas 20 ton per hari. Ada juga Compost Center Wonorejo dengan kapasitas 20 ton per hari, serta Pusat Daur Ulang Jambangan dengan kapasitas 20 ton per hari.

Saat ini, Surabaya memiliki  371 bank sampah yang tersebar di perkampungan dan dikelola warga. Juga, 26 rumah kompos tersebar di hampir seluruh kecamatan. Sampah sudah dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

“Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), diharapkan tidak hanya sebagai momentum, melainkan pemicu perubahan perilaku warga untuk mewujudkan Surabaya yang bersih dan bebas sampah,” terang Risma.

 

Rampok tas kresek di area Car Free Day di Jalan Raya Darmo dan Taman Bungkul Surabaya. Foto: Komunitas Nol Sampah

 

Kirim sampah

Peringatan HPSN juga ditandai dengan aksi mulung sampah plastik oleh Komunitas Nol Sampah dan komunitas lain di sekitar muara Sungai Wonorejo Rungkut sepanjang 3,5 kilometer. Sampah plastik yang diangkut itu dipilah berdasarkan merek atau produsennya. Hasilnya, sebagian besar sampah plastik kemasan tidak mencantumkan alamat produsen.

“Sampah tersebut kami kirimkan ke alamat produsen melalui kantor pos. Sementara, sampah plastik yang tidak ada merek dan produsennya, kami kirim ke Pemkot Surabaya,” kata Hermawan Some, Koordinator Komunitas Nol Sampah.

Pengiriman sampah plastik kemasan ke produsen, kata Hermawan, dimaksudkan untuk menerapkan UU 18 tahun 2008 dan PP 81 tahun 2012. Produsen bertanggung jawab atas kemasannya, dengan cara menggunakan kemasan ramah lingkungan. Atau, yang dapat didaur ulang.

“Pemerintah harus membuat peraturan tegas tentang pengurangan sampah plastik. Termasuk, tanggung jawab produsen atas kemasannya dan peraturan pembatasan kresek,” paparnya.

Baca juga: Indonesia Bebas Sampah 2020, Kemandirian Pengelolaan Sampah Harus Dilakukan

 

Para pelajar mengambil sampah plastik di pantai Suramadu. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Program pengurangan sampah plastik melalui kantong plastik berbayar di Surabaya, Jawa Timur, mampu mengurangi kresek atau kantong plastik hingga 60 persen. Ini perlu diteruskan, mengubah kebiasaan masyarakat yang masih tergantung dengan plastik.

“Bawa tas yang dapat dipakai berulang kali, bawa botol minum dan tempat makan sendiri. Jika terpaksa menggunakan plastik, upayakan yang bisa dipakai kembali atau didaur ulang,” terang Hermawan.

Selain mulung sampah dan mengirim kembali ke produsen atau Pemkot Surabaya, Komunitas Indonesia Smile Club (ISC) dan Komunitas Nol Sampah Surabaya juga ber kampanye Diet Tas Plastik di area Car Free Day, di Jalan Raya Darmo dan Taman Bungkul Surabaya, Minggu (25/2/2018).

Sebanyak 75 anggota ICS melakukan aksi rampok tas kresek para pengunjung, menukarnya dengan tas kain yang dapat dipakai berulang. “Selama proses penukaran, dilakukan juga edukasi mengapa kita harus diet tas kresek. Pada aksi ini, kami bagikan 300 tas kain gratis kepada warga,” jelas Irene Susane dari ISC.

 

Foto utama: Proses pemilahan dan pengolahan sampah di Super Depo Sutorejo, Surabaya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version