Mongabay.co.id

Area Bekas Tambang Ilegal dan Pembalakan Liar Itu jadi Taman Wisata Ilmiah

 

Lukman, teman saya sering menceritakan keindahan obyek wisata alam, Kebun Raya Kendari, di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ia terletak di Desa Nanga-nanga, Kecamatan Poasia, Kendari, sekitar 30 menit berkendara dari pusat kota.

Cerita Lukman, bikin saya penasaran. Saya belum pernah pergi, karena taman ini terbilang baru. Sayapun membuka laman Facebook.

“Itu lihat mi bagaimana hastag-nya orang-orang soal kebun raya,” kata Lukman, sambil menunjukkan ratusan hastag #kebunrayakendari di laman Facebook.

Senin sore (26/2/18), saya datang ke sana. Tak jauh dari Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara, sebelum villa mantan Gubernur Sultra La Ode Kaimudin, ada lorong kecil sebelah kiri, sekitar satu kilometer masuk, sampailah ke Kebun Raya Kendari.

“Maaf pak, sebenarnya ini tidak buka. Nanti Sabtu dan Minggu,  baru kami terima tamu,” kata penjaga kebun raya. Dia tetap mempersilakan saya masuk dengan alasan peliputan.

Saya berjalan-jalan menikmati keindahan wisata Kebun Raya Kendari ini. Suara burun-burung hutan begitu merdu terdengar, hembusan angin juga sangat sejuk. Pepohonan hijau menambah kejernihan

pikiran. Lokasi ini benar-benar indah karena berada di tengah hutan konservasi. Rumah-rumah belajar juga berjejer rapi.

Di ujung jalan berdiri tiga pria. Mereka baru saja keluar dari hutan. Kata mereka usai membersihkan kebun di ujung lokasi kebun raya. Sambil menggigit mangga,  salah seorang pria berbicara kepada saya, kini wisata Kebun Raya Kendari seperti rumah baru untuk mereka.

“Bagus juga karena tertata lokasinya,” kata Andi, nama pria itu.

Di dalam kebun raya selain menikmati keindahan hutan  dan air sungai, juga ada beberapa tempat sebagai pusat studi atau penelitian. Hal inilah yang membuat Kebun Raya Kendari biasa disebut wisata ilmiah.

Para mahasiswa dan peneliti kehutanan atau peneliti flora dan fauna jadikan kebun ini sebagai lokasi penelitian.

“Sebagai pusat belajar dan penelitian,” kata La Ode Yama, Kepala UPTD Kebun Raya Kendari.

 

Taman Raya Kendari dari ketinggian. Foto: dokumen warga

 

Bekas tambang dan pembalakan kayu ilegal

Dalam laman website resmi Kebun Raya Kendari menyebutkan, kebun ini sebagai kawasan konservasi tumbuhan eks situ. Ia berfungsi antara lain, sebagai kawasan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan.

Kebun ini dikelola pemerintah Kota Kendari dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI belum mampu mengkonservasi semua tumbuhan di Indonesia. Dengan pembangunan kebun raya daerah (KRD) jadi solusi atas keterbatasan itu.

Yama mengatakan, kebun raya ini berada di kawasan hutan, dengan tujuan khusus seluas 96 hektar.

Kebun Raya Kendari, katanya,  merupakan lahan bekas penambangan pasir dan batu serta penebangan kayu ilegal. Dengan ada kebun raya, hutan yang masih ada terlindungi dan penambangan maupun penebangan ilegal berkurang.

“Memang dulu itu lokasi illegal logging,” kata Yama.

Kala saya memasuki lokasi ini banyak alat berat dan truk pengangkut tanah timbunan. Dengan ada kebun raya, kondisi lahan berupa batuan ultra basic dan rusak karena penambangan maupun penebangan ilegal perlahan bisa pulih. Walaupun, tambang galian C, masih belum sepenuhnya tutup.

 

Rumah budidaya tanaman hutan. Ada beberapa tanaman hutan endemik Sulawesi Tenggara yang terancam punah. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

Menurut dia, dalam kebun itu berdiri taman tematik, lansekap camping ground dan gedung pameran.

“Kebun raya ini memiliki 7.000 koleksi tanaman. Ada pula ruang publik 22 hektar untuk menikmati semua wahana dan jenis koleksi yang disediakan  LIPI.”

 

Flora fauna endemik

Dalam hutan yang jadi kebun raya ini,  kata Yama,  juga menawarkan berbagai keindahan flora dan fauna endemik bahkan langka.

“Ada tiga koleksi utama dan khas kita, yaitu ruruhi (sisgium sp), lobe-lobe, singi. Semua flora asli Sultra,” kata Yama.

Untuk fauna endemik, seperti primata Sulawesi Tenggara,  jenis Maccaca ocreata sp, rangkong, ayam hutan wajah biru, ular piton dan beberapa satwa lain.

“Bisa kita temui tapi kita harus menunggu beberapa saat. Karena memang satwa-satwa ini risih dengan keramaian,” katanya.

Sebagai tambahan data, kebun raya ini dibangun dalam empat tahap dengan dana Rp60 miliar, turun bertahap. Tahap pertama, Rp12 miliar, kedua Rp11 miliar dan tahap ketiga maupun keempat belum diketahui karena masih proses pengerjaan.

 

Camping ground jadi sebagai lokasi berswafoto pengunjung. Foto: Kamarudin/Mongabay Indonesia

 

Potensi wisata

Wa Ode Arnas Gusri, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Kendari, mengatakan, ada empat obyek wisata sedang dikembangkan Pemerintah Kendari. Yakni, Kebun Raya Kendari, Teluk Kendari, Tahura Nipa-Nipa dan Pantai Nambo.

“Itu sebagian besar, selebihnya bisa kita kenalkan juga seperti air jatuh amarilis, dan beberapa wisata lain,” katanya.

Wisata Kebun Raya Kendari, katanya,  walau masih baru sudah menunjukkan kemajuan luar biasa. Setiap hari, pengunjung tercatat 100 sampai 300 orang. Meningkat lagi pada Sabtu dan Minggu.

Selain itu, katanya, Pemerintah Kendari juga mengembangkan industi pariwisata meeting, incentive, convention dan exhebition (MICE). “Ini kita akan bangun, kita bisa menjual destinasi wisata sebagai lokasi pameran atau pertemuan besar.”

Foto utama: Camping ground jadi sebagai lokasi berswafoto pengunjung. Foto: Kamarudin/Mongabay Indonesia

 

Jalan-jalan yang menghubungkan antara satu tempat yakni rumah-rumah belajar untuk pengunjung. Foto: Kamarudin/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version