Mongabay.co.id

Menuju Asian Games, Bagaimana Kualitas Udara Jakarta dan Palembang?

Informasi Asian Games pada tiang proyek monorel gagal di sekitar Gelora Bung Karno, Jakarta. Bagaimana kualitas udara Jakarta, di sekitar wilayah pertandingan? Foto: Sapariah Saturi

 

 

Agustus tahun ini, Indonesia akan jadi tuan rumah perhelatan olahraga, Asian Games. Pesta pertandingan olahraga terbesar se-Asia itu akan berlangsung di dua kota, Jakarta dan Palembang.

Menyambut gelaran akbar ini, pemerintah berupaya membangun berbagai infrastruktur, seperti renovasi komplek olahraga Gelora Bung Karno (GBK).  Pembangunan transportasi massal seperti light rail transport (LRT) di Jakarta dan Palembang juga berlangsung.

Tampaknya ada yang luput dari segala persiapan, yakni kualitas udara padahal ia akan mempengaruhi performa para atlet yang bakal bertanding. Di Palembang, ancaman terbesar kualitas udara yakni kebakaran hutan dan lahan. Di Jakarta, udara tak bisa disebut baik.

Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) pertengahan bulan lalu mengatakan, kualitas udara buruk berdampak pada kenyamanan hidup dan masalah kesehatan seperti ISPA, asma, pneumonia, bronchopneumonia, COPD (penyempitan saluran pernafasan), kanker, jantung coroner, down syndrome, cacat fisik, tremor, dan lain-lain.

Kasus di , Jakarta misal, 58,3% warga terpapar penyakit karena pencemaran udara. Data 2016 menyebut, biaya pengobatan penyakit karena pencemaran udara mencapai Rp51,2 triliun.

Karhutla pun, membuat kesehatan masyarakat makin rentan. Data WHO 2014 menyatakan, seperdelapan kematian manusia di seluruh dunia karena pencemaran udara.

Hasil pemantauan kualitas udara di berbagai kota yang dikeluarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2012-2016 memperlihatkan, ada risiko laten paparan tinggi berbagai parameter seperti PM10, PM 2,5, SO2, O3, CO, NOx, dan Pb.

Untuk PM 2,5 rata-rata tahunan melampaui standar WHO yang ditetapkan sebesar 12µg/m3. Pekanbaru, Palembang, Palangkaraya, Jakarta dan Bandung, pada posisi tertinggi.

“Jakarta memiliki indeks standar pencemaran udara PM 2,5 tinggi sepanjang tahun bahkan sebagian berkategori berbahaya.  Pencemaran PM 10 Jakarta sepanjang tahun juga berbahaya,” katanya.

“Di Jakarta,  sumber pencemaran karena kepadatan kendaraan bermotor dan industrialisasi, di Palembang,  sumber pencemaran transportasi, industri dan pembakaran hutan dan lahan. Sudah pasti ini juga jadi ancaman bagi para atlet yang akan bertanding di Asian Games. Para atlet berisiko terjangkit penyakit karena pencemaran udara,” katanya.

Selain terancam gagal mencapai rekor mereka dalam pertandingan, para atlet juga berisiko sakit lebih tinggi. Sebab,  atlet memerlukan 10-20 kali lipat volume udara untuk bernafas saat berlatih atau bertanding.

Dengan begitu, katanya, udara yang terpapar pencemaran akan berdampak fatal bagi kesehatan atlet.

“Untuk mencapai rekor, atlet memerlukan kualitas udara dalam kategori baik, bukan sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat apalagi berbahaya,” katanya.

Untuk kualitas udara Jakarta,  dalam kategori baik rata-rata pada kisaran 26-76 hari dalam setahun. Palembang, juga memiliki kualitas udara tak terlalu baik dibandingkan Jakarta.

“Maka atlet yang akan berlatih dan bertanding akan mengalami risiko sama,” katanya.

Dia mendesak, pemerintah menerapkan air quality management ketat dan konsisten baik sektor transportasi, industri, pertambangan, konstruksi, pengelolaan hutan dan lahan, pengolahan sampah dan lain-lain.

 

Sumsel, sebagai salah satu provinsi rawan kebakaran. Bagaimana persiapan jelang Asian Games? Sumber: Aliansi Organisasi Masyarakat Sipil Sumsel

 

Masukan mereka…

Dalam konteks Asian Games, dia meminta presiden memerintahkan Pemerintah Jakarta dan Palembang menghentikan sumber dan menurunkan pencemaran udara.

Dia mengusulkan bermacam cara, seperti pengelolaan lalu lintas dan angkutan jalan raya seefektif mungkin seperti larangan truk beroperasi siang hari di dalam kota, dan penetapan zona rendah emisi– kawasan hanya boleh diakses kendaraan rendah emisi. Juga uji emisi, penerapan pajak progresif dikaitkan tingkat emisi kendaraan, hanya mengizinkan distribusi BBM berkualitas baik dan BBG.

Dia juga meminta pemerintah menghentikan sementara pabrik dengan polusi tinggi, seperti PLTU, pabrik semen, smelter logam, pembakaran sampah dan lain-lain.

Pemerintah, katanya,  juga harus menghentikan permanen pabrik yang mengemisi limbah bahan beracun dan berbahaya, menghentikan sementara bus-bus kota tak terawat dan berasap hitam, serta kendaraan dua tak.

Juga merazia kendaraan tak memenuhi baku mutu emisi, razia pembakaran kabel, aki bekas, sampah elektronik, alumunium foil dan lain-lain yang sering dilakukan industri rumahan.

Kemudian, penghentian sementara bengkel cat pinggir jalan, pelarangan angkutan sampah dan material bangunan tanpa penutup, pemantauan kualitas udara ambient, roadside, maupun indoor terutama venue Asian Games. “Juga langkah konkret dari hasil pemantauan,” katanya.

Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia mengatakan, seharusnya pemerintah sudah mengantisipasi dampak pencemaran udara yang bisa berdampak pada kesehatan atlet yang bertanding.

Kalau penyelenggaraan Agustus, katanya, berarti Juli, para atlet sudah banyak datang dan latihan.

“Seharusnya,  sudah bukan diskusi lagi, tapi ada tindakan riil. Mau bagaimana transportasinya? Sumber bergerak dan tidak bergerak. Katakanlah sumber bergerak akan ada rekayasa jalur transportasi. Sumber tak bergerak bagaimana?”

Dia bilang, PLTU sekitar Jakarta, juga menyumbang polutan dan harus ada tindakan khusus. “Jangankan PLTU, industri di Jakarta juga bagaimana? Kan ada pembangunan smelter, peleburan baja dan lain-lain,” kata Bondan.

Data Pemerintah Jakarta 2015, menyebutkan, industri menyumbang polutan besar 29%, sekitar 21% dari transportasi.

“Apakah data itu masih sama? Sebelum ke situ, sebelumnya harus ada publis dulu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Badan Lingkungan Hidup Jakarta.”

Kemudian sumber-sumber tak bergerak seperti industri, katanya, juga mengeluarkan sumber polutan tinggi.

“Apakah itu ada rencana untuk ditutup? Atau ada pengawasan segala macamnya? Kalau belajar dari Beijing dalam penyelenggaraan Olimpiade, sebelum penyelenggaraan sudah ditutup dulu. Sumber-sumber tidak bergerak yang mengeluarkan polutan besar ditutup demi udara lebih baik. Itu mungkin saja dilakukan di Jakarta dan Palembang.”

Puji Lestari, dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, Indonesia bisa belajar dari Tiongkok kala ada gelaran besar.

“Asian Games, apa yang bisa dilakukan?  Kita bisa belajar dari China saat mereka menyelenggarakan Olimpiade. China shut down pabrik-pabrik satu atau tiga bulan sebelumnya,” katanya.

Kala itu, katanya, hanya boleh kendaraan listrik lalu lalang di sekitar lokasi penyelenggaraan olimpiade. “Mobil-mobil yang gunakan bahan bakar kotor tak boleh beroperasi satu bulan sebelumnya. Itu juga salah satu yang bisa dilakukan.”

Dasrul Chaniago, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK mengatakan, Palembang PM 2,5 pada posisi 12-15. Jadi, katanya, kalau tak ada karhutla, gambut dan semak-semak, Palembang sangat nyaman.

KLHK,  sudah memasang alat pemantau udara satu unit di Palembang pada 2016. Pada 2018 akan menambah dua lagi.

“Untuk Jakarta, sedang komunikasi dengan Gelora Bung Karno, kalau boleh kami memasang alat AQMs. Mudah-mudahan bulan ini bisa dipasang dan dioperasikan. Para ahli bilang, atlet bisa memecahkan rekor pada kondisi baik.”

Kalau Palembang, katanya, tanpa karhutla masih memungkinkan udara ikuti standar WHO tetapi Jakarta, sulit. Dia bilang, kualitas udara Jakarta penuhi standar WHO, kala saat sepi,  Lebaran atau tahun baru.

Panitia Asian Games, katanya, hanya KLHK ikut berperan.  “Peran kami mengukur. Kita tak memberikan rekomendasi. mendingan mana mengukur atau tidak?”

Dia bilang, sudah bertemu Dinas Perhubungan Jakarta, salah satu cara rekayasa lalu lintas.

“Tugas saya mengukur [kualitas udara].  Tak mungkin tugas saya mengatur lalu lintas. Kami gak punya polisi lalu lintas. Kami punya pemadam kebakaran. Itu yang nanti disiagakan di Palembang. Tak hanya Manggala Agni, ada peran instansi lain, seperti Brimob, tentara dan segala macam upaya BNPB maupun daerah.”

 

Foto utama: Informasi Asian Games pada tiang proyek monorel gagal di sekitar Gelora Bung Karno, Jakarta. Bagaimana kualitas udara Jakarta, di sekitar wilayah pertandingan? Foto: Sapariah Saturi/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version