Mongabay.co.id

Belasan Penyu Terjebak Dalam Bak Penampung PLTU Teluk Sirih, Ada Videonya…

 

Sekitar 12 penyu terjebak di dalam bak penampung atau bejana (intake) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih, Sumatera Barat. Penyu-penyu ini diduga masuk melalui pipa-pipa saluran air di dalam laut kemudian terperangkap ke dalam intake.

Belum diketahui pasti kapan penyu-penyu ini terperangkap, namun mereka sudah dievakuasi dan dilepas ke laut lepas. Sepuluh penyu lepas di Perairan Sinyaru pada Kamis (22/3/18), sisanya, di pantai pasir Jambak, setelah sebelumnya menjalani observasi dan pengobatan di Jambak Sea Turtle Camp karena kondisi tubuh lemah dan mengalami luka-luka di bagian mata.

Muhammad Yusuf,  Kepala BPSPL Padang, mengatakan,  awal mula tahu penyu di dalam intake PLTU saat seorang pengunjung konservasi penyu di Pasir Jambak mengatakan pernah melihat hewan serupa di dalam bak penampungan PLTU.

Mendengar informasi ini, BPSPL Padang bersama tim terpadu Camp Sea Turte Jambak, Harfiandri Damanhuri peneliti penyu dari UBH Padang,Yayasan Cahaya Maritim, BKSDA Sumbar, Satker TWP Pieh dan dokter hewan mengecek ke lokasi. Ternyata benar.

“Kami dapat info Sabtu (17/3/18) dari pengunjung yang sedang berlibur di Pantai Pasir Jambak. Kami curiga kok PLTU pelihara dalam bak, akhirnya BPSPL Padang bersama tim terpadu mengcek ke lokasi dan benar, beberapa penyu di dalam bak besar,” katanya.

Setelah pengecekan, tim rapat, pada Senin dilakukan evakuasi dari dalam intake. Awalnya, tim menghitung ada 10 penyu, ternyata setelah evakuasi, masih ada tertinggal dua lagi. Karena hari sudah malam evakuasi dua penyu lanjut keesokan hari.

 

Proses evakuasi penyu dari dalam intake PLTU menuju UPTD Balai Benih Ikan Pantai (BBI) Teluk Buo. Foto: Yani, Cahaya Maritim/ Mongabay Indonesia

 

Untuk mengeluarkan penyu-penyu berukuran besar dengan berat mencapai seratus kilogram ini, tim pakai crane yang telah dipasangkan jaring agar penyu tak terluka.

Setelah keluar, , penyu direlokasi ke UPTD Balai Benih Ikan Pantai, Teluk Buo,  tidak jauh dari PLTU. Kesehatan penyu diperiksa, kemudian pengukuran serta pasang penanda (taging metal) pada kaki kanan untuk mengetahui populasi dan sebaran dan daerah jelajah saat penyu sudah dilepaskan ke alam.

Dari hasil pengecekan diketahui ini penyu hijau (Chelonia mydas L) atau green turtle dan penyu sisik (Eretmochelys imbricate) atau hawksbill turtle. Berat penyu mulai 13,5 kilogram hingga terbesar 120 kilogram, dengan panjang mulai 50 sentimeter hingga 105 sentimeter.

Dari 12 penyu itu, 10 dalam kondisi sehat hingga layak lepas,  dua lagi mengalami penurunan daya tahan tubuh dan terdapat luka-luka jadi harus dirawat terlebih dahulu.

“Saat pengecekan ada dua penyu mengalami body scoring rendah dan lemah serta luka di bagian mata,” kata dokter Hewan Idham Fahmi.

 

Pengawasan lemah

Masuknya penyu ke dalam bejana PLTU Teluk Sirih bukan pertamakali ini. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat, Yosmeri mengatakan, sebelumnya pernah ada laporan masuk dua penyu masuk intake kemudian dilepaskan ke perairan.

Penyu-penyu di dalam intake masuk melalui pipa-pipa sekitar lima sampai tujuh meter di bawah permukaan laut yang terhubung ke dalam intake.

“PLTU memerlukan air laut untuk memutar mesin, ia memiliki pipa dari laut ke intake dari pipa-pipa itulah berbagai benda laut masuk, ada ikan, sampah bahkan manusia yang berenang sekitar sana bisa masuk,” ucap Yosmeri.

 

Penampakan dari udara PLTU Teluk Sirih yang tak menggunakan border buffer zone

 

Di dalam intake ada saringan, semua benda masuk terkumpul di saringan itu. Saat petugas PLTU memonitor, membersihkan saringan tampaklah penyu, kemudian dilaporkan ke DKP.

“Kita turunkan tim untuk mengevakuasi, kita sudah ada perjanjian kerjasama dengan PLTU, sewaktu tersangkut dua penyu dua tahun lalu. Jika ada penyu terperangkap lagi, tolong laporkan ke kami.”

Menanggapi hal ini, Ade Edward, Ahli Geologi Lingkungan juga Tim Teknis Komisi Amdal Sumbar mengatakan, penyu masuk intake karena tak ada border buffer zona atau zona penyangga yang menjadi kawasan pelindung.

Padahal, katanya, setiap saluran inlet/intake harus ada beberapa tahap penyaring dan zona penyangga yang dilingkupi alat penyaring.

“Gunanya untuk pengamanan, baik itu pengamanan barang-barang mereka dari benda asing maupun pengamanan benda atau biota laut dari luar agar tidak masuk ke saluran.”

Saluran atau jaringan di bawah laut, katanya,  biasa berupa pipa.  Kemungkinan jaringan hanya satu atau dua hingga tekanan isap sangat tinggi, benda-benda laut dapat tersedot termasuk penyu.

Jadi, katanya, jaring harus menjadi filter tahap pertama. Buffer zone ini wajib ada pada setiap intake baik di laut, danau maupun sungai.

Artinya, kata  Ade, penyebab utama penyu masuk karena tak ada zona penyangga dengan pembatas harus dipasang pelampung dan jaring sampai ke dasar laut minimal radius 100 meter.

“Jika diperhatikan dari foto udara, di lokasi intake PLTU Teluk Sirih tak terlihat ada buffer zone, ini berbeda dengan penampakan foto udara PLTA Maninjau,” katanya.

Kejadian berulang penyu masuk ke saluran intake karena tak ada buffer zone diduga karena pengawasan lemah dari dinas terkait dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Sumbar.

“Di dalam amdal ada lampiran UKL-UPL, pemantauan seharusnya per-tiga bulan, berapa kali memantau, siapa yang memantau,  apa-apa yang dipantau lalu kalau pemantauan tidak sesuai standar?”

DLH, katanya,  harus mengevaluasi agar pemilik kegiatan mengikuti aturan. “Kalau tidak beri peringatan satu, dua tiga bahkan disetop.  Pertanyaanya,  apakah DLH melakukan itu? Jika tidak lembaga terkait bisa menuntut.”

Hingga berita ini diturunkan, baik DLH maupun PLTU enggan berkomentar terkait masalah ini.

 

Penyu hijau  berat 120 kilogram saat dievakuasi dari dalam intake PLTU Teluk Sirih. Setelah dilakukan evakuasi total ada 12 penyu yang masuk ke dalam intake itu. Foto: Yani, Cahaya Maritim/ Mongabay Indonesia

 

Perairan bagus?

Indra Junaidi Zakaria, peneliti terumbu karang dari Universitas Andalas mengatakan, kawasan perairan cukup baik untuk habitat penyu. Pada beberapa kali penyelaman di perairan PLTU Teluk Sirih, dia menemukan beberapa penyu.

“Pengalaman menyelam di Teluk Sirih termasuk juga Teluk Buo untuk penelitian ikan karang, terumbu karang sejak 2000, 2001 dan awal 2002 kemudian 2004 dan 2007 dan 2008. Sebelum ada pembangunan PLTU Teluk Sirih, hanya dua kali menjumpai penyu hijau. Itupun tidak mendarat karena jantan,” katanya.

Setelah ada PLTU lokasi tertutup hingga nelayan tak bisa bebas masuk. “Sekitar setahun lalu saya dapat informasi dari mereka yang menyelam di Teluk Sirih untuk pemantauan UKL dan UPL-nya, ditemukan sembilan penyu penyu hijau dan lekang,” katanya.

Dia bilang, penyu meningkat datang, karena lokasi PLTU jarang terganggu dan perairan cukup hangat bagi penyu. Kawasan ini, katanya,  sudah ditumbuhi rumput laut dan beberapa makanan penyu.

“Jadi mereka ramai-ramai ke sana. Untuk lebih ilmiahnya tim Biologi Universitas Andalas akan coba amati.”

 

 

10 penyu yang akan dilepaskan di perairan Sinyaru. Penyu ini dievakuasi dari dalam intake PLTU Teluk Sirih. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version