Mongabay.co.id

Solidaritas dan Semangat Komunitas Pada Kedatangan Kapal Rainbow Warrior

Antrean orang dewasa dan anak-anak mengular di ruang tunggu penumpang Pelabuhan Benoa, Bali pada Sabtu (14/4/2018) lalu. Mereka memperlihatkan bukti tiket pendaftaran lewat ponselnya ke relawan yang bertugas sebelum masuk ke kapal Rainbow Warrior yang membuka kunjungan publik gratis selama dua hari pada 14-15 April.

Kapal layar prototype kedua yang mulai berlayar pada 2011 ini kali ini membuat tagline kampanye Bali Go Renewable yang dibentangkan pada tiang-tiangnya. Ada juga dalam Bahasa Indonesia bertuliskan, Bali Saatnya Beralih ke Energi Terbarukan.

Ini merujuk kampanye Greenpeace di Bali yang memprotes pembangunan instalasi baru Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang yang digerakkan batu bara di Kabupaten Buleleng. Saat ini Greenpeace Indonesia bersama 3 warga dengan kuasa hukum Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali sedang bersidang di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Denpasar menggugat Surat Keputusan (SK) Gubernur Bali No.660.3/3985/IV-A/DISPMPT tentang izin lingkungan PLTU Celukan Bawang.

baca : Sang Ksatria Pelangi Datang Bawa Pesan Jaga Alam Nusantara

 

Seorang anak sedang bermain di sela kunjungan ke kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace di Pelabuhan Benoa, Bali pada Sabtu (14/4/2018). Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Di dermaga pelabuhan, ada sejumlah stan-stan komunitas dan lembaga terkait isu lingkungan yang mendapat akses memperkenalkan kegiatan serta produknya. Mulai dari kios terbuka yang memajang beberapa produk dari energi panas matahari ditempeli stiker Enter Nusantara, kependekan dari energi terbarukan nusantara. Ria Moenib, salah satu anggota komunitas Enter ini menjelaskan tiap produk seperti charger ponsel dari panel solar cell, lampu, senter, tumbler wadah minuman, dan lainnya. Puluhan jenisnya.

Sejumlah anak-anak memainkan mainan pesawat yang baling-balingnya berputar jika terkena sinar matahari. Sebelum bisa dimainkan harus dirakit dulu seperti lego, bongkar pasang. “Sayangnya sebagian besar masih impor, onderdil dan panelnya,” ujar Ria. Lewat mainan dan produk keperluan sehari-hari ia memperkenalkan alternatif energi selain listrik yang saat ini masih kebanyakan diproduksi dari batu bara.

Stan-stan lain juga beragam. Bahkan lintas isu, misalnya hak atas tanah dan penolakan bandara baru Yogyakarta yang merampas petani Kulon Progo yang disuarakan dalam berbagai produk dan bulletin oleh aktivis dari Jogja oleh Needleandbitch.

baca : Kunjungi Kapal Rainbow Warrior, Menteri Susi Ajak Masyarakat Papua Jaga Lautnya

 

Ibu dan anaknya mencoba memanen sinar matahari di charger ponsel dengan solar panel dari stan produk alternatif. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Ada juga TRI Handkerchief, program kampanye dari sebuah saputangan dan hasil penjualan didonasikan ke sejumlah lembaga lingkungan. Saputangan dibuat dari kain linen hotel atau villa, biasanya sprai. Diwarnai ulang dan dicetak desain peta-peta itu. Ada sejumlah sponsor seperti restoran dan hotel pendukung ditunjukkan dalam titik-titik peta itu.

Saputangan juga sebagai simbol kampanye pengurangan penggunaan kertas dalam keseharian. Tak hanya pengganti tisu, tapi tim kreatif TRI membuat sejumlah informasi edukasi menarik apa yang bisa dihemat dari selembar saputangan. Misalnya wadah botol air, makanan, penutup kepala, masker, membungkus sendok dan garpu di meja makan, dan lainnya.

Kampanye keragaman pangan dan pengurangan penggunaan minyak sawit dipamerkan Yayasan Wisnu dan rekan-rekannya melalui produk sabun dari minyak kelapa dan bahan rempah serta kue-kue dari umbi. Hampir sama dengan stan Pengalaman Rasa dari Rumah Intaran, selain pangan lokal juga memperlihatkan desain materi kemasan alami.

Ada lagi yang ingin menarik warga menggunakan tumbler wadah air minum dengan desain dan bahan menarik melalui Earth Bottles. Produk perawatan tubuh alami dari Embun, kaos dan desain cukil dari Kolektif Denpasar, dan lainnya.

baca : Mampir di Bali, Kapal Rainbow Warrior Jadi Tonggak Sejarah Visi Kelautan Indonesia 2025

 

Kampanye Rainbow Warrior tahun ini adalah energi terbarukan, misalnya mempersilakan stan produk solar cell. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Memberikan ruang bagi ide-ide yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi tekanan pada bumi ini menjadikan kedatangan kapal Rainbow Warrior ini menambah pengetahuan warga yang datang. Ada juga diskusi-diskusi tambahan serta pementasan seni yang menghubungkan gerakan penyelamatan lingkungan. Misalnya diskusi tentang tata kelola keruangan Bali dari segi kapasitas air bersih oleh Yayasan IDEP dan Walhi Bali.

Sebelum bisa masuk ke kapal, warga antre lagi menunggu giliran tur di dalam kapal yang dipandu para relawan dari Indonesia. Dari pagi sampai sore selama dua hari, para relawan bergantian mengajak warga berkenalan dengan kapal, sejarahnya, mesin kemudi, sampai mengenal isu-isu yang dikampanye di seluruh belahan dunia. Di Indonesia selain soal batu bara sebagai sumber energi kotor, juga pembabatan hutan.

Tiap kloter rombongan tur kapal mendapat sambutan penjelasan dua relawan tentang sejarah singkat kapal. Melody adalah salah satu relawan. Ia memulai menggugah pengunjung jika Rainbow Warrior ketiga ini paling ramah lingkungan. Selain dikemudikan oleh angin dari layar-layarnya yang lebar juga ada kebijakan pemilahan sampah ketat dan pengelolaan limbah.

Hal menarik lainnya adalah keberagaman tim kapal yang terdiri dari berbagai latar belakang keahlian ini. Saat ini misalnya perjalanan Jelajah Harmoni Nusantara ke Manokwari, Bali, dan Jakarta ini berasal dari 14 kebangsaan termasuk Indonesia. “Didesain untuk dokumentasi kerusakan lingkungan dan penelitian,” urai Melody.

 

Pameran foto aksi dan kampanye Greenpeace Indonesia dan global di deck kapal yang open public selama dua hari di Bali. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Benda-benda kecil jejak sejarah juga diperkenalkan seperti patung lumba-lumba karya seniman Jerman untuk Rainbow Warrior III dan bel bertahun 2011. Rainbow Warrior pertama dibom pada tahun 1985 saat berkampanye menghentikan uji coba nuklir di Pasifik. Rainbow kedua memasuki waktu pensiun dari tugasnya di Greenpeace pada 16 Agustus 2011.

Dari ruang kemudi, ada warga bertanya apakah kapal ini memiliki sistem pertahanan dari serangan? Sabina, salah satu crew menjawab dengan senyum, “Kami Greenpeace tidak seperti kapal tentara, pernah bantu nelayan hilang di laut,” sebutnya.

Setelah itu pengunjung dipersilakan ke Conference Room dan disambut pemutaran film pendek soal aktivitas dan kampanye Greenpeace. Juga ajakan ikut terlibat karena operasional tergantung donasi publik. Nama-nama donatur tercatat di sebuah spanduk warna hijau yang berisi titik-titik jutaan nama dan diproyeksikan menjadi bentuk-bentuk binatang.

 

Kampanye Bali

Sejak hari pertama melabuh di Pelabuhan Benoa, Greenpeace Indonesia sudah menyatakan dukungannya pada gerakan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) Teluk Benoa. Misalnya dalam jumpa pers pada 13 April 2018.

Dikutip dari siaran pers, juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika menjelaskan kedatangan kapal Rainbow Warrior membawa beberapa isu, di antaranya energi, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa, dan kesadaran publik terhadap penggunaan plastik. Wayan “Gendo” Suardana Koordinator ForBALI menyebut kedatangan kapal Rainbow Warrior sebagai pemantik semangat untuk terus berjuang untuk melawan investasi dahsyat dan didukung penguasa.

 

Foto udara dari aksi pembentangan spanduk di Teluk Benoa mendukung gerakan warga dan ForBALI menolak rencana reklamasi. Foto: Arsip ForBALI

 

Setelah sesi konferensi pers tersebut selesai, dilanjutkan dengan foto bersama antara para Bendesa Adat penyangga Teluk Benoa bersama Kapten Kapal Rainbow Warrior, perwakilan dari Greenpeace Indonesia, para aktivis tolak tambang emas Tumpang Pitu Banyuwangi, dan para aktivis tolak reklamasi Teluk Benoa. Acara kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi kapal Rainbow Warrior.

Keesokan hari pada 14 April, dilanjutkan aksi membentangkan spanduk berukuran 15×9 meter bertuliskan Reject Reclamation of Benoa Bay dan dua spanduk berukuran masing-masing 10×15 meter dengan pesan Batalkan Perpres No.51/2014. Menyematkan nama Walhi Bali, ForBALI, Greenpeace.

Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak dalam kesempatan terpisah menyatakan dukungan pada ForBALI sudah jelas karena penolakan warga yang massif harus dipertimbangkan. Menurutnya sudah banyak alasan yang dikemukakan di publik terkait alasan penolakan seperti ekologis dan sosial budaya. “Jelas bias kepentingan investor tertentu, sudah cukup untuk mendukung gerakan tolak reklamasi,” katanya. Kebijakan sebuah kawasan harus ada pilihannya. Mau tetap seperti sekarang dengan upaya pengurangan sampah plastik dan edukasi atau jadi beton melalui pulau artifisial.

 

Exit mobile version