Mongabay.co.id

Antisipasi Kemarau, Warga Perigi Talang Nangka Swadaya Buat Sekat Kanal

Danau yang mengering di lahan gambut. Foto: Rhett Butler/Mongabay

Mengantisipasi kekeringan persawahan dan pertanian di lahan gambut, masyarakat Desa Perigi Talang Nangka, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, membangun sekat kanal di irigasi persawahan yang dicetak pemerintah dua tahun lalu. Sekat yang dibangun secara swadaya ini rencananya dibuat sebanyak delapan buah.

“Kami membangun sekat ini swadaya,” kata Edi Rusman, ketua kelompok tani desa tersebut, Sabtu (21/4/2018). “Rencananya delapan sekat. Saat ini baru tiga yang selesai menggunakan gelam, plastik, dan tanah yang dimasukkan karung. Harapan kami, saat kemarau melanda persawahan tetap digenangi air atau tidak terlalu kering, sehingga dapat ditanami padi.”

Selain itu, irigasi yang airnya mengalir ke wilayah Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan Sebokor, tidak dapat dilalui perambah untuk masuk ke wilayah konservasi tersebut. “Kami yakin, sekat ini membuat perambah sulit menggunakan perahunya. Jarak antarsekat kami buat per seratus meter. Jadi, hampir satu kilometer mereka harus mengangkat perahu jika ingin masuk kawasan. Itu cukup sulit, memakan banyak tenaga dan waktu,” jelasnya.

Baca: Perajin Perigi Talang Nangka “Lelah” Membuat Tikar Purun, Mengapa?

 

Persawahan di Desa Perigi Talang Nangka, Kabupaten OKI, yang semula lahan gambut yang sering terbakar. Foto: Dok. Edi Rusman

 

Perambah ini, ujar Edi, adalah warga yang sejak puluhan tahun masuk ke kawasan untuk mencari kayu, ikan, dan berkebun. Lahan yang selama ini dinyatakan masyarakat desa sebagai lahan adat, yang sempat ditunjuk pemerintah sebagai lokasi HPH PT. Wiaya Murni dan Daya Penca, kemudian ditetapkan sebagai SM Padang Sugihan Sebokor. Kondisi ini, akhirnya membuat warga yang sering masuk kawasan disebut perambah.

“Jujur saja, dulu warga yang masuk kawasan tidak pernah ditangkap. Tapi, sejak hadirnya perusahaan perkebunan sawit dan HTI di sekitar kawasan, yang menurut saya sebagai penyebab mengeringnya gambut sehingga lahan gampang terbakar, membuat warga dilarang atau akan ditangkap jika masuk kawasan. Artinya, dulu saat warga membakar semak untuk mencari ikan di kawasan, apinya tidak menyebar seperti sekarang ini karena gambutnya masih basah,” jelasnya.

Inisiatif warga membangun delapan sekat di irigasi tersebut hadir setelah melakukan pertemuan dengan BKSDA Sumsel. “Warga siap mendukung program BKSDA Sumsel untuk melakukan penanaman di lahan yang rusak, yang berbatasan dengan persawahan dan pertanian desa,” katanya. Desa Perigi Talangnangka, merupakan satu dari 14 desa dari tiga kecamatan, yang memang berbatasan langsung dengan SM Padang Sugihan Sebokor.

 

Rencananya, ada delapan sekat kanal yang dibuat di irigasi persawahan di lahan gambut Desa Perigi Talang Nangka, Kabupaten OKI, Sumsel. Foto: Dok. Edi Rusman

 

Dampak harga karet turun

Sebelum era 1970-an, kawasan SM Padang Sugihan Sebokor merupakan hutan primer. Perubahannya menjadi hutan sekunder bermula saat kawasan ini diperuntukkan sebagai areal konsesi HPH. Proses degradasi kawasan berlanjut ketika dibuatnya kanal-kanal yang menyodet dari Sungai Air Padang ke Sungai Air Sugihan sehingga membelah kawasan.

Pembuatan kanal-kanal dilakukan karena awalnya disiapkan untuk areal transmigrasi. Akan tetapi, dengan pertimbangan kondisi kawasan yang merupakan habitat asli gajah sumatera dan tujuan penggiringan gajah liar yang ada di kawasan sekitarnya, diputuskan perubahan status kawasan menjadi suaka margasatwa.

Baca juga: Derita Warga Desa Perigi Talang Nangka yang tidak Memiliki Lahan dan Dicap Perambah

 

Lahan cetak sawah yang berubah menjadi kolam di Desa Perigi Talang Nangka, Kabupaten OKI, Sumsel. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

 

Degradasi kawasan SM Padang Sugihan ternyata tidak berhenti, sebab kebakaran hutan terjadi hampir setiap tahun di wilayah ini saat musim kemarau datang. Terakhir 2015, yang hampir setengah dari kawasan seluas 80-an ribu hektar ini terbakar. Plus aktivitas ilegal masyarakat sekitar seperti penebangan liar dan perambahan menyebabkan laju deforestrasi di SM Padang Sugihan Sebokor kian tinggi.“Pada dasarnya, akibat menurunnya harga getah karet di desa menyebabkan warga terpaksa mencari pendapatan lain, misalnya mencari kayu dan ikan ke kawasan,” kata Amir, Kepala Desa Sebokor ketika menghadiri sosialisasi kebakaran hutan dan lahan yang diselenggarakan BKSDA Sumsel, di kantor Desa Sebokor, Jumat (20/4/2018).

Dijelaskan Amir, dari 2.000-an warga desanya, sebagian besar hidup mereka bergantung pada kebun karet. “Karena harga karet menurun dalam beberapa tahun, sebagian terpaksa menjadi buruh sawit, atau masuk ke kawasan mencari kayu dan ikan. Tapi itu, dilakukan sesekali terutama pada saat musim kemarau,” jelasnya.

Menurut Amir, sebenarnya banyak potensi ekonomi di desanya yang dapat dikelola masyarakat. Misalnya di sektor perikanan. Banyak ikan sungai dan rawa yang dijual warga ke Palembang, tapi dijual masih dalam keadaan hidup. Sedikit sekali yang diolah menjadi ikan asin atau sale ikan. Sementara tradisi membuat ikan sale dan ikan asin masih dilakukan warga.

“Jika didukung banyak pihak, baik teknologi, modal dan pemasaran, saya dan warga siap mengembangkan potensi ekonomi ini. Dengan begitu, warga benar-benar menjaga kawasan, dan tidak ada lagi yang diam-diam merambah atau mencari ikan di sana,” tandasnya.

 

Foto utama: Danau yang mengering di lahan gambut. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

 

Exit mobile version