Mongabay.co.id

Asyiknya Berwisata Perpaduan Sasak-Korea di Lombok Tengah. Begini Ceritanya…

Berkunjung ke Pulau Lombok, ada satu destinasi yang menarik, alami dan masih jarang dikunjungi, yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak yang bergaya kolaborasi Sasak-Lombok dan Korea. Perpaduan lanskap laut, bebukitan, dan hutan.

Pengendara disambut sebuah teluk dengan ratusan keramba jaring apung di Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Terlihat tenang saat teluk sepi aktivitas nelayan dan pembudidaya. Berseberangan dengan teluk ada gerbang bergaya Sasak dengan tulisan Taman Wisata Alam Gunung Tunak-Ecotourism Park Indonesia-Korea Cooperation.

Saat di kawasan gedung TWA ini warga bisa melihat lanskap teluk dengan leluasa. Bentuknya melengkung dengan bebukitan di sekitarnya. Udara bukit dan laut teras menyegarkan, menurunkan suhu panas.

baca : Biru Lazuardi Pesisir Selatan Lombok

 

Gerbang bergaya Sasak menyambut pengunjung di Taman Wisata Alam (TWA) Gnung Tunak, Pulau Lombok, NTB. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Di bagian atas ada ruang semi terbuka berisi sejumlah foto pemandangan laut, obyek wisata di Lombok, dan foto-foto kegiatan pengelola TWA Tunak. Foto-foto ini memperlihatan upaya pemberdayaan masyarakat untuk ekowisata seperti capacity building water safety training, pelatihan memasak tradisional, membuat suvenir kupu-kupu, kerajinan barang bekas, pelatihan manajemen kapasitas ekowisata, dan berkunjung ke local community Korea pada Oktober 2015.

Untuk memperlihatkan alam Lombok secara singkat dipajang potensi wisata alam sekitar seperti bukit Merese, bukit Tunak, Tanjung Aan, Selong Belanak, Are Guling, Mawun, dan lainnya. Kombinasi bebukitan, pantai pasir putih, dan atol.

Di bangunan pengelola ada ruang multiguna tempat meeting, kantin, kantor tiket dan Butterfly Ecology Center. Untuk menuju kawasan TWA lainnya yakni observasi rusa dan kupu-kupu perlu membeli tiket kemudian berkendara sekitar 15 menit. Puluhan tiang kayu berisi baling-baling warna biru dan ukiran kayu dengan aksara Korea terlihat indah ditata di taman kupu-kupu. Memperlihatkan kolaborasi dua negara pengelolaan TWA ini.

Rombongan kupu-kupu bertebaran di tanah. Didominasi kuning dan putih. Ketika dihalau, mereka akan bergerombol lagi dengan cepat, bergerak riang. Di kawasan Butterfly Park ada kandang kupu-kupu dengan banyak tanaman bunga.

baca : Wisata Laut Lombok dengan Bintang Utama Cacing Laut Berkhasiat

 

Peta TWA Gunung Tunak, Lombok, NTB yang menggambarkan berbagai tempat yang tak bisa dijelajahi semua dalam sehari. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Di sudut lain ada kandang rusa, satwa ikon pulau Lombok. Dua orang mahasiswa sedang mengamati perilaku 13 Rusa Timor ini. Keduanya membawa catatan. Saya bertanya apa yang sudah dia amati. Mereka meneliti frekuensi perilaku para rusa tiap jam.

Bisa jadi membosankan tapi penting buat mahasiswa jurusan kehutanan Universitas Mataram ini. Ngobrol dengan keduanya juga menambah pengetahuan soal rusa. Apa saja kegiatan para rusa yang baru beradaptasi setahun setelah dipindahkan ke tempat baru ini?

Hal unik misalnya ada seekor rusa yang diberi nama Chris John, karena senang menyeruduk bak petinju yang bersiasat ingin menumbangkan lawannya.

Benar saja, saat berdiri di samping kawat pembatas, Si Chris merundukkan siap membenturkan kepala pada yang berusaha mendekat. Seperti banteng. Mungkin karena itu kedua tanduknya ditumpulkan. Agar tak melukai teman dan penjaga.

baca : Air Terjun Kembar Tiu Teja, Semburat Pelangi Lombok Utara

 

Seorang pengunjung melihat Rusa Timor yang dinamakan Chris John karena senang menyeruduk bak gaya petinju di TWA Gunung Punak, Lombok, NTB. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Dari pemantauan mahasiswa, sudah ada betina yang hamil. Para rusa paling banyak istirahat, berdiri untuk makan minum, mamahbiak, dan mengasin. Arif Kurnia dan Muhammad Dziyad kedua mahasiswa ini mengatakan rusa biasanya di alam liar menjilat batu karena herbivora besar perlu mineral. Sementara jika ditangkarkan petugas menyediakan garam untuk dijilat-jilat dan diletakkan di samping wadah air minum.

Dari kawasan penangkaran kupu-kupu dan rusa, sebuah jalan setapak yang bisa dilalui kendaraan memandu menuju Selatan, menemukan Pantai Taman Ujung. Pesisir dengan laut yang terlihat masih alami, sangat jarang dikunjungi. Sepotong ketenangan sekitar 1 km yang berpasir putih. Sayangnya banyak sampah anorganik terdampar, kebanyakan sampah kemasan makanan dan perawatan tubuh yang dijual di Indonesia.

Bebukitan di kanan kiri membawa ombak ke bagian pantai Taman Ujung ini. Rata-rata tinggi ombak sedikitnya satu meter dan sangat dekat pantai. Para peselencar pasti bahagia di sini karena gulungan ombak sambung menyambung. Tidak aman untuk mandi, jadi hanya duduk-duduk merasakan ketenangannya. Untungnya ada rumpun pandan laut yang memberi keteduhan dari terik tengah hari.

baca : Celepuk Rinjani, Spesies Baru dari Pulau Lombok

 

Pantai Taman Ujung TWA Gunung Tunak, Lombok, NTB, merupakan surga untuk peselancar. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Gunung Tunak seluas 312 hektare dengan ketinggian 0-105 mdpl ditetapkan sebagai TWA berdasarkan SK Menhut No.425/Kpts-II/1996. Kondisi bentang alam yang bervariasi dari datar sampai berbukit dan bergunung dengan formasi batuan kapur. Sebagian besar merupakan hutan sekunder yang menjadi hutan lebat yang luas, dan dapat ditemui gundukan sarang burung langka seperti burung gosong (Megapodius reinwartdtii) yang dicari banyak turis asing.

TWA ini bisa diakses dari arah Barat menuju Tenggara Lombok sekitar 2,5 jam berkendara melewati Mataram-Praya-Sengkol-Kuta. Kemudian melanjutkan perjalanan ke sisi Tenggara pulau.

Selain jalan-jalan, TWA Gunung Tunak masih banyak yang bisa dieksplorasi misalnya untuk berkemah dan rekreasi air. Disebutkan ada laguna Sari Goang dengan gugusan atol, dari sini pengunjung bisa mendengarkan suara ombak lewat lubang atol sekitar. Ada juga petualangan cliff jumping, dan pantai-pantai lainnya karena berada di pesisir Tenggara pulau Lombok.

 

Panorama Pantai Taman Ujung TWA Gunung Tunak, Lombok, NTB, yang dipenuhi keramba jaring apung budidaya ikan bawal dan kerapu. Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

TWA Gunung Tunak adalah salah satu dari 17 kawasan konservasi yang dikelola Balai KSDA NTB seluas 1219 ha. Kurniasih Nur Afifah, Pengendalian Ekosistem Hutan BKSDA NTB mengatakan fasilitas sarana dan prasarana yang diresmikan tahun 2017 adalah dukungan pemerintah Korea Selatan. Selain itu juga dukungan peningkatan kapasitas warga sekitar dalam pengelolaan berupa pelatihan-pelatihan.

Pengembangan ekowisata TWA ini untuk mendukung pengembangan kawasan ekonomi khusus Mandalika yang terus digenjot. “Warga akan dimagangkan di taman kupu-kupu dan hotel,” ujar Afifah.

Dari papan informasi di TWA ini terlihat banyak spot yang tak selesai dijelajahi dalam sehari saja. Sebagian harus menggunakan sepeda motor atau jalan kaki untuk menemukan keragaman hayati gunung dan laut.

 

Exit mobile version