Mongabay.co.id

Bersama Rainbow Warrior: Mereka Usir Tongkang Batubara dari Taman Nasional Karimun Jawa

Aksi Greenpeace di depan tongkang batubara mengajak Indonesia segera beralih ke energi bersih dan Coral Not Coal. Foto: Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia

 

Hari pertama tiba di Taman Nasional Karimun Jawa (TNKJ) Kapal Greenpeace, Rainbow Warrior, menemukan tugboad dan tongkang berisi batubara turun jangkar di Kawasan Taman Nasional Karimun Jawa (TNKJ), pada Rabu pagi, (2/5/18). Kapal tongkang diduga kuat tak memiliki surat izin masuk kawasan konservasi (Simaksi). Tak ada pula kapal patroli dari TNKJ mengusir kapal dan tongkang berisi batubara ini.

Kapal ramah lingkungan Rainbow Warrior sebelumnya pada 23 April 2018, mendapatkan izin dari Kepala Balai TNKJ, diwakili Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Himawan Gunadi, untuk tur kapal Rainbow Warrior 2018, dengan teman Perubahan Iklim dan Kekuatan Masyarakat.

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 21 Februari 2018,  memberikan surat dukungan terhadap kegiatan kapal Rainbow Warrior di TNKJ. Dalam surat itu, Siti, mendukung langkah-langakah baik dan positif membangun kesadaran dan kerja sama berbagai elemen di Indonesia.

“Pemerintah dan pemerintah daerah bertujuan mengendalikan perubahan iklim dan implementasi Perjanjian Paris secara nyata di Indonesia sesuai UU Nomor 16 tahun 2016,” kata Siti.

Pemerintah, katanya, mendukung langkah Greenpeace mengembangkan penanganan dan pemecahan masalah lingkungan dan sumberdaya alam di Indonesia.

 

***

Siang hari, pada 2 Mei 2018, terik matahari menyengat kulit di kawasan Taman Nasional Karimun Jawa. Dari aplikasi smartphone menujukkan cuaca 31 derajat celcius.

Didit Haryo, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, melalui radio di Kapal Rainbow Warrior menelpon kapal tugboat Kahar V yang berhenti di TNJK.

“Kahar V anda berada di kawasan terlarang untuk dilewati. Kapal tongkang batubara telah membuat kerusakan di TN Karimun Jawa,” katanya dari ruang kemudi.

Aktivis Greenpeace meminta kapal tongkang keluar dari kawasan dan aksi damai untuk menujukkan betapa berbahayanya lalu lintas kapal batubara terhadap terumbu karang di kawasan konservasi ini.

“Siap Pak, siap Pak, saya lapor dulu sama kapten,” begitu respon dari pihak kapal Kahar V, dari radio.

Selang lima menit dari komunikasi via radio, puluhan aktivis Greenpeace aksi penghalaun dan melukis tongkang batubara.

Dengan enam boat, dari Rainbow Warrior mendekati kapal tongkang batubara. Hanya perlu sekitar 10 menit, Greenpeace merapat ke tongkang dan mengecat lambung kuning tongkang bertuliskan Breakfree From Coal (hentikan batubara) dan karang bukan batubara.

 

Kapal ramah lingkungan Rainbow Warrior bermanuver, ikut mengawal dan menghalau keluarnya tongkang batubara dari TN Karimun Jawa. Foto Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia

 

Bendera-bendara kuning Coal Destroys Coral dan End Coal Go Renewable terbentang di atas boat Greenpeace. Kru kapal tugboat Kahar V sempat melarang, namun tak pula melarang aksi di atas tongkang itu.

“Kami dari Berau, akan ke Cirebon,” kata seorang kru dari atas tongkang, berbicara pada aktivis. Tongkang batubara dari Kalimantan untuk pembangkit listrik di Jawa.

Didit mengatakan, aksi menghalau tongkang batubara melewati Karimun Jawa sebagai protes terhadap kerusakan terumbu karang di daerah konservasi itu, dan berdampak panjang pada perubahan iklim.

“Perdagangan batubara menghancurkan salah satu wilayah terindah di Indonesia, area dilindungi pemerintah sebagai taman nasional,“ kata Didit.

Data Greenpeace, awal 2017, ratusan meter persegi hancur oleh lima kapal tongkang di Karimun Jawa. Kapal-kapal ini berhenti di kawasan konservasi untuk berlindung dari ombak besar dan badai.

Penelitian Greenpeace pada April 2018, di Pulau Kecil, Pulau Tengah dan Legon Bajak, secara administratif di Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa , Jepara,  terumbu karang rusak karena tongkang batubara.

Secara zonasi, Pulau Tengah dan Pulau Kecil,  masuk zona pemanfaatan wisata bahari dan Legon Bajak masuk zona budidaya bahari.

“Kedua zona ini untuk budidaya perikanan yang tetap memperhatikan aspek konservasi dan kegiatan wisata alam maupun jasa lingkungan, bukan untuk tongkang batubara,” katanya.

Yarhannudin,  pemandu wisata juga  warga Desa Kemujan, Kecamatan Karimun Jawa, ikut menyaksikan aksi damai Greenpeace.

Dia bilang, aktivitas tongkang batubara di Karimun Jawa bisa mengurangi keindahan alam dan mata pencaharian penduduk di sektor industri perikanan dan pariwisata lokal.

“Penghasilan dan mata pencaharian penduduk terancam oleh tongkang batubara yang secara rutin melintasi perairan ini,” kata pria yang akrap disapa Ambon.

Ambon juga anggota komunitas Alam Karimun (Akar) mengatakan, sejak 2012,  tongkang-tongkang batubara masuk di Karimun Jawa dan merusak terumbu karang. Lebaran 2017, bahkan jumlah masuk lebih dari 30 tongkang. Kapal tongkang ini kabarnya menghindari badai dan ombak besar, namun diduga kuat transaksi jual beli bahan bakar.

Dia bahkan sudah berulangkali melaporkan kegiatan ilegal kapal tongkang ke Polisi Airud, Syahbandar, Taman Nasional Karimun Jawa, Polda Jawa Tengah bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Semua laporan tak ada respon.

“Sudah melapor ke semua instansi, tak ada respon. Secara aturan Karimun Jawa untuk konservasi, bukan untuk parkir tongkang yang merusak terumbu karang dan biota laut.”

Ambon bilang, bukan hanya karang rusak, nelayan lokal juga terkena dampak. Kami khawatir jika terjadi kehancuran terumbu karang akan kehilangan industri pariwisata. “Rumah, komunitas, dan mata pencaharian kami terkena dampak batubara, kami merasa tidak memiliki suara soal permasalahan ini.”

“Kami ingin ada tindaklanjut. Jelas terjadi tindakan melanggar hukum, aparat tak boleh diam,” kata Ambon.

Pada hari sama, 2 Mei, di Jakarta, Greenpeace juga mendatangi KLHK untuk melaporkan pelanggaran hukum para kru kapal tongkang batubara memasuki kawasan konservasi Karimun Jawa.

Djati Wicaksono, Humas KLHK mengatakan, sudah menerima laporan Greenpeace soal kerusakan Taman Nasional Karimun Jawa karena aktivitas kapal tongkang batubara. Dia sudah melihat video tongkang batubara di TNKJ.

KLHK, katanya, akan menindaklanjuti laporan dan sudah menghubungi Kepala Balai TNKJ untuk memantau kondisi lapangan. Kapal-kapal itu, katanya, seharusnya ada di kawasan konservasi.

“Kami akan menyampaikan laporan ke Dirjen Penegakan Hukum, sebelumnya sudah laporan serupa, kami akan tindak lanjuti.”

 

Kapal tongkang batubara yang parkir di TN Karimun Jawa. Foto: Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia

 

Temuan kondisi karang

Temuan Greenpeace, di Legon Bajak dari enam titik penelitian dengan metode penelitian Line Intercept Transect (LIT) dan Belt Line Transect (BLT), dengan transek 231 meter, komposisi substrat  terdiri dari 51,87% karang hidup dari berbagai lifefrom,  0,90% berupa substrat pasir, dan 47,23% karang mati  berupa patahan-patahan karang. Temuan Greenpeace lokasi ini, terparah dan paling luas di antara lokasi penelitian lain.

Di Pulau Tengah, dari dua titik dan total transek 100 meter, komposisi substrat terdiri dari 40% karang hidup, 0,30% substrat pasir dan 59,7% karang mati. Sekitar 50% karang di Pulau Tengah hancur, dan kerusakan masih tergolong baru, di bawah satu tahun, patahan karang masih bisa terlihat kolarit dan bentuk pertumbuhan.

Di Pulau Cilik, dari satu titik dan total transek sepanjang 50 meter, komposisi substrat karang hidup 78% dengan berbagai bentuk pertumbuhan, 22% karang mati berupa patahan karang. Kerusakan di Pulau Cilik, paling sedikit dibandingkan Pulau Tengah dan Legon Bajak.

“Kerusakan terumbu karang karena aktivitas tongkang batubara cukup parah. Tutupan karang mati terluas 59% di Pulau Tengah, di Legon Bajak 47,2% dan 22% di Pulau Cilik,” kata Didit.

Tongkang-tongkang batubara ini, katanya,  bagian dari industri yang merusak keindahan alam seperti terumbu karang dan mencemari udara.

Taman Nasional Karimun Jawa, seluas 111.625 hektar dengan perairan 110.117 hektar. Sampai 2009,  tutupan karang keras di Karimun Jawa ada 54,64%.  Karimun Jawa tergolong rapat di antara kawasan lain di Indonesia. Kerusakan karang berdampak pada hilangnya biota laut, hilangnya fungsi terumbu karang dan mengurangi keanekaragaman laut di Karimun Jawa.

Kepulauan Karimun Jawa, merupakan taman nasional yang kaya terumbu karang, rumput laut, hutan bakau, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah. Tempat ini rumah bagi tiga jenis penyu dan hampir 400 spesies fauna laut, termasuk ratusan ikan hias.

 

***

Batubara menciptakan pencemaran lingkungan, darat, laut dan udara. Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, tingkat pencemaran udara Asia Tenggara ambien tertinggi di dunia. Menurut Global Burden of Disease, polusi udara ambien bertanggung jawab atas 17.600 kematian prematur setiap dua hari di Asia pada pada 2015, atau 440 kematian di Indonesia.

Pada 6 Mei 2018, ada acara industri batubara terbesar di dunia yakni “Coal Trans Asia 2018” di Bali, dan tak menyinggung kerusakan lingkungan dan transportasi energi fosil atau kotor itu.

“Pertemuan industri batubara di Bali hanya akan menghasilkan kesepakatan demi mengamankan masa depan industri batubara. Sudah saatnya pemerintah berpihak pada rakyat ketimbang industri batubara dan segera beralih ke energi terbarukan,”kata Didit.

 

 

***

Aksi di lambung tongkang batubara membuat captain kapal Kahar 5 segera menghidupkan mesin dan mensiagakan para kru. Tugboat tepat di samping kanan tongkang, segera melepas tali dan bergerak mundur, lalu kembali maju dari sisi kiri tongkang. Tali-tali besar disiapkan kru, tugboat dan tongkang pergi dari kawasan konservasi.

“Sudah, jangan dicat. Kami akan jalan,” begitu kata salah seorang kru kapal Kahar V kepada aktivis Greenpeace.

Tak menghiraukan ucapan mereka, aktivis Greenpeace tetap melanjutkan aksi. Selang 20 menitan, tali kapal terpasang dan siap menarik tongkang. Sekitar dua mil dari tongkang, Rainbow Warrior bergerak maju. Ia bermanuver dan ikut menggiring tongkang batubara keluar kawasan konservasi.

Sampai sekitar pukul 15.30, kapal Kahar V keluar dari Karimun Jawa.

“Semoga tak ada lagi tongkang masuk di kawasan ini. Semoga ada tindakan tegas aparat terhadap kapal-kapal yang melanggar hukum,” kata Ambon.

 

 

Foto utama: Aksi Greenpeace di depan tongkang batubara mengajak Indonesia segera beralih ke energi bersih dan Coral Not Coal. Foto: Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia

Para aktivis Greenpeace dan warga mengecat lambung tongkang batubara yang masuk di kawasan konservasi Karimun Jawa. Foto Tommy Apriando/Mongabay Indonesia

 

 

 

Exit mobile version