Mongabay.co.id

Kisah Mudiknya 6 Owa Jawa ke Tanah Pasundan

Kalau biasanya jumlah pemudik itu mencapai ribuan atau bahkan mencapai jutaan, setiap tahunnya saat musim mudik tiba, tetapi mudik yang ini bisa dikatakan sangat sedikit sekali jumlahnya, bisa dihitung dengan jari tangan, tepatnya berjumlah 6. Uniknya, kelompok kecil yang mudik ini bukanlah manusia, melainkan 6 ekor owa jawa (Hylobates moloch).

Owa jawa sendiri adalah sejenis primata anggota suku Hylobatidae. Dengan populasi tersisa antara 1.000–2.000 ekor saja, kera ini adalah spesies owa yang paling langka di dunia. Owa jawa menyebar terbatas (endemik) di Jawa bagian barat.

baca : Owa Jawa, Primata Setia dari Tatar Sunda

 

Seekor owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation Indonesia di Patuha, Ciwidey, Bandung, Jawa barat. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Setelah lahir dan besar di kebun binatang Howletts, Inggris, keenam owa ini dipulangkan atau dikembalikan ke Indonesia. Menurut Sigit Ibrahim, kepala keeper di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation Indonesia di Patuha, Ciwidey, Bandung, Jawa barat, program yang dinamakan repatriasi ini, adalah salah satu program tahunan pemulangan kembali satwa yang sebetulnya adalah asli Indonesia, tetapi lahir dan besar di luar negeri.

Aspinal Foundation bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan lalu merehabilitasi untuk kemudian setelah dalam keadaan ‘siap’ dilepasliarkan. Seperti pada bulan Desember 2017, yang menerima hibah 6 owa jawa, yang terdiri dari 2 betina dan 4 jantan. Masing-masing bernama kulon (betina) berusia 24 tahun, bersama 3 ekor anaknya, yaitu patuha (jantan) 8 tahun, payung (jantan) 6 tahun, si bungsu putri (betina) 2 tahun, Dwi (jantan) 6 tahun, dan terakhir Hirup (jantan) 7 tahun.

baca : Mengintip Primata-primata Sitaan di Pusat Rehabilitasi Ciwidey

 

Seorang keeper di dekat kandang owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation Indonesia di Patuha, Ciwidey, Bandung, Jawa barat. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Satu dari enam ekor owa jawa (Hylobates moloch) repatriasi dari Inggris di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation Indonesia di Patuha, Ciwidey, Bandung, Jawa barat. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Sigit menambahkan lebih lanjut bahwa satwa ini sebelum direpatriasi harus menjalani berbagai proses, yaitu :

  1. Seleksi medis, yaitu satwa yang direpatriasi sudah dipastikan tidak mengidap penyakit menular, kondisinya sehat dan masih memungkinkan untuk dilepasliarkan.
  2. Proses rehabilitasi, yaitu pengecekan dari berbagai lembaga, proses karantina dari lembaga kesehatan yang berwenang baik dari Negara pengirim (Inggris) maupun dari dalam negeri sendiri. Kandang yang dipergunakan di kebun binatang Howlett pun tidak boleh dikunjungi oleh pengunjung
  3. Dari kebun binatang di Inggris, mengalami proses penyesuaian kurang lebih selama 2 minggu sampai satu bulan. Bentuk penyesuaian makanannya pun, dari makanan yang berasal dari supermarket di luar negeri, mulai diganti dengan makanan dari buah-buahan dari wilayah tropis.

baca : Akhirnya Owa Jawa Itu Menikmati Kebebasannya di Gunung Tilu

 

Seekor owa jawa (Hylobates moloch) repatriasi dari Inggris sedang makan buah sebagai bagian dari proses habituasi di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation Indonesia di Patuha, Ciwidey, Bandung, Jawa barat. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Di Indonesia sendiri penyesuaian makanan dilanjutkan dengan pemberian nutrisi yang berbeda dari di Inggris. Dari yang awalnya diberikan nutrisi non alami keju dan telur rebus, di Indonesia mulai diberikan nutrisi alami, yaitu jangkrik, madu, dan lain-lain. Owa jawa ini, walaupun cenderung pemakan buah, tetapi juga memakan serangga, walaupun intensitasnya rendah.

Keenam satwa ini akan siap dilepasliarkan, apabila nantinya lolos seleksi medis, atau tidak mengidap penyakit menular dan sudah bisa menerima pakan alami, serta memberikan pakan tidak langsung dari tangan keeper-nya, tetapi diletakkan tersebar, tidak di satu tempat.

baca : Merumahkan Primata, Menghidupkan Manfaat

 

Satu dari enam ekor owa jawa (Hylobates moloch) repatriasi dari Inggris di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation Indonesia di Patuha, Ciwidey, Bandung, Jawa barat. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Satu dari enam ekor owa jawa (Hylobates moloch) repatriasi dari Inggris di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa, The Aspinal Foundation Indonesia di Patuha, Ciwidey, Bandung, Jawa barat. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Selain itu ada variasi pada waktu, dan jenis pakannya. Lalu pengenalan akan habitat aslinya, termasuk pengenalan terhadap suara-suara di alam serta pengetahuan terhadap para predatornya, dengan pengenalan dengan boneka macan tutul dan ular. Dan syarat-syarat ini pun sudah terlihat di keenam owa jawa ini. Selain itu, owa juga harus diketahui tidak terlalu dekat dengan manusia.

Setiap owa pun mempunyai kesiapan mental yang berbeda-beda selama proses rehabilitasi sebelum dikembalikan ke alam liar. Rentang waktu rata-ratanya adalah 1 – 4 tahun. Selamat menjalani proses rehabilitasi kulon, payung, patuha, putri, dwi dan hirup. Semoga kalian cepat kembali ke alam liar, dan berkembang lebih banyak lagi, sehingga salah satu identitas tanah Pasundan ini tidak langka lagi dan semakin lestari.

 

Exit mobile version