Mongabay.co.id

Seekor Penyu Terjaring Nelayan Sikka, Bagaimana Nasibnya?

Seekor penyu hijau (Chelonia mydas) berukuran panjang sekitar satu meter dan lebar sekitar 70 sentimeter ditemukan terjaring pukat nelayan desa Sikka kecamatan Lela kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, di perairan laut Sawu, Jumat (29/6/2018) dini hari sekitar pukul 01.00 WITA.

Penyu tersebut pun dibawa ke pesisir pantai dan diikat di pepohonan. Setelah mengumpulkan para nelayan desa Sikka serta bersama warga masyarakat dan anak-anak sekolah di desa tersebut, penyu tersebut pun di lepas kembali ke laut sambil mengabadikan aksi itu tersebut lewat foto dan video.

“Saya malam itu lepas jaring di laut Sawu depan desa Sikka dan sekitar pukul 01.00 WITA, seekor penyu terjaring sehingga saya membawa ke darat dan mengikatnya. Keesokan harinya baru saya ajak nelayan lain untuk melepasnya,” tutur Rikardus Inosensius, kepada Mongabay-Indonesia, Jumat (29/6).

baca : Penyu Belimbing Ini Terjaring Nelayan, Mau Diselamatkan, Malah Hilang. Kok Bisa?

 

Penyu Hijau (Chelonia mydas) berusia tua yang terjaring pukat nelayan di desa Sikka kecamatan Lela kabupaten Sikka, NTT, pada Jumat (29/6/2018). Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Atas kesadarannya sendiri, Rikardus melepaskan penyu tersebut meskipun ada masyarakat yang ingin membelinya untuk dikonsumsi. Dirinya beralasan, hewan laut ini dilindungi sehingga tidak mau menjualnya ataupun dikonsumsi.

Waktu ditangkap penyu hijau berusia tua tersebut tidak terluka. Menurutnya, dulunya penyu sering tersangkut di jaring nelayan dan dijual atau untuk dikonsumsi sebab kesadaran masyarakat belum ada. Nelayan hanya berpikir untuk mendapatkan uang saja meski jumlahnya tidak seberapa.

“Jaring saya juga sedang rusak dan saya sedang menjahitnya sendiri sehingga kalau bisa pemerintah membantu para nelayan yang memiliki kesadaran untuk melepas kembali ikan dan hewan laut yang dilindungi,” pintanya. 

 

Berdayakan Nelayan

Paskalis Maopa Karwayu, warga Sikka lainnya menjelaskan, sebelum penyu tersebut dilepas, dirinya mengajak serta para nelayan dan anak-anak sekolah agar bisa memberikan edukasi kepada mereka bahwa hewan laut tersebut dilindungi dan tidak boleh dikonsumsi ataupun dijual.

“Waktu melepasnya saya membuatkan videonya menggunakan telepon genggam dan meng-upload-nya di facebook untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat lainnya agar mencintai hewan dan satwa yang dilindungi dan terancam punah,” tuturnya.

baca : Penyu Hijau, Si Hewan Purba Penjelajah

 

Para nelayan di Sikka bersama anak-anak sekolah menyaksikan pelepasan seekor penyu hijau oleh nelayan di pantai selatan Laut Sawu di desa Sikka kecamatan Lela kabupaten Sikka, pada Jumat (29/6/2018). Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Paskalis mengatakan, daerah pesisir pantai di desa Sikka, Watutedang hingga Lela dan lainnya di pantai selatan, merupakan daerah tempat bertelur penyu dan masyarakat sering sekali menemukan penyu bertelur dan mengambil telurnya untuk dijual atau dikonsumsi.

BKSDA dan dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Sikka diminta agar harus sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan para nelayan untuk tidak menangkap dan mengkonsumsi ikan dan hewan lain yang dilindungi

“Dinas Kelautan dan Perikanan  kami harapkan untuk membantu para nelayan berupa sarana dan pra sarana alat tangkap agar para nelayan juga lebih peduli dan menjaga kelestarian ekosistem laut dan hewan laut yang dilindungi. Bila kelompok nelayan di ajak bekerja sama melestarikan penyu dengan mengembangbiakkannya maka nelayan bisa mendapatkan pemasukan tambahan,” sebutnya.

Selain sosialisasi, himbau Paskalis, perlu juga dibuatkan papan informasi berisi larangan menangkap, memperjualbelikan dan mengkonsumsi hewan laut yang dilindungi. Juga dicantumkan pula sanski hukuman kurungan penjara dan denda yang harus dibayarkan agar masyarkaat nelayan paham dan takut melanggarnya.

baca : Inilah Penyelamatan Penyu Hijau di Tengah Bentang Laut Sulu Sulawesi

 

Penyu hijau (Chelonia mydas) yang ditemui Pulau Derawan, Kaltim. Meski bertelur ratusan, tapi hanya belasan tukik yang bertahan sampai dewasa. Foto Wisuda

 

Habitat Penyu

Vinsensius Parera seorang penyelam yang sering mengantar wisatawan menyelam di pantai selatan Sikka kepada Mongabay-Indonesia mengatakan, sebagai penyelam dirinya sering menyelam dan meneliti terumbu karang khususnya di sepanjang  pantai selatan di laut Sawu.

Di sepanjang perairan ini, Vinsensius selalu menemukan penyu sisik hijau dan penyu hijau serta penyu belimbing. Beberapa tahun lalu juga nelayan menemukan penyu belimbing termasuk yang ditemukan di Doreng bulan Mei kemarin yang mungkin telah dijual dan dikonsumsi masyarakat.

“Para wisatawan asing yang diving di pantai selatan sangat menyukai sebab selain banyak penyu juga sering ditemukan ikan hiu dan napoleon di kedalaman 5 sampai 8 meter. Wisatawan Jepang dan Pernacis paling suka melihat hiu. Bahkan saat menyelam kita sering bermain-main dengan hiu dan penyu,” bebernya.

Memang sering ada pengeboman di pantai selatan, ungkap Vinsen, tetapi tidak terlalu merusak terumbu karang. Selama melakukan penyelaman  di sepanjang pantai selatan, terumbu karang juga banyak sekali dijumpai dan hanya sedikit sekali yang rusak akibat aksi pengeboman ikan oleh nelayan dari luar kabupaten Sikka.

Tahun 2001, Vinsen bekerja sama dengan kelompok  nelayan di Ndete, kecamatan Magepanda, membuat penangkaran penyu dan rutin melepas tukik ke laut lepas. Pelepasan tukik atau anak penyu tersebut pun menjadi paket wisata dan banyak wisatawan asing yang tertarik dan memberikan sumbangan dana.

“Namun usaha tersebut akhirnya tersendat karena bantuan dana dari pemerintah daerah tidak ada. Penyu tersebut kan butuh makan dan harus ada orang yang merawatnya secara rutin dan butuh digaji,” jelasnya.

Usaha ini pun sebut Vinsen, akhirnya tidak bertahan lama padahal saat itu juga digabung dengan pengembangbiakkan mangrove dan telah banyak pelajar yang studi banding di tempat tersebut. Untuk itu pemerintah harus intervensi dana untuk membantu kelompok-kelompok nelayan dan pencinta lingkungan.

baca : Masyarakat Kampung Malaumkarta: Dulu Konsumsi dan Buru, Sekarang Sayangi Penyu

 

Penyu Hijau di lautan Pasifik. Foto: Rhett A Butler

 

Agustinus Djami Koreh, kepala seksi konservasi wilayah IV Balai Besar KSDA NTT saat ditemui Mongabay-Indonesia di kantornya mengaku sangat berterima kasih atas pemahaman nelayan di desa Sikka yang rela melepas kembali penyu sisik hijau yang terjaring pukat nelayan.

BKSDA kata Agustinus, sangat bersyukur ternyata para nelayan sudah memiliki pemahaman tentang hewan laut yang dilindungi sehingga mereka tidak mengkonsumsi penyu namun melepaskannya kembali ke laut. Pihaknya pun mengetahuinya dari media sosial.

“Dengan melepaskannya kembai ke laut dan membuat video dan membagikannya ke medis sosial membuat banyak masyarakat memahami bahwa menangkap hewan laut yang dilindungi dilarang dan bisa dikenakan sanksi pidana sesuai Undang-Undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alama Hayati dan Ekosistemnya,” ungkapnya.

Agustinus berjanji akan menjadwalkan kembali untuk melakukan sosialisasi kepada para nelayan di pesisir pantai selatan terkait hewaan laut dan satwa yang dilindungi. Bagi kelompok nelayan yang serius untuk mengembangbiakkan penyu untuk dilepas kembali ke laut, pihaknya siap melakukan pendampingan dan mengalokasikan dananya.

 

Exit mobile version