Mongabay.co.id

Begini Keresahan Kaka Slank Melihat Laut Indonesia

Akhira Wira Setiaji atau populer dengan sebutan Kaka tak ingin menyia-nyiakan kesempatan hidupnya saat ini. Bagi pria 44 tahun itu, sisa usianya, harus diisi kegiatan bermanfaat baginya dan banyak orang. Salah satunya, dengan mengajak orang mencintai dan menjaga laut.

Ajakannya serius. Vokalis Slank itu mengaku selalu berusaha menerapkan apa yang menjadi prinsipnya itu. Contohnya, saat dia berwisata ke laut atau pantai, dia selalu membuang sampah tidak sembarangan. Dia sadar, banyak biota laut yang akan sangat terganggu jika sampah masuk ke dalam air laut.

Kaka kemudian menyebut ikan hiu juga harus dijaga. Karena meski spesies dan jumlahnya banyak sekali, tetapi jika ditangkap terus menerus, maka terancam punah. Apalagi, dia paham hiu adalah predator utama di laut, yang berarti keberadaannya mampu mengendalikan ekosistem di perairan yang sangat luas itu.

“Kalau di laut hiu masih banyak, maka kondisi laut itu sehat,” ucapnya saat melakukan kampanye yang digelar di acara Car Free Day di Jakarta Pusat, Minggu (15/7/2018) pagi, bersama dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Ridho Slank dan penyanyi Marcel Siahaan.

 

baca : Kepedulian Tiada Pudar Kaka Slank untuk Pulau Bangka

 

Peluncuran kampanye gerakan Pandu Laut Nusantara oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Kaka Slank, Ridho Slank, Marcel Siahaan di acara Car Free Day di Jakarta Pusat, Minggu (15/7/2018) pagi. Gerakan itu bertujuan untuk menyelamatkan laut dari kerusakan dan perburuan biota laut yang eksplotatif serta masalah sampah laut. Foto : Biro Humas dan Kerjasama KKP

 

Hiu juga terancam penangkapan tidak sengaja (bycatch)oleh kapal-kapal ikan yang mencari komoditas laut lain. Jika itu juga dibiarkan, maka jumlah hiu akan terancam habis.

“Yang miris, tangkapan terus meningkat karena permintaan terhadap daging hiu juga terus naik. Itu kenapa, hingga sekarang semakin banyak saja nelayan yang menangkap hiu. Oleh itu, mari masyarakat untuk peduli dan melestarikan hiu,” ajaknya yang saat itu memakai kaos bertuliskan ‘I Love Hiu’.

Bentuk dukungan Kaka kepada hiu, dibuktikan dengan kaos yang dikenakannya saat itu dan bertuliskan “I Love Hiu”. Dukungan tersebut, diharapkan bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya hiu di laut. Dia ingin, Pemerintah Indonesia juga fokus untuk menangani penangkapan hiu dan terus melestarikan ikan tersebut.

 

baca : Begini Aksi Nyata Slank Peduli Konservasi Yaki Dan Terumbu Karang

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memakaikan slayer kepada Kaka Slank sebagai tanda dimulainya gerakan Pandu Laut Nusantara di acara Car Free Day di Jakarta Pusat, Minggu (15/7/2018) pagi. Foto : Biro Humas dan Kerjasama KKP

 

Peduli Laut

Berdiri di samping Susi, Kaka mengatakan dia tak menyangka bisa terlibat kampanye penyelamatan hiu. Awalnya, dia hanya ingin kepeduliannya itu didengar oleh Susi. Tetapi, ternyata dia diajak langsung Susi Pudjiastuti untuk menjadi salah satu juru kampanye.

“Jadi sekarang saya bergabung dalam gerakan Pandu Laut Nusantara. Ini adalah gerakan untuk melestarikan laut dengan merangkul banyak kalangan. Semoga kehadiran saya bisa memberi sumbangsih, walau sedikit,” ungkap Kaka.

Muhammad Ridwan Hafiedz atau Ridho Slank, juga terlibat dalam gerakan tersebut. Pria 44 tahun itu, ternyata juga peudli terhadap laut, terutama permasalahan sampah plastik. Dia melihat, sampah plastik sulit diatasi karena sangat sedikit sekali gerakan bersama diadakan.

Inisiator Pandu Laut Nusantara, Bustar Maitar mengatakan, baik Kaka, Ridho, dan dirinya sama-sama memberikan inisiasi kepada publik tentang pentingnya merawat dan menjaga keberlangsungan ekosistem laut. Inisiasi itu dilakukan melalui gerakan bersama Pandu Laut Nusantara.

Bustar mengakui kampanyenya tidak akan menghilangkan sampah di laut, tetapi berusaha mengubah gaya hidup masyarakat yang lebih sedikit menggunakan plastik. Sehingga produksi sampah turun dan sampah plastik bisa berkurang di laut. Pada akhirnya, laut dan biotanya tetap sehat dan lestari.

“Kalau sekarang kan jumlahnya sangat tinggi sampah plastik ini dan mengendap di terumbu karang di kawasan Asia Pasifik. Ini sangat berbahaya,” ucap dia.

 

baca : Darurat: Penanganan Sampah Plastik di Laut

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memakaikan slayer kepada Ridho Slank sebagai tanda dimulainya gerakan Pandu Laut Nusantara di acara Car Free Day di Jakarta Pusat, Minggu (15/7/2018) pagi. Foto : Biro Humas dan Kerjasama KKP

 

Bustar mengatakan, sebelum gerakan dideklarasikan ke publik, dia bersama teman-teman inisiator banyak melakukan pertemuan dan membahas kondisi terkini laut di Indonesia, dan dunia. Dia juga mengaku pernah bermalam di kediaman Susi Pudjiastuti untuk membahas permasalahan tersebut secara mendalam.

“Kelihatannya saja masih biru, tapi di dalamnya banyak sekali masalah,” jelasnya.

Dalam gerakan yang dilakukan bersama itu, Bustar mengungkapkan, ada program pelatihan yang diberikan kepada partisipan untuk meningkatkan kepedulian dalam menjaga laut Indonesia dan dunia. Selain itu, ada juga kegiatan seperti pengolahan sampah plastik, sekolah pantai, bersih pantai dan laut, serta jambore pesisir.

 

Jaga Laut

Pada kesempatan itu, Susi Pudjiastuti juga mengajak masyarakat untuk bisa menjaga laut dari berbagai aktivitas negatif, seperti pencemaran yang bisa merusak ekosistem dan biota laut. Melalui gerakan Pandu Laut, dia mengajak semua pecinta aktivitas di laut untuk bersama-sama melakukan penjagaan dan perawatan kawasan pesisir dan laut yang membentang luas.

“Pandu Laut kita buat untuk menjadi wadah dari semua organisasi-organisasi pencinta laut mulai dari penyelam, yang hobi kayak, yang hobi paddling, yang hobi snorkeling, yang hobi berlayar, live on board, pariwisata, semua asosiasi atau organisasi atau klub-klub yang terdiri dari para pencinta laut,” ujarnya.

Susi berpendapat, menjaga laut adalah kewajiban seluruh masyarakat mengingat 71 persen wilayah Indonesia adalah lautan. Lautanlah yang telah menyatukan pulau-pulau di nusantara menjadi satu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Susi ingin gerakan Pandu Laut Nusantara menjadi wadah sosialisasi dan edukasi pentingnya menjaga Laut Nusantara. Gerakan pertama yang akan dilaksanakan, adalah pada 18 Agustus mendatang dengan aksi pembersihan pantai yang serentak dilaksanakan di seluruh daerah, dari Sabang di Aceh hingga Merauke di Papua.

“Sebelum aksi-aksi itu terlaksana, saya mengajak kepada masyarakat untuk mulai melaksanakan gerakan kecil seperti mengurangi sampah plastik yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk dan cara,” himbaunya.

Susi juga mengingatkan tentang eksploitasi jenis ikan yang dilindungi seperti hiu dan pari manta. Menurutnya, perburuannya dihentikan, karena dampak negatifnya bakal dirasakan masyarakat juga. Sehingga Susi mengajak masyarakat untuk menjaga ikan berstatus dilindungi itu agar bisa lestari selamanya.

 

baca : Bagaimana Cara Hentikan Eksploitasi Hiu dan Pari di Indonesia?

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (tengah membelakangi kamera) mengajak masyarakat laut dari kerusakan dan perburuan biota laut yang eksplotatif serta masalah sampah laut. Ajakan tersebut dalam peluncuran gerakan Pandu Laut Nusantara di acara Car Free Day di Jakarta Pusat, Minggu (15/7/2018) pagi. Foto : Biro Humas dan Kerjasama KKP

 

Terpisah, Anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) Agung Dhamar juga menyoroti sampah plastik yang ada di laut. Menurutnya, sampah plastik bisa melepaskan senyawa aditif yang beracun dan saat dimakam oleh ikan itu akan memengaruhi perkembangan dan reproduksi ikan. Kondisi itu bisa terjadi, karena senyawa tersebut mengakibatkan gangguan hormon endokrin.

Agung menerangkan, sampah plastik yang ada di laut biasanya terdiri dari botol bekas dan juga kemasan lain yang terbawa ke laut karena ombak atau gelombang. Sampah tersebut, sangat berbahaya karena tidak bisa terurai dalam waktu cepat, melainkan perlu waktu hingga ratusan tahun. Kondisi itu, semakin bertambah, karena plastik yang ada di laut akan terpecah-pecah menjadi partikel kecil akibat terpapar sinar matahari dan pengaruh gelombang, arus, dan pasang.

“Saat partikel plastik kecil atau debris ini ada di permukaan laut dan kemudian dimakan oleh biota laut dan atau burung, maka sejak saat itu bahaya mengintai mereka,” ungkap dia.

 

Exit mobile version