Mongabay.co.id

Melihat Semangat Pahlawan Cilik Sampah Bersihkan Pantai Wairterang

Ada yang berbeda sore itu di pantai Wairterang, kecamatan Waigete, kabupaten Sikka NTT, tepatnya di depan Lena House yang persis berada di pesisir pantai utara pulau Flores.

Sekitar 10 anak-anak usia SD Dasar dan SMP berumur  9 sampai 13 tahun duduk di atas seonggok kayu yang tergeletak di atas pasir putih  mengenakan baju kaos kuning bertuliskan  I’m A Trash Hero  atau Saya Pahlawan Sampah.

Masing-masing anak dibagikan sebuah buku berwarna kuning bertuliskan Trash Hero untuk dibaca.  Buku itu berceritera tentang seorang anak yang berjuang mengajak teman-teman seusianya untuk memerangi sampah.

Usai membaca, setiap anak diberikan pertanyaan mengenai cerita tersebut. Setiap anak yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar diberikan hadiah sebuah pulpen dan pensil warna oleh  Elke seorang wisatawan asal Jerman yang berprofesi sebagai radiologi di negaranya.

baca : Darurat: Penanganan Sampah Plastik di Laut

 

Anak-anak sedang membaca buku I’m Trash Hero bersama relawan komunitas Trash Hero Maumere pada kegiatan edukasi yang pengelolaan sampah di pantai Wairterang, Waigete kabupaten Sikka, Flores, NTT, Minggu (29/7/2018). Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

 Menginspirasi Perubahan

Ditemui Mongabay Indonesia, Minggu (29/7), Wenefrida Efodia Susilowati, kordinator komunitas Trash Hero Maumere menceritakan, Trash Hero merupakan gerakan sukarela berbasis komunitas yang didirikan di Thailand tahun 2013.

Gerakan ini aktif di Asia Tengggara dan seluruh dunia. Setelah ada di beberapa kota di Indonesia, gerakan  ini merambah ke NTT dan mulai eksis di Maumere, Sikka, tahun 2015.

“Masing-masing pahlawan lokal mengadakan bersih-bersih sampah mingguan dan menjalankan program isi ulang botol minuman dengan tujuan membersihkan dan mencegah limbah sampah. Aksi kami selalu positif dan bertujuan menginspirasi perubahan perilaku demi masa depan yang berkelanjutan,” tutur Susi sapaannya.

Perempuan yang kerap dijuluki ‘Ratu Sampah Flores’ ini mengakui Trash Hero Maumere secara rutin seminggu dua kali melakukan gerakan membersihkan sampah di pesisir pantai Lokaria, desa Habi dan seputar kota Maumere.

Banyak pihak, sebut Susi, yang sering diajak bekerja sama menjadi Pahlawan Sampah seperti pihak sekolah, TNI AL dari Lanal Maumere, Polres Sikka dan Kodim 1603 Sikka serta mahasiswa STFK Ledalero, pegawai swasta dan komunitas diving di Maumere serta relawan lainnya.

baca juga : Meski Disabel, Saver Tetap Setia Bergelut Tanggulangi Sampah

 

Dua anak Maumere menunjukan sampah saat kegiatan bersih sampah bersama komunitas Trash Hero Maumere di pantai Wairterang, Waigete kabupaten Sikka, Flores, NTT, Minggu (29/7/2018). Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Target Baru

Kenapa menyasar pantai Wairterang? Susi menjawab karena ingin mencari target baru. Selama ini aktivitas mereka hanya di pantai Lokaria saja sehingga perlu membuka tempat baru, yang ingin dibersihkan, sekaligus mengedukasi anak-anak dan masyarakat sekitar.

Selain itu, tambah pendiri Bank Sampah Flores ini, pantai Waiterang merupakan sebuah pantai wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing sebab masuk di dalam Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Maumere. Keindahan alam bawah lautnya sudah mendunia sehingga sayang bila pantainya dipenuhi sampah.

“Sampah plastik sangat mengancam kehidupan ikan dan hewan laut dan volumenya terus bertambah. Kesadaran masyarakat masih sangat minim, untuk itu perlu ada edukasi rutin untuk mengajak menjadi Pahlawan Sampah,” tuturnya.

Jean Manuel Bruera wisatawan asal Prancis yang turut menginisiasi aktivitas ini di pantai Wairterang mengatakan menjaga kebersihan terutama tidak membuang sampah sembarangan di laut bisa menjaga kelestarian ikan dan habitat ekosistem laut.

Manusia sebagai duta penjaga lingkungan, tandas Jean, bila tetap membuang sampah berarti tidak bertanggung jawab dan itu sebuah kejahatan.

“Penting untuk terus menebarkan virus kebaikan agar semua orang bisa menyadari dan mau berbuat sesuatu yang baik dan benar. Gerakan edukasi dan mengajak orang terisitimewa anak-anak menjadi Trash Hero merupakan sebuah gerakan yang positif dan harus terus dihidupkan untuk melestarikan alam,” tutur Jean.

menarik dibaca : Mengolah Sampah Anorganik di Kawasan Wisata Komodo

 

Wisatawan asing relawan komunitas Trash Hero sedang mengambil sampah dalam kegiatan Trash Hero Maumere di pantai Wairterang, Waigete, Sikka, Flores, NTT, Minggu (29/7/2018). Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Memungut Sampah

Usai melakukan edukasi sekitar satu jam seperti bermain game, menyanyi dan mendongeng tentang dampak membuang sampah sembarangan, anak-anak dan wisatawan asing pun diajak berpartisipasi langsung memungut sampah di sepanjang pesisir pantai.

Kelompok itu bersama wisatawan asing yang ada seperti Nadine asal Jerman, Nick asal Australia, Mery Parera warga Maumere bersemangat bergerak memungut sampah yang berserakan.

Sebanyak 20 karung plastik ukuran 25 kilogram yang disiapkan hanya butuh waktu satu jam sudah penuh terisi sampah.Ada sampah plasik botol minuman, pakaian bekas, popok bayi, potongan gabus, botol kaca minuman ringan serta beberapa potongan jaring dikumpulkan.

“Sampahnya sangat banyak dan kami akan rutin bersihkan setiap minggu.Saya kasihan sekali melihat sampah plastik yang berserakan di bibir pantai terutama jaring bekas yang dibuang sebab bisa tersangkut di karang dan ikan,” tutur Susi.

baca juga : Teknologi Canggih untuk Membersihkan Laut dari Sampah Segera Diluncurkan

 

Anak-anak dan relawan komunitas Trash Hero Maumere memperlihatkan sampah yang terkumpul dari pembersihan pantai Wairterang, Waigete kabupaten Sikka, NTT , Minggu (29/7/2018). : Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Nick asal Australia saat diajak berbincang meminta agar edukasi dilakukan untuk anak usia dini dan sekolah dasar. Melibatkan warga sekitar lokasi wisata juga sangat penting agar masyarakat sekitar juga bisa menjaga kebersihan lokasi wisata.

Sementara Mery Parera menyesalkan masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah plastik di lokasi-lokasi wisata terutama di pesisir pantai. Selain melakukan edukasi ke sekolah, pemerintah juga perlu membuat papan larangan membuang sampah dan memperbanyak tempat sampah di lokasi wisata.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat dan bila rutin dilakukan maka akan semakin banyak orang yang tergugah hatinya untuk peduli kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan. Cara edukasinya pun snagat kreatif dan mendidik anak-anak,” ungkap Mery.

Marselina Malfrida, pelajar kelas IV sekolah dasar yang ikut bersama teman-temannya membersihkan pantai pun mengaku senang. Dengan polos dirinya berceritera mengumpulkan dua karung sampah plastik bersama teman sebayanya dan mendapatkan hadiah dan buku bacaan.

“I’m A Trash Hero” teriak Nick menyemangati anak-anak sebelum berpamitan pulang. Jadilah ‘Pahlawan Sampah’ dengan melakukan 5 hal yaitu melakukan aksi bersih-bersih, bawa tas belanja sendiri, mengisi ulang botol, katakan tidak pada sedotan, dan daur ulang serta mengolah sampah.

Ayo siapa yang mau bergabung bersama Yuli, Novi, Karmila, Helfi, Nia, Alfia, Helga, Lina, Ida dan Eva menjadi anak-anak Pahlawan Sampah?

 

Exit mobile version