Mongabay.co.id

Mengenal Ekosistem Leuser dari Dekat, Buka Laman Google Ini…

Hutan lebat yang rupawan di TNGL. Sumber air melimpah ini mengalir dan memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat. Foto: Junaidi Hanafiah

 

Kawasan Ekosistem Leuser. Begitu sebutan bagi wilayah dengan luas lebih 2,6 juta hektar hutan dataran rendah, rawa, padang rumput dan hutan pegunungan yang membentang dari Aceh hingga sebagian Sumatera Utara ini.

Ekosistem ini kaya keragamanan hayati namun berada dalam berbagai keterancaman dari perambahan, perburuan, pembukaan jalan, dan lain-lain. Ekosistem Leuser merupakan rumah terakhir bagi harimau Sumatera, orangutan Sumatera, gajah Sumatera dan badak Sumatera.

Baca juga: Foto Perambahan Nyata di Kawasan Ekosistem Leuser

Untuk memperlihatkan betapa kaya dan pentingnya Ekosistem Leuser, Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) bersama Google Earth, pun menarasikan sekaligus memvisualisasikan KEL melalui fitur Voyager dalam aplikasi Google Earth, yang rilis Kamis (26/7/18).

”Kami mau mengenalkan pentingnya KEL ini bagi masyarakat, khusus masyarakat Aceh, Indonesia dan dunia,” kata Agung Dwi Nurcahyo, Manajer Sistem Informasi Geografi Yayasan HAkA, pekan lalu di Jakarta.

Agung berharap, makin banyak yang mengenal KEL, menumbuhkan kesadaran mencintai, dan keinginan menjaga. ”Jika ada isu terancam (akan sesuatu hal), akan banyak yang membela,” katanya.

Di dalam KEL ini, ada Taman Nasional Gunung Leuser. Kawasan ini rumah 850 jenis tanaman, 105 jenis mamalia dan 382 jenis burung.

Meski demikian, ekosistem Leuser, katanya, kian terancam berbagai aktivitas manusia, antara lain perburuan, pembalakan liar, perluasan perkebunan sawit sampai konflik manusia-satwa.

Hasil pemantauan terakhir, Januari-Juli 2018, kerusakan ekosistem Leuser mencapai 3.290 hektar. Paling parah terjadi di Kabupaten Nagan Raya seluas 627 hektar, Aceh Timur (559 hektar) dan Gayo Lues (507 hektar).

 

Hutan di Aceh, Indonesia, terbabat jadi sawit. Foto: Janaidi hanafiah/ Mongabay Indonesia

 

Sejak 2015, HAkA mengumpulkan data bersama mitra jejaring LSM pencinta Leuser terus diperbaharui hingga April 2018 dan jadi data digital yang disajikan dalam Google Earth.

“Cerita yang kami kirim ke Google Earth ini menggunakan data hingga April 2018,” kata Agung.

Selain rumah beragam keragaman hayati, KEL juga sumber air bagi 4-5 juta warga.

Saat memasuki laman interaktif KEL di Goggle, ada delapan cerita,  yakni Hidden World of the Leuser Ecosystem, Importance of the Leuser Ecosystem, Flora and Fauna, Threats to the Leuser Ecosystem, Saving Sumatran Elephants, Wildlife Protection, Local Communities, dan Ecosystem Defenders.

Setiap bagian, memiliki narasi dalam berbahasa Inggris, foto dan sebagian dilengkapi video. Penggambaran bagian jadi lebih hidup. Satu contoh, dalam video Hidden World of Leuser Ecosystem menampilkan sekelompok gajah, harimau bersama anak-anaknya, kucing batu dan lain-lain terekam melalui kamera pengintai.

Agung bilang, sengaja tak menampilkan badak Sumatera karena spesies ini paling rentan. ”Kami harus hati-hati. Kami khawatir jika foto ditampilkan akan mengundang para pemburu,” katanya.

Tak hanya keragaman hayati, HAkA juga menampilkan profile masyarakat di sekitar hutan, seperti Yusdarita yang menceritakan, kearifan lokal masyarakat Aceh dalam menjaga hutan KEL.

HAkA merupakan mitra Google Earth pertama dari Asia Tenggara.Awalnya, HAkA bekerjasama dengan Google Earth saat mengikuti program Google, Geo for Good User Summit pada 2017. ”Kami ditawari membuat cerita yang telah kami lakukan. Kami mengusulkan KEL.”

Tomomi Matsuoka, Program Manager Google Earth Outreach menyebutkan, sangat terbuka jika ada usulan cerita lain yang hendak dimasukkan ke Google Earth dan tak dipungut biaya. Dia seringkali menggunakan banyak peralatan gratis Google untuk visualisasi data-data satelit, seperti google mapping tools dan google mymaps.

Matsuoka memastikan, cerita-cerita dalam Google Eath Voyager ini tak akan ada iklan.

Selain KEL, fitur voyager juga memiliki cerita interaktif lain dari Asia Tenggara seperti This is Home,”  pengguna dapat mengeksplorasi rumah-rumah tradisional di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Terdapat cerita the 10.000 Years of Volcano dari Indonesia serta Street View,  bawah laut di Raja Ampat dan panduan perjalanan seperti  Explore Jakarta.

 

Keterangan foto utama: Hutan lebat yang rupawan di TNGL. Sumber air melimpah ini mengalir dan memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat. Foto: Junaidi Hanafiah/ Mongabay Indonesia

Sawit ini ditebang karena berada di Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Desa Alur Baning, Kecamatan Babul Rahman, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia
Exit mobile version