Mongabay.co.id

Polisi Gagalkan Penyelundupan Ratusan Ribu Benih Lobster

Polsek Keritang, Indragiri Hilir, Riau, berhasil mengamankan puluhan box styrofoam berisi 202.000 benih lobster lalu menyerahkan ke Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (SKIPM) Kelas 1 Pekanbaru. Perhitungan Karantina, nilai benih lobster ini sekitar Rp30, 375 miliar.

Malam itu, polisi tampak menurunkan satu persatu boks di teras Kantor SKIPM. Petugas Karantina membuka kotak dan mengeluarkan beberapa plastik berisi benih lobster. Benih lobster mutiara dan pasir itu sitaan Senin (20/8/18) dinihari.

Awalnya, polisi curiga dua mobil bernopol Jambi dan Jakarta melintas di bawah pukul 05.00. Aktivitas kala itu tak lazim bagi masyarakat setempat.

Polisi mencegat dua mobil yang ditengarai hendak menuju dermaga. Empat orang, Zainil Arifin ayah Fadilah Riandi, Maryanto dan Radhiyatul Hidayat turut diamankan pagi itu. Dua nama terakhir sebagai sopir.

Christian Rony, Kapolres Inhil, saat konferensi pers mengatakan, keempatnya warga Jambi. Namun, polisi tak menemukan speed boat yang menunggu kedatangan empat orang itu.

Benih lobster sudah siap kemas dan hendak dikirim ke Singapura via Batam. Tiap bungkus plastik berisi 250 baby lobster (benih lobster). Total keseluruhan 202.000 lobster.

Riza Priyatna menduga, benih lobster itu datang dari pesisir barat Sumatera, seperti Lampung dan Bengkulu. Jalur pesisir timur Sumatera,  dianggap rawan sebagai pintu keluar sebelum menuju Singapura, yakni Sumatera Selatan, Jambi termasuk Riau.

baca : Kenapa Penyelundupan Benih Lobster Terus Meningkat?

 

Petugas mengangkut kotak berisi benih lobster ke kapal untuk dilepasliarkan di kawasan konservasi TWP Pieh, Pariaman. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Setelah berhasil menggagalkan penyelundupan itu, benih lobster langsung dibawa ke Padang untuk kepas liar di Pulau Pieh Padang Pariaman, Sumatera Barat. “Itu wilayah konservasi. Kita tidak lepaskan di sembarang tempat. Harus ada yang mengawasi,” kata Riza.

Sebelum diangkut, petugas Karantina Pekanbaru membuka kembali plastik untuk menambah oksigen. Pekerjaan ini berlangsung hingga tengah malam. Setelahnya, petugas langsung berangkat pukul 00.38.

Ini kedua kalinya, Polres Inhil menggagalkan upaya penyelundupan ribuan benih lobster setelah Maret lalu. Yang kedua ini lebih banyak.

Bahtiar Denny, dari SKIPM Pekanbaru, ini tangkapan terbesar yang pernah dilakukan di Indonesia.

Menurut Riza, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah berupaya diplomatik dengan Pemerintah Singapura bahkan Pemerintah Vietnam. Sebab, benih lobster itu setelah sampai di Singapura dikirim ke Vietnam. “Di Singapura, dibuat dokumen legal sebelum dikirim keluar dari negara itu.”

baca juga : Bisnis Penyelundupan Benur Sulit Dihentikan Negara. Kenapa?

 

Sebanyak 202 ribu lobster sitaan polisi dari Pekanbaru. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Lepas liar

Ratusan ribu benih lobster ini akhirnya dilepasliarkan di Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, Pariaman, Sumatera Barat. Meski sempat diundur karena faktor cuaca, pelepasliaran bisa dilakukan sore hari.

Selasa,  (21 /8/18) sekitar pukul 10.15, rombongan tim dari Pekanbaru tiba di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus. Tiga mobil yang membawa tim serta 27 box styrofoam langsung merapat di parkiran dermaga.

Tim dari Padang, terdiri dari Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan (SKIPM) Padang, Loka KPPN Pekanbaru dan BPSPL Padang telah menunggu sejak pagi.

Satu persatu-persatu box styrofoam diangkut ke speed boat, namun karena box yang diangkut cukup banyak akhirnya tim memutuskan untuk mengangkut box styrofoam dua kali.

Setelah boks tersusun rapi di dalam kapal, tim naik dan kapten kapal menghidupkan mesin. Kapal patroli TWP Pieh melesat cepat meninggalkan dermaga.

Tak berapa jauh dari Dermaga Bungus, angin mulai berhembus dan langitpun menghitam. Kapal terus melaju meninggalkan Teluk Bungus. Lama-kelamaan laju kapal mulai tak beraturan, ombak besar membuat mesin kapal harus dimatikan mengikuti ritme ombak yang mencapai ketinggian 2,5 meter. Kapal mulai terombang-ambing terhempas diterjang badai.

menarik dibaca : Fokus Liputan : Menanti Bu Menteri Meninjau Larangan Lobster Kembali (Bagian 5)

 

 

Para penumpang mulai memegang sisi-sisi kapal agar tak terjatuh, penumpang pun memakai jaket pelampung. Selama beberapa menit kapten kapal berupaya menembus badai untuk mencapai perairan namun tambah ke tengah ombak makin mengganas. Setelah dua mill meninggalkan dermaga sang kapten memutuskan kembali.

“Ombaknya terlalu tinggi kapal kita bisa terbalik,”  kata kapten kapal sembari berupaya memutar kapal.

Dengan segala upaya,  akhirnya kapal kembali ke Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus dan rombongan menunggu hingga cuaca mulai membaik.

Setelah cuaca agak membaik, sebagian tim kembali melanjutkan perjalanan, sebagian lagi tinggal di pelabuhan sembari menunggu boks yang ditinggal di pelabuhan. Perlahan kapal mulai melaju meninggalkan pelabuhan menuju Pulai Pieh. Meski laut masih bergejolak, kapal masih bisa mengikuti alur dan menyisir perlahan.

 

Petugas mengamati kantong berisi lobster sitaan. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Saya dan sebagian tim tinggal di dermaga sampai kapal yang melaju kembali datang menjemput kami yang menunggu di pelabuhan.  Sekitar satu jam perjalanan kapalpun tiba di perairan yang dituju, boks dikeluarkan dari kapal dan turun di sebuah pulau.  Setelah itu kapal kembali berlayar menuju dermaga mengangkut sebagian boks dan tim yang masih menunggu dermaga. Belum sampai separuh perjalanan,  kapten kapal kembali memutuskan tidak melanjutkan perjalanan dan berlindung hingga cuaca kembali membaik.

Informasi inipun segera disampaikan kepada tim yang masih menunggu di dermaga. Akhirnya, demi tak membuang-buang waktu, Kepala BKIPM Padang yang tinggal di dermaga bersama sebagian tim memutuskan mengangkut boks gunakan mobil hingga ke daratan terdekat dengan pulau dituju. Mobilpun bergerak menuju tempat dimaksud, sesampai di sana mereka memindahkan boks ke kapal kecil milik nelayan.

Speedboat milik TWP Pieh menunggu agak ke tengah karena terhambat batu karang, di sini  boks kembali dipindahkan dan diangkut ke Perairan TWP Pieh.

Di kawasan ini,  27 boks dibuka. Setiap boks berisi benih lobster dalam bungkus plastik bening. Tiap bungkus plastik berisi 250 benih lobster siap jual.

Sebelum dilepaskan perairan, benih lobster ini terlebih dahulu diberi air laut agar suhu jadi stabil dan siap dilepas. Pelepasan benih lobster ini merupakan ketiga kali dalam 2018. Sebelumnya,  pada Maret 37.730 anakan lobster mutiara senilai Rp7,56 miliar hasil tangkapan Satuan Polisi Air Polres Indragiri Hilir bekerjasama dengan SKIPM. Kemudian,  sitaan 92.480 benih lobster oleh Pol Air Polda Jambi dan SKIPM Jambi.

Kawasan TWP Pulau Pieh, di Padang Pariaman, Sumatera Barat, jadi tempat cocok melepasliarkan benih lobster karena terumbu karang masih bagus.

“Lobster itu habitat di terumbu karang, seperti Perairan Pulau Pandan. Harapannya, lobster bisa hidup dan tumbuh besar karena sesuai habitat asli,” kata Darmawan, penanggungjawab wilayah kerja TWP Pulau Pieh dan Laut.

 

Keterangan foto utama:  Sebanyak 202 ribu benih lobster jenis mutiara dan pasir hasil sitaan dilepasliarkan di kawasan konservasi TWP Pieh, Pariaman. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

Kepala SKIPM Padang, Rudi Barmara saat melepaskan benih lobster di kawasan konservasi TWP Pieh, Pariaman. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Lobster-lobster sitaan senilai lebih Rp30 miliar siap lepas liar. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version