Mongabay.co.id

Jangan Lagi Buang Sampah Popok ke Sungai, Ini Dampaknya

 

Aksi bersih-bersih di sejumlah sungai dan jembatan di Surabaya dan Sidoarjo dilakukan aktivis lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) bersama sejumlah mahasiswa pencinta lingkungan. Hasilnya, sampah popok bayi masih mendominasi perolehan sampah tersebut.

Selain prihatin dengan kesadaran masyarakat yang rendah, Ecoton ingin menunjukkan bahaya popok yang dibuang ke sungai. Tidak hanya mempengaruhi kualitas air, ikan yang hidup di Sungai Surabaya pun terkontaminasi mikroplastik akibat memakan material plastik dari bahan popok yang dibuang sembarangan itu.

Andreas Agus Kristanto Nugroho, peneliti senior Ecoton menyatakan, dari sampel ikan yang diambil di sejumlah titik di Sungai Surabaya menunjukkan di perutya ada serpihan plastik. Sumber plastik tersebut salah satunya dari sampah popok sekali pakai.

“Kami menemukan plastik yang sudah dimakan ikan, baik dalam bentuk serabut atau serpihan-serpihan kecil. Ini tentunya tidak baik bagi ekosistem lingkungan nantinya,” kata Andreas, baru-baru ini.

Sampah popok yang banyak dibuang ke sungai itu juga berpotensi mencemari sungai sebagai salah satu sumber air baku PDAM. “Bentuknya serpihan yang bisa dilihat dengan alat bantu sederhana,” lanjutnya.

Baca: Menanti Putusan Gugatan, Masyarakat Jawa Timur Diingatkan Bahaya Sampah Popok

 

Hasil laboratorium yang menunjukkan adanya temuan partikel plastik dalam perut ikan. Foto: Ecoton

 

“Pihak industri popok diharapkan mulai mengubah desain agar lebih ramah lingkungan, dan harus bertanggung jawab pada sampahnya yang tidak terkelola baik,” tambah Riska Darmawanti, peneliti Ecoton juga.

Sampah popok juga banyak ditemukan di Jombang, Malang, hingga Batu. Hal ini menunjukkan kondisi yang mengancam kelestarian ikan endemik sungai-sungai di Jawa Timur. Kami ambil sampel ikan di Wringinanom, hulu sungai Brantas dan di hilir sekitar Kenjeran. Hasilnya, dalam perut ikan ditemukan microfiber, yang merupakan serat-serat popok yang terlepas ke sungai. Ikan jenis nila, rengkik, jendil, keting, dan bader jadi korban.

“Ketika sudah jadi mikro, plastik-plastik tadi mengikat bahan pencemar yang ada di sekitar. Ini yang sebenarnya lebih berbahaya, yang bisa masuk ke tubuh ikan dan kita memakan ikan itu,” jelasnya.

Baca: Suarakan Bahaya Sampah Popok Sungai Brantas ke Kementerian sampai Istana Presiden

 

Sampah popok yang dibuang ke sungai tidak hanya merusak lingkungan tapi juga mengganggu kehidupan ikan yang ada. Foto: Ecoton

 

Bahan plastik yang ada di perairan dan dimakan ikan, sangat berbahaya bila ikan itu dikonsumsi manusia. Efeknya memang tidak akan langsung dirasakan, karena baru terjadi sepuluh atau dua puluh tahun kedepan.

“Kita akan rentan kena penyakit, bahkan kanker. Dalam plastik terdapat   Edocrine Disrupting Chemicals   (EDC)   yaitu substansi yang terdapat di lingkungan, makanan, dan produk industri lain yang dapat mengganggu biosintesis, metabolisme, dan aksi hormon. Dampaknya, mengganggu sistem reproduksi,” kata Andreas.

Baca juga: Riset Ecoton: 37 % Sampah di Sungai Surabaya adalah Popok Bayi

 

Sungai Surabaya, di kawasan Karangpilang perbatasan Surabaya dengan Sidoarjo ini, banyak ditemukan sampah popok dan plastik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Riska menambahkan, masyarakat harus disadarkan untuk tidak buang sampah popok ke sungai, sementara pemerintah didorong untuk menyediakan tempat penampungan sampah. “Masyarakat harus diorganisir untuk bisa mengelola sampah popoknya. Kami juga bekerja sama dengan dinas lingkungan hidup menyediakan droping point agar masyarakat menyerahkan popok bekas di tempat itu,” ujar Riska.

 

Aksi Ecoton terkait temuan partikel plastik dalam perut ikan, di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Foto: Ecoton

 

Di Sungai Brantas, terdapat sekitar 37 persen sampah popok bayi, yang sebagian besar fragmen plastiknya berada di lambung ikan. “Kami mengajak pemerintah dan masyakat untuk lebih peduli lingkungan, khususnya sungai,” tandas Prigi Arisandi, Direktur Eksekutif Ecoton.

 

 

Exit mobile version