Mongabay.co.id

Ada Suara Aneh di Lapisan Es Antartika

 

Benua beku Antartika di Kutub Selatan masih menyimpan misteri alam yang menunggu dieksplorasi. Antartika adalah satu-satunya tempat di bumi yang tidak dimiliki oleh siapapun atau negara manapun.   Juga tidak pernah memiliki sejarah dimiliki penduduk asli dan berdasarkan perjanjian Antartika, dinyatakan tanah dan sumber daya yang ada di Kutub Selatan hanya boleh digunakan untuk tujuan perdamaian dan ilmiah. Terdapat lebih 60 pusat sains di Antartika yang didirikan oleh 27 negara.

Baru-baru ini, benua ini kembali menjadi pembicaraan. Para ilmuwan terkejut ketika mendengar suara-suara yang dihasilkan oleh lapisan es Antartika. Suara tersebut memang tidak dapat didengar oleh telinga manusia namun cukup kuat ditangkap oleh sensor seismik dan peneliti harus mempercepatnya hingga 1.200 kali agar bisa didengar.

Suara yang dikeluarkan dari rekaman tersebut berupa nyanyian lempeng es Ross yang terdengar memilukan, mirip dengan backsound film horor.

Baca: Dari Luar Angkasa, 1,5 Juta Penguin Adélie Terpantau di Antartika

 

Antartika diprotret dari satelit Blue Marbel milik NASA. Sumber: Wikimedia Commons/Blue Marbel NASA/Davepape/

 

Menurut penelitian yang diterbitkan Jurnal Geophysical Research Letters, para ilmuwan mengubur 34 sensor yang sangat sensitif di bawah permukaan dinding es Ross Ice Shelf yang bersalju.

Awalnya, mereka tidak berniat merekam nyanyian lempeng es. Mereka hanya ingin mempelajari kondisi  lempeng es Ross yang terbesar di dunia yang luasnya kira-kira 4,5x Pulau Jawa. Suara-suara ini dikumpulkan selama dua tahun.

Baca juga: 10 Fakta Unik Tentang Benua Antartika

 

Seorang peneliti tengah memeriksa saluran yang terhubung ke seismometer ke sistem tata surya. Foto: Rick Aster via CNN.com

 

Suara itu dipercaya dihasilkan oleh angin yang menerpa tebing-tebing salju dan mengakibatkan getaran permukaan. Aktivitas Ini menghasilkan nada seismik yang mirip suara rintihan, pada frekuensi 5 Hertz dengan siklus per lima detik.

Variasi kekuatan pada angin dan perubahan temperatur udara pun mengubah-ubah nada nyanyian.

“Ini seperti Anda meniup sebuah peluit, terus-menerus, di atas lapisan es,” kata pemimpin riset Julien Chaput, ahli geofisika dan ahli matematika dari Colorado State University di Fort Collins sebagaimana dilansir dari Live Science.

 

 

Hasil penelitian itu menunjukkan lapisan es telah menipis dan beberapa puncak bukit es longsor karena suhu laut dan udara yang lebih hangat akibat perubahan iklim. Lapisan es mencair ini menyebabkan kenaikan permukaan air laut.

Menurut ahli glasiologi, Douglas MacAyeal, dari Universitas Chicago, hal ini memberi pengetahuan kepada para ilmuwa bagaimana dinding-dinding es di Antartika merespons perubahan iklim. Ia mengatakan, perubahan pada dengung bisa menunjukkan apakah ada danau meleleh, atau ada retakan di lempeng es, atau dinding es akan runtuh. [Berbagai sumber]

 

 

Exit mobile version