Mongabay.co.id

Inilah 10 Fakta Menarik tentang Laut Indonesia

Banyak side event, diskusi, maupun pameran selama dua hari pelaksanaan Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Nusa Dua, Bali pada 29-30 Oktober 2018. Salah satunya adalah peluncuran buku berjudul The States of the Sea hasil kolaborasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.

Peluncuran buku The States of the Sea dilakukan pada Senin (29/10/2018) dihadiri Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. dan Penasehat Senior Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Aryo Hanggono.

Buku ini dibuat dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Keduanya terdiri dari tiga jilid. Buku pertama membahas gambaran umum kondisi laut Indonesia. Buku kedua tentang kondisi laut di Indonesia Timur, khususnya Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715 meliputi tiga provinsi yaitu Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Buku terakhir tentang proyek-proyek konservasi kelautan di WPP 715 oleh USAID bersama lembaga-lembaga mitranya dalam program Sustainable Ecosystems Advanced (SEA) di wilayah tersebut.

Buku ini merangkum perjalanan dari upaya bersama untuk mendorong kelestarian laut Indonesia. Dengan gaya tulisan populer, desain penuh foto dan infografis, serta materi detail, tiga laporan ini bisa menjadi rujukan komprehensif tentang kondisi laut Indonesia.

“Dokumen ini akan menjadi panduan dalam upaya terpadu untuk meningkatkan sumber daya laut di Indonesia,” kata Joseph R. Donovan Jr.

baca :  Pengaruh Global Indonesia Semakin Terasa di Our Ocean Conference 2018

 

Dubes AS (kiri) Joseph R Donovan & Penasehat Senior KKP Aryo Hanggono saat meluncurkan laporan The States of the Sea dalam acara Our Ocean Conference 2018 di Bali. Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

 

Donovan melanjutkan Pemerintah AS melalui proyek SEA di bawah USAID mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penggunaan dan pelestarian sumber daya laut dengan mereformasi pengelolaan perikanan dan mempromosikan kawasan perlindungan yang efektif.

Kedua pemerintah juga bekerja sama untuk memerangi praktik perikanan ilegal, tidak terdaftar, dan tidak terlaporkan (IUU Fishing).

Sementara itu Aryo Hanggono mengatakan buku ini memberikan tambahan wawasan bagi pemangku kepentingan di sektor perikanan. Misalnya, nelayan, pelaku bisnis, dan pemerintah lokal. “Kita masih membutuhkan eksplorasi sumber daya perikanan. Selama ini masih lebih banyak di permukaan, belum di bawah dasar laut,” kata Aryo.

 

Fakta Menarik

Sebagai referensi lengkap tentang kondisi laut saat ini, buku The States of the Sea menampilkan informasi-informasi menarik dan relevan. Buku bagian pertama ini berisi gambaran umum pengelolaan sumber daya laut untuk perikanan skala kecil dan habitat laut penting di Indonesia.

Berikut adalah sepuluh fakta menarik yang diambil dari buku jilid satu :

 

Pertama, kedalaman laut. Rata-rata kedalaman laut di Indonesia mencapai 200 meter. Namun, terdapat pula beberapa cekungan (lubuk) dan palung laut yang dalam. Laut Indonesia juga memiliki beberapa gunung berapi yang masih aktif di dalamnya.

Salah satu penjelajahan terhadap sistem cekungan yang kompleks ini adalah Ekspedisi Snellius oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1929-1930. penjelajahan ini menemukan adanya 27 lubuk dan palung dalam. Palung paling dalam ditemukan di wilayah Banda mencapai 7,4 km.

baca :  Dikukuhkan di New York, Jumlah Pulau Indonesia Kini Sebanyak ….

 

Keluarga Besar Ilmu Kelautan Unsrat Manado melakukan pengibaran bendera 17 Agustus 2018 dari dalam laut di perairan Tugu Boboca, perbatasan Manado dengan kabupaten Minahasa. Upacara ini untuk menanamkan semangat kebangsaan yang berasal dari laut. Foto : keluarga besar ilmu kelautan Unsrat/Mongabay Indonesia

 

Kedua, arus besar. Laut Indonesia merupakan jalur perlintasan Arus Lintas Indonesia Indonesia (Arlindo) yang menyambungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Arus ini sangat besar sehingga mencapai sekitar 15 Sverdup. Sebagai gambaran, satu Svedrup setara dengan 1 juta kubik air per detik. Artinya, besarnya arus di laut Indonesia mencapai 15 juta meter kubik per detik!

Arlindo juga menjadi satu-satunya tempat di dunia di mana air permukaan ekuator yang hangat mengalir dari satu samudra ke samudra lain. Ini menjadikannya pendorong utama dalam sabuk sirkulasi laut global atau Great Ocean Conveyor Belt (GOCB). Arlindo lalu membawa dan mendistribusikan kembali perairan permukaan hangat dan perairan lebih dingin ke seluruh dunia. Perputaran inilah yang mengatur iklim secara global.

 

Ketiga, terumbu karang terluas. Indonesia memiliki wilayah terumbu karang terbesar di Asia Tenggara. Luasnya mencapai 39.500 km persegi mencakup 16 persen habitat karang dunia. Dengan demikian, Indonesia adalah produsen utama larva karang, yang menyebar untuk mengisi wilayah-wilayah lain di seluruh dunia.

baca juga :  Sembilan Tahun Peringati Hari Terumbu Karang Dunia, Bagaimana Kondisi di Indonesia?

 

Ikan dan terumbu karang yang ditemukan di perairan Puru Kambera di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Keempat, mangrove paling kaya karbon. Beberapa riset menunjukkan mangrove di Indonesia juga termasuk di antara hutan paling kaya karbon di dunia, yaitu mengandung karbon lebih dari tiga kali lebih banyak per hektare dibandingkan hutan tropis. di dataran rendah. Jika dibandingkan dengan hutan-hutan tropis di dataran tinggi, jumlahnya lima kali lebih banyak.

Luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan mencapai 3,25 juta ha. Lebih dari 50 persen hutan mangrove Indonesia berada di Papua Barat, dan selebihnya banyak dijumpai di sepanjang garis pantai Sumatra dan Kalimantan.

baca :  Seperti Apa Indeks Kesehatan Mangrove dan Lamun di Indonesia?

 

CA Leuweung Sancang merupakan hutan alami dengan luas sekitar 2.157 hektar. Hutan mangrove mendominasi kawasan ini. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Kelima, spesies penyu terbanyak. Indonesia mempunyai enam dari tujuh spesies penyu laut yang ada di dunia. Laut Indonesia menyediakan tempat bersarang dan mencari makan penting serta jalur migrasi penting di persimpangan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Di antara enam spesies penyu di Indonesia tersebut, tiga di antaranya adalah Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), dan penyu tempayan (Caretta caretta).

baca juga :  Penyu Hijau, Si Hewan Purba Penjelajah

 

Seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) kembali ke laut setelah bertelur di kawasan Taman Pesisir Jeen Womom, Tambrauw, Papua Barat. Jeen Womom ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) berbentuk Taman Pesisir untuk wilayah konservasi utama bagi 6 jenis penyu yang ada di Indonesia. Foto : WWF-Indonesia / Mongabay Indonesia

 

Keenam, satwa menari. Beberapa satwa laut Indonesia ternyata lebih senang berdansa-dansi pada malam hari. Saat hari sudah gelap, beberapa jenis hewan mikrofauna sering menari di terumbu karang, termasuk udang seperti udang harlequin (Hymenocera picta) dan udang bumblebee bergaris (Gnathophyllum americanum). Satwa lain juga senang berjoget di malam hari layaknya kawanan udang, yaitu gurita cincin-biru kecil dan mematikan (genus Hapalochlaena) serta spesies lobster berduri yang lebih besar (Panulirus homarus, Panulirus ornatus).

 

Lauriea siagiani atau squat lobster kecil yang dapat ditemui di perairan Manado Bay. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Ketujuh, penghasil ikan terbesar di dunia. Indonesia merupakan penghasil komoditas perikanan laut terbesar kedua di dunia, setelah China. Menurut laporan FAO, sekitar 5,4 juta ton ikan diproduksi pada 2012 dengan potensi total produksi mencapai sekitar 9,93 juta ton. Namun, berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.47/2016, jumlah tangkapan yang diizinkan “hanya” mencapai 7,95 juta ton.

 

Kedelapan, nelayan kecil. Sekitar 97 persen armada penangkapan ikan di Indonesia merupakan nelayan skala kecil. Nelayan kategori ini menggunakan perahu bermotor kecil, baik tanpa mesin maupun dengan mesin hingga 10 gross ton (GT). Menurut Ditjen

Perikanan Tangkap KKP sampai tiga tahun lalu terdapat lebih dari 540.000 kapal skala kecil ini beroperasi di seluruh perairan Indonesia. Riset lain mengatakan jumlah pastinya tidak bisa diketahui karena kapal-kapal skala kecil ini tidak memerlukan izin layaknya kapal besar.

Umumnya nelayan kecil ini menangkap ikan jenis demersal, seperti kerapu, kakap, ataupun ikan pelagis kecil, termasuk kembung dan banyar. Sebagian di antaranya menangkap ikan pelagis besar seperti tuna ataupu non-ikan, seperti kepiting dan lobster.

 

Nelayan melakukan bongkar muat ikan hasil tangkapan, termasuk ikan tuna di Pelabuhan Perikanan Sadeng, Gunung Kidul, Yogyakarta pada akhir November 2015. Foto : Jay Fajar

 

Kesembilan, tujuan utama menyelam. Sebagai salah satu tempat kekayaan biodiversitas terkaya di dunia, laut Indonesia menjadi tempat wisata bawah laut, termasuk menyelam. PADI, oganisasi pelatihan dan sertifikasi selam scuba, menempatkan Indonesia di peringkat kelima dalam tujuan menyelam teratas dunia. Sementara itu menurut CNN, laut Indonesia menempati setengah dari sepuluh tempat menyelam teratas di dunia.

Ada sekitar 710 lokasi penyelaman teridentifikasi di Indonesia dan lebih dari 400 bisnis menyelam beroperasi di seluruh Indonesia.

 

Seorang penyelam di bawah perairan Desa Jemeluk, Karang asem, Bali. Foto : Wisuda

 

Kesepuluh, peran tak tergantikan. Mungkin banyak yang belum tahu, laut berperan penting dalam produksi primer elemen rantai makanan dasar yaitu plankton dan organisme terkait. Spesies-spesies ini menyediakan udara yang dihirup untuk spesies yang hidup di darat, termasuk manusia. Oksigen ini menjadi sumber kehidupan paling penting manusia, tetapi justru jarang disadari fungsi dan keberadaannya.

Nyatanya, meskipun berperan penting, laut menghadapi tekanan kian besar. Menurut buku The States of the Sea ancaman-ancaman itu antara lain penangkapan ikan yang merusak, penangkapan ikan berlebihan, polusi laut, pembangunan pesisir, dan perubahan iklim. Padahal, tanpa lautan yang sehat termasuk di Indonesia, manusia tidak akan bisa hidup.

 

Exit mobile version