Mongabay.co.id

Inilah Gelombang Tsunami Tertinggi Dalam Catatan Sejarah Moderen

 

Tsunami Selat Sunda yang terjadi 22 Desember 2018 masih menyisakan duka mendalam bagi kita semua. Proses recovery pun masih berlangsung. Tsunami ini diyakini akibat letusan Gunung Anak Krakatau yang diikuti tanah longsor di bawah laut.

Ahli Geologi Gempa Ben van Der Pluijm seperti dikutip The Guardian mengatakan, kemungkinan tsunami di Selat Sunda disebabkan ketidakstabilan gunung berapi aktif. Ketidakstabilan itu menciptakan longsoran batu yang menggerakkan volume besar air laut. Lalu, terjadilah gelombang tsunami lokal yang memiliki potensi sangat kuat.

Baca: Fase Konstruksi, Gunung Anak Krakatau Berproses Membangun Tubuhnya

 

Lituya Bay beberapa minggu setelah tsunami hebat. Foto: D.J. Miller, United States Geological Survey via Geology.com

 

Tulisan kali ini, Mongabay Indonesia ingin mengisahkan tsunami dengan tinggi gelombang luar biasa, yang terjadi di belahan dunia lain. Tepatnya di Alaska, Amerika Serikat, sebagaimana dikutip dari Geology.com.

Rabu, 9 Juli 1958, gempa bumi berkekuatan 7.8 Skala Richter terjadi di sepanjang Patahan Fairweather di Alaska bagian tenggara. Gempa ini melepaskan sekitar 30,6 juta meter kubik batu-batu besar serta es dan menghempaskan pantai timur laut Teluk Lituya.

Inilah asal muasal terminologi Megatsunami Lituya Bay, atau Tsunami Raksasa Teluk Lituya. Teluk ini berada di Patahan Fairweather di bagian timur laut Teluk Alaska. Sangat jauh dari Indonesia.

Bentuk geografinya unik dengan panjang sekitar 11,3 kilometer dan lebar hingga 3,2 kilometer. Lituya memiliki kedalaman sekitar 219 meter. Namun, hanya mulut teluk sedalam 9,7 meter yang memisahkan Teluk Alaska dengan La Chaussee Spit dan Harbor Point.

 

Bebatuan besar dan pepohonan hancur akibat terjangan tsunami Lituya Bay. Foto: D.J. Miller, United States Geological Survey via Geology.com

 

Batu-batu besar pun jatuh dari ketinggian 914 meter ke teluk kecil di perairan Gilbert. Suara tumbukannya dengan air bisa terdengar hingga jarak 80 kilometer.

Dampaknya? Terjadilah tsunami lokal yang menabrak garis pantai barat daya Teluk Gilbert. Gelombang itu menghantam dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga menyapu bersih  tanah yang memisahkan Teluk Gilbert dari bagian utama Teluk Lituya.

Gelombang berlanjut ke sepanjang Teluk Lituya, di atas La Chaussee Spit hingga ke Teluk Alaska. Begitu kuatnya gelombang tsunami hingga mencabut pohon-pohon dan vegetasi hingga diketinggian 524 meter di atas permukaan laut. Jutaan pohon tumbang dan tersapu ombak. Ini adalah gelombang tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah moderen.

 

Gelombang dahsyat tsunami menghancurkan pesisir Lituya Bay. Foto: D.J. Miller, United States Geological Survey via Geology.com

 

Dalam buku “The Wave: In Pursuit of the Rogues, Freaks and Giants of the Ocean Monster”, Susan Casey menulis bahwa gelombang tsunami teluk Lituya mencapai tinggi 524 meter dan menghantam pantai dengan kecepatan 161 kilometer per jam.

Bencana ini memang tidak begitu dikenal orang meski dengan skala seperti itu, karena memang dari sisi jumlah korban tergolong sedikit, yakni 5 orang.

 

Kerusakan yang tampak akibat sapuan tsunami Lituya Bay. Foto: D.J. Miller, United States Geological Survey via Geology.com

 

Meski begitu, muncul pertanyaan, bagaimana gelombang yang dihasilkan Teluk Lituya bisa sedahsyat itu?

Penyebab pasti kenapa tsunami sedemikian kuat masih menjadi perdebatan ilmuwan. Bahkan, ahli geologi tidak menemukan kata sepakat dengan penjelasan-penjelasan yang ada.

 

Lituya Bay berdasarkan citra Landsat. Sumber: Geology.com/NASA Landsat

 

Hingga pada tahun 2010, para ilmuwan meyakini bahwa jatuhnya bebatuan besar ke air diyakini belum cukup untuk menjelaskan mengapa tsunami bisa begitu besar dengan gelombang begitu tinggi.

Studi itu menyimpulkan, peristiwa runtuhan ganda sangat mungkin terjadi dan mengakibatkan tsunami raksasa. Para ilmuwan menyimpulkan, telah terjadi “runtuhan ganda (dual slide)” dimana runtuhan batu karang yang juga memicu pelepasan 5 – 10 kali volume sedimen yang terperangkap oleh Gletser Lituya yang berdekatan, rasionya sebanding dengan peristiwa efek “dual slide” yang pernah terjadi.

Teluk Lituya memiliki sejarah peristiwa megatsunami. Peristiwa 1958 adalah yang pertama data yang cukup memadai ditangkap saat itu.

 

 

Ahli geologi Amerika bernama Don J. Miller dari United States Geological Survey (USGS) telah mempelajari bukti terjadinya gelombang besar di Teluk Lituya sebelum Tsunami Juli 1958 terjadi. Dia telah mendokumentasikan bukti bahwa setidaknya telah terjadi empat gelombang besar sebelumnya dengan perkiraan pada tahun 1936, 1899, 1874, dan 1853 atau 1854. [Berbagai sumber]

 

 

Exit mobile version