Mongabay.co.id

Terdampar di Aliran Sungai Kualuh, Lumba-lumba Ini Mati

Bottlenose dolphin, jenis lumba-lumba yang banyak digunakan untuk pertunjukan di Indonesia. Foto: Wikimedia Commons/NASA/Public Domain

 

 

 

Sepasang lumba-lumba yang terdampar di aliran Sungai Kualuh, menghebohkan warga Desa Kualuh Beringin, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Utara [Labura], Sumatera Utara, Minggu [27/1/2019]. Mamalia ini sempat menjadi tontonan, karena beberapa kali melompat ke permukaan air.

Firma Damanik, warga setempat mengatakan, sehari terdampar lumba-lumba itu masih terlihat di sungai, namun hanya satu individu. Dia dan sejumlah pemuda coba mencari keberadaan satu individu lainnya dengan menelusuri aliran sungai, hasilnya nihil.

Dua hari pencarian, akhirnya diketahui lumba-lumba tersebut mati. Bangkainya mengapung di aliran sungai di Dusun Parlabian, Desa Kualuh Beringin, Kecamatan Kualuh Hulu, Labura. “Aparatur desa sudah memberitahukan BKSDA akan peristiwa ini. Andai saja bisa diselamatkan,” ungkap Firma kepada Mongabay, Selasa [29/1/2019].

Baca: Lumba-lumba Mati Terdampar di Pantai Seith

 

Inilah lumba-lumba yang mati di aliran Sungai Kualuh, Desa Kualuh Beringin, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Utara [Labura], Sumatera Utara, Selasa [29/1/2019]. Foto: Ayat S Karokaro/Mongabay Indonesia

 

Kamis malam, petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam [BBKSDA] Sumatera Utara mengevakuasi lumba-lumba malang itu. Jumat pagi [01/2/2019], dilakukan nekropsis untuk memastikan penyebab kematiannya.

“Kami mengevakuasi individu yang masih hidup dan melakukan nekropsis yang sudah mati. Untuk yang hidup, telah dilepaskan ke perairan laut Tanjung Balai,” jelas Rusli Parel Butarbutar, Plh Kepala Seksi Wilayah 3 Kisaran BBKSDA Sumut.

Baca: Atraksi Lumba-lumba, Pertunjukan yang Kental Eksploitasi Ketimbang Edukasi

 

Bottlenose dolphin, jenis lumba-lumba yang banyak digunakan untuk pertunjukan di Indonesia. Foto: Wikimedia Commons/NASA/Public Domain

 

Menurut dia, lumba-lumba ini habitatnya di laut. Namun, memungkinkan berada di air tawar hanya tidak lama. “Pengangkutan telah dilakukan agar tidak menimbulkan masalah baru. Sebab, bisa saja manusia yang berada di sekitar terkena penyakit zoonosis, jika dibiarkan terlalu lama di sungai,” jelasnya.

Terkait kondisi satu individu yang masih hidup, kondisinya mengalami luka. Dikutip dari Tribun Medan, yang mewawancarai Dina, Staff Pelaksana Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Padang, Kementerian Kelautan Perikanan, disebutkan bahwa berdasarkan pemeriksaan awal ditemukan sejumlah luka yaitu di atas pelipis mata kanan, antara sirip punggung pertama atau main dorsal, dan ekor.

Baca juga: Waspada, Ada Penyakit Zoonosis di Sekitar Kita

 

 

Amenson Girsang, Kepala Seksi Perencanaan Perlindungan dan Pengawetan BBKSDA Sumut mengatakan, dipastikan sepasang lumba-lumba terdampar itu habitatnya di laut. “Ada dugaan, terdampar karena radar atau sonarnya yang mengalami gangguan. Lumba-lumba betina yang mati panjangnya sekitar dua meter. Dikubur di sekitar Kantor KPH Labura.”

Sebagai gambaran, di sekitar aliran sungai ada penambang pasir. Sementara di ujung muara banyak ditemukan buaya. “Kami terus identifikasi mengapa sepasang lumba-lumba ini begitu jauh masuk ke aliran sungai. Tim dokter dan para ahli terus memantau di lapangan,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version