Mongabay.co.id

Ternyata, Manusia Bisa “Mengerti” Keinginan Gajah

Gajah sumatera yang merupakan satwa kebanggaan Indonesia. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

 

Ucok dan Haryono. Dua nama tersebut ternyata milik individu gajah sumatera yang berada di Pusat Pelatihan Gajah [PLG] Taman Nasional Way Kambas [TNWK], Lampung Timur. Di PLG ini juga berdiri Rumah Sakit Gajah, yang pertama di Asia Tenggara guna mendukung konservasi dan menyejahterakan gajah sumatera.

Jumat sore [14/02/2019], keduanya tengah menyantap rumput sajian sang mahout. Sesekali Haryono menyilakan kaki bagian belakang sambil menyemburkan sisa air di belalainya ke udara.

Haryono dan Ucok telah menginjak usia 30 tahun. Menurut mahout gajah Roman, kedua individu ini beberapa bulan terakhir menunjukkan perilaku kurang bersahabat.

“Sering berbuat ulah. Sering mengajak berkelahi gajah lain dan cenderung tidak mau didekati manusia,” terangnya.

Perilaku yang membahayakan individu gajah lain dan juga manusia, membuat pihak PLG memasang rantai pada kedua gajah tersebut.

Baca: Ketika Konflik Gajah Tidak Lagi Merugikan Warga Braja Harjosari

 

Gajah sumatera merupakan satwa kebanggaan Indonesia. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Pada waktu bersamaan, para mahout PLG dan tim ERU [Elephant Response Unit] mengikuti pelatihan handling gajah dengan mengedepankan kesejahteraan satwa. Para mahout dilatih teknik “berkomunikasi” dengan mengenal lebih dekat gajah melalui metode mind power.

Cara ini menggali informasi melalui pikiran bawah sadar, yang bisa diterapkan pada individu hewan, tumbuhan, bahkan manusia. “Menjadi jembatan antara mahout dengan gajah agar ada titik temu dalam interaksi mereka,” kata drh. Rajanti Fitriani, sang ahli.

Teknik dilakukan dengan cara masuk ke gelombang otak alfa sambil memunculkan wajah gajah atau satwa yang ingin digali informasinya. “Dari sini kita mendapat gambaran lebih jujur dan tahu solusi apa yang sebaiknya diterapkan kedepannya terhadap satwa yang kita tangani.”

Semakin rileks, kita akan semakin dalam mendapatkan informasi. Menurut Rajanti, memang tidak mudah berkomunikasi dengan makhluk berbeda. Butuh ketelatenan. “Terkadang kita seperti menjadi detektif untuk mengkaji ulang atas informasi yang telah didapatkan,” ujarnya.

Baca: Jangan Ada Lagi Korban, Konflik Manusia dengan Gajah Harus Diselesaikan

 

Gajah sumatera di PLG Way Kambas, Lampung, bersama penjaganya. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Dalam pelatihan tersebut, para mahout coba menggali informasi Ucok dan Haryono. Tentunya, saat keduanya tengah makan di hamparan rumput. Para mahout hanyut dalam relaksasi, berupaya menggali keterangan melalui alam bawah sadar.

Saat kegiatan usai, sebagian mahout ada yang mendapatkan gambaran, sebagian tidak. Dodot salah satu mahout seperti dapat berdialog dengan dua gajah tersebut. Hal yang didapat, Haryono dan Ucok senang mengenang masa kecil mereka dengan banyak bermain. Keduanya satu angkatan, selalu bersama.

“Kenangan itu tidak pernah dialami lagi, keduanya ingin mengulang masa lalu yang menyenangkan,” katanya.

Baca juga: Penelitian: Jumlah Gajah Sumatera di Way Kambas Dapat Diperkirakan Melalui Kotorannya

 

Dengan teknik mind power, manusia dapat mengerti apa keinginan gajah. Foto: Eni Muslihah/Mongabay Indonesia

 

Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas Subakir menyebutkan, total gajah di PLG sekitar 68 individu. Sementara, gajah liar yang ada diperkirakan sebanyak 247 individu.

“Gajah-gajah jinak di PLG dihimpun karena tidak memungkinkan berada di alam bebas, akibat perburuan liar,” kata dia.

Subakir yakin, perlahan perburuan liar dan pembalakan yang terjadi di kawasan ini bisa teratasi. “Way Kambas bisa menjadi percontohan terbaik untuk kegiatan konservasi,” tuturnya.

 

Infografis gajah sumatera. Sumber: WCS-IP

 

Gajah sumatera   [Elephas maximus sumatranus] merupakan anak jenis gajah asia, satu dari dua spesies gajah di dunia. Beratnya bervariasi dari 2,25 ton hingga 5,5 ton per individu. Mamalia besar ini dapat tumbuh hingga tiga meter dari pundak ke kaki. Persebarannya, ada di hutan dataran rendah Sumatera.

 

 

Exit mobile version