Mongabay.co.id

Ada Potongan Plastik dan Cacing di Paus Sperma Kerdil Ini

 

Seekor paus, sementara ini diidentifikasi jenis sperma kerdil (dwarf sperm whale) akhirnya mati setelah berupaya diselamatkan warga pada Senin (11/3/2019) di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali. Pantai berpasir hitam yang arusnya cukup kuat dan jalur perlintasan megafauna selatan-timur Bali.

Paus sperma ini kemudian dievakuasi oleh Tim respon cepat BPSPL Denpasar, TCEC, BKSDA Bali, FKH Udayana pada Selasa (12/3/2019) ke Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, untuk diteliti.

Dari video amatir salah satu warga, nampak empat warga terus berusaha mendorong paus berwajah lembut ini ke tengah laut tanpa alat tambahan. Gelombang menggulung badan paus sperma ke tengah laut namun ia tak tak mampu berenang. Ketika kembali menuju bibir pantai, warga dengan sekuat tenaga terus mendorong sampai berenang lebih ke tengah, berusaha memberi penyelamatan.

Ngasen to (sudah sekarat),” seru salah seorang berkali-kali.

“Tidak apa, yang penting kita sudah coba bantu,” rekannya menimpali.

baca : Ditemukan 5,9 Kg Sampah Dalam Perut Paus Sperma di Wakatobi. Kok Bisa?

 

Seekor paus berjenis sperma kerdil (dwarf sperm whale) akhirnya mati setelah berupaya diselamatkan warga pada Senin (11/3/2019) di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali. Foto : TCEC/Flying Vet/relawan FKH Unud/Mongabay Indonesia

 

Dari kronologis yang diberikan BKSDA Bali, Plh. Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Made Budiadnyana Putra, memaparkan, pada Senin (11/3) sekitar pukul 05.30 WITA, seorang nelayan bernama Wayan Warta melaporkan ada satwa laut seperti lumba-lumba terdampar di Pantai Rangkan, Ketewel, Sukawati, Gianyar.

Nelayan ini melihat satwa laut ini masih hidup, bersama teman mancingnya berusaha mendorong ke tengah perairan dengan jarak 20 meter dari pantai. Keesokan hari pada Selasa, “lumba-lumba” yang kemudian diidentifikasi paus sperma kerdil sudah mati terdampar sekitar 5 meter dari bibir pantai.

Panjang badannya sekitar 2,2 meter, lingkar perut 1,54 cm, dan berat sekitar 200 kg. Terdapat luka di punggung dan di bawah mulut. Petugas dari TCEC dan Fakultas Kesehatan Hewan Universitas Udayana tiba melakukan identifikasi lalu membawanya ke TCEC untuk nekropsi.

baca juga :  Bukan Diburu, Paus Sperma Ini Mati Akibat Sampah Plastik

 

Seekor paus sperma kerdil (dwarf sperm whale) yang mati di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali, dibawa dan dinekropsi di Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar. Foto : TCEC/Flying Vet/relawan FKH Unud/Mongabay Indonesia

 

Halaman TCEC riuh dengan aktivitas nekropsi. Relawan komunitas mahasiswa kedokteran hewan lain seperti Turtle Guard dan Rothschildi juga terlibat. Terlihat dari sejumlah video pembelajaran yang dibuat.

Semua organ diobservasi, dicatat, dan disimpulkan. Untuk mempercepat proses nekropsi, mereka membagi ke beberapa kelompok untuk melakukan pengamatan tiap organ. Selanjutnya mengambil sampelnya. Mereka terlihat serius mempelajari organ-organ paus sperma ini walau statusnya kode 3, badannya membengkak dan bau.

Klasifikasi kondisi mamalia laut yang terdampar berdasarkan Geraci & Lounsbury 1993: Kode 1: alive (hewan masih hidup). Kode 2: fresh dead (hewan baru saja mati, belum ada pembengkakan). Kode 3: moderate decomposition (bangkai mulai membengkak). Kode 4: advance decomposition (bangkai sudah membusuk). Kode 5: severe decomposition (bangkai sudah mulai memutih menjadi kerangka, atau sudah jadi kerangka).

Hasilnya adalah paus sperma ini jantan, ada parasit cacing nematoda, jenisnya perlu identifikasi lagi. Terjadi pembesaran usus besar, perlu konfirmasi apakah sesuai anatomi paus. Berikutnya ada potongan plastik di ususnya, tercampur dengan makanannya seperti udang.

menarik dibaca :  Belajar dari Pearlie, Paus Sperma Kerdil Betina yang Mati Terluka

 

Dokter hewan dan mahasiswa FKH Unud melakukan nekropsi paus sperma kerdil setelah mati terdampar pada Selasa (2/3) di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali. Foto : TCEC/Flying Vet/relawan FKH Unud/Mongabay Indonesia

 

I Wayan Yustisia Semarariana, dokter hewan relawan TCEC dan Flying Vet, sebuah organisasi yang fokus pada penanganan mamalia terdampar ini melakukan nekropsi seharian bersama relawan-relawan lain. Jenis paus sperma ini antara dwarf sperm whale atau pygmy sperm whale. Nekropsi bertujuan mencari tahu penyebab kematiannya. Dari patologi anatominya ada 2 hal diteliti, yang terlihat mata dan tidak.

“Tak ada tulang patah, semua organ bisa identifikasi, paru, jantung, limfa, usus, dan lainnya, jantan dari testis dan kandung kemih,” urainya. Tak ada penebalan atau indikasi peradangan. Ada sejumlah luka gigitan cookie cutter shark. Gigitan hiu menurutnya bukan penyebab kematian mayoritas karena banyak mamalia survive dengan gigitan dan sembuh.

Nekropsi paus sperma dwarf ini juga pernah dilakukan tahun lalu di Denpasar.

Yustisia juga mengingat, tahun ini di pantai daerah Kedonganan, Badung juga ada laporan warga di medsos temuan satwa laut yang terluka tapi didorong ke laut dan tak ada kabarnya lagi.

Potongan plastik yang ditemukan seperti kresek warna merah. Hanya sepotong, dinilai tak signifikan sebagai penyebab kematian. “Secara umum kemungkinan satwa ini mengidap penyakit, ususnya kosong. Tak mungkin mati mendadak. Ada prosesnya,” jelas Yustisia.

Infeksi ususnya bisa karena bakteri atau virus. Juga kemunginan masalah mega kolon, pembesaran usus. Segala hal yang mengganggu usus, bisa menyebabkan mega kolon seperti benda asing yang pernah masuk dan keluar, menyebabkan membesar. Bisa parasit, peradangan, tak terkompensasi akhirnya membesar. Bisa juga genetik. Kalau hewan mamalia bisa dilakukan operasi dan sembuh.

Luka lain tak ditemukan, seperti kemungkinan benturan atau tertabrak kapal. Para peneliti juga menyimpulkan ada memar di paru, kemungkinan karena efek kematian sudah lama. Untuk mendapatkan lebih banyak cerita dari histo patologi, mereka mengumpulkan organ otak. Setelah organ kepala dibuka, tidak ada cedera.

 

Dokter hewan dan mahasiswa FKH Unud melakukan nekropsi paus sperma kerdil setelah mati terdampar pada Selasa (2/3) di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali. Foto : TCEC/Flying Vet/relawan FKH Unud/Mongabay Indonesia

 

Parasit cacing ini sedang diidentifikasi karena makin banyak sperm whale yang mengidap. Yustisia sendiri sedang intens meneliti cacing pada ikan. Untuk memastikan cacing ini harus pakai mikroskop atau sekuensing DNA.

“Kita temukan di lambung, jarang sekali cacing di lambung. Kenapa bisa di lambung? Kita teliti lagi,” jelasnya. Yustisia juga memiliki pengalaman menangani satwa laut hidup untuk direhabilitasi. Menurutnya megafauna terdampar di Bali jarang terdampar hidup.

Menurut buku panduan “Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar” yang diterbitkan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2012 pada umumnya, kejadian terdampar bukanlah suatu hal yang wajar bagi paus dan lumba-lumba, dalam arti bahwa binatang-binatang tersebut secara alami mendamparkan diri. Perkecualiannya adalah jenis paus pembunuh (Orcinus orca) yang memang sering mendamparkan diri di pantai di daerah beriklim dingin untuk memburu anjing laut.

Para ahli memiliki beberapa teori penyebab paus dan lumba-lumba terdampar sebagai berikut: 1) Patologis internal: kehadiran parasit dalam organ syaraf (Morimitsu et al. 1987) atau karena si hewan menelan benda asing seperti plastik, seperti yang terjadi pada seekor paus Bryde di Cairns di tahun 2009 (Aragones et al. 2013) 2) Gangguan pada sistem navigasi: karena alat buatan manusia misal sonar (Jepson et al. 2003; Yang et al. 2008) atau alami seperti badai matahari (Vanselow & Ricklefs 2005).

 

Potongan plastik ditemukan pada organ paus sperma kerdil. Foto : TCEC/Flying Vet/relawan FKH Unud/Mongabay Indonesia

 

Badai yang berkekuatan tinggi dapat menyebabkan disorientasi atau kelelahan pada si hewan sehingga mereka terdampar (Evans et al. 2005) 4) Produktivitas suatu perairan meningkat (akibat kombinasi beberapa faktor seperti pasokan air dingin dan upwelling yang makin sering) sehingga paus dan lumba-lumba mengejar mangsa hingga keperairan dangkal dan terdampar (Evans et al. 2005) k

Berikutnya bisa pengaruh bulan purnama (seperti yang menyebabkan serangkaian kejadian koteklema terdampar di Atlantik Utara (Wright 2005)) 6) Dekompresi akibat rapid ascend (naik kepermukaan secara tiba-tiba) karena terpicu oleh gempa bumi (Benjamin Kahn, komunikasi personal 2012).

 

Exit mobile version