Mongabay.co.id

Aksi Pelajar Minta Pemerintah Serius Tangani Perubahan Iklim

Pelajar dari Jakarta dan Bogor, aksi di depan Balai Kota Jakarta, menuntut pemerintah beraksi nyata tangani perubahan iklim. Aksi ini juga dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat. Foto: Indra Nugraha/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

 

“Save our planet. Save our future.” “Standing with Greta.” “Save global future.” “Smart people, dont destroy, their home.” “If you dont act like adult, we will.”

Begitu antara lain pesan-pesan yang dibawa para pelajar ini kala aksi di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (15/3/19).

Pada hari itu, pelajar di Jakarta dan Bogor, Indonesia, maupun berbagai negara lain di dunia, meninggalkan kelas mereka untuk menyuarakan desakan segera aksi nyata atasi perubahan iklim.

Mereka berkumpul di depan Gedung Balai Kota Jakarta, membawa berbagai spanduk bertuliskan pesan kampanye peduli perubahan iklim.

 

Aksi pelajar di Balai Kota Jakarta, mendesak pemerintah serius tangani perubahan iklim. Foto: Indra Nugraha/ Mongabay Indonesia

 

Spanduk dari kertas karton itu dibuat sedemikian menarik dengan warna-warni crayon. Mereka berbaris berjejer, tanpa orasi. Tulisan-tulisan dalam spanduk itu membawa pesan bagi semua pihak agar peduli dan segera aksi mengatasi perubahan iklim.

Aksi pelajar itu terinspirasi dari gerakan seorang siswa dan aktivis lingkungan muda, berusia 16 tahun asal Swedia, Greta Thunberg. Sejak 20 Agustus 2018, dia aksi setiap Jumat di depan berbagai Kantor Pemerintahan Swedia. Tuntutannya, Pemerintah Swedia, serius memperhatikan perubahan iklim, mengurangi emisi karbon sesuai Kesepakatan Paris.

Aksi Thunberg itu, meluas ke berbagai belahan penjuru dunia lain, kemudian dikenal dengan gerakan #FridayFor Future.

Muhammad Ammar Fadilah, siswa peserta aksi mengatakan, aksi ini murni inisiatif mereka terinspirasi dari Thunberg. Dia mengenal Greta Thunberg dari internet.

“Tadinya, aksi ini hanya berdua bersama teman, Firdaus. Saya awalnya mendaftar di website fridayforfuture.org. Pas aksi berlangsung, ada teman-teman pelajar lain dari Bogor ikut juga. Mereka sama-sama mendaftar di website itu,” katanya.

Saat mendaftar, dia akan terkoneksi dengan berbagai pelajar lain yang juga memiliki ketertarikan serupa hingga bisa aksi bersama-sama.

“Kita berharap pemerintah segera mendeklarasikan darurat iklim. Sekarang, kondisi iklim kita sudah tidak baik. Di Jakarta, juga udara buruk, dari 365 hari, hanya 34 kualitas udara baik,” katanya.

Untuk itulah, alasan aksi itu di depan Balai Kota Jakarta.

Jakarta, katanya, banyak masalah iklim, dari kualitas udara buruk, sampah dan lain-lain.

 

Pelajar dari Jakarta dan Bogor, aksi meminta pemerintah serius tangani perubahan iklim. Foto: Indra Nugraha/ Mongabay Indonesia

 

Pemerintah, katanya, harus memperhatikan pembakaran sampah yang tak bertanggungjawab, pemborosan listrik, penggunaan kendaraan bermotor tak bijak, dan industri pabrik menggila, emisi gas rumah kaca dan lain-lain.

Dia juga meminta, pemerintah memberikan informasi valid mengenai kualitas lingkungan. Pemerintah, katanya, juga harus memasukkan pendidikan krisis ekologi ke kurikulum sekolah.

“Saya sekolah di SMK teknik. Di pelajaran kurikulum SMA/SMK sederajat itu tak ada pelajaran yang membahas krisis ekologi atau tentang lingkungan. Masalah efek rumah kaca maupun pemanasan global, kami tahu hasil searching dari internet.”

Menurut Ammar, kalau pemerintah mengabaikan tuntutan mereka, bukan tak mungkin mereka akan aksi kembali. Tak hanya pada setiap Jumat seperti dilakukan Thunberg.

“Bisa jadi Sabtu, atau Minggu saat CFD (car free day-red).”

Muhammad Firdaus, peserta aksi lain mengatakan, tertarik ikut setelah mengenal gerakan Thunberg, pada 22 Februari lalu.

“Saat saya mendaftar di websitenya, belum ada dari Indonesia. Negara-negara lain sudah aksi. Padahal, kita tahu, Indonesia ini negara yang jadi sorotan dunia untuk isu perubahan iklim,” katanya.

Dia mendesak, pemerintah mendeklarasikan kondisi iklim sudah kritis dan lebih gencar sosialisasi kepada masyarakat.

“Cuaca di Indonesia, tak menentu. Bencana di mana-mana. Ini pasti ada kaitan dengan iklim di dunia. Saya berharap, Pemerintah Indonesia, lebih mengurangi dampak pemanasan global dan perubahan iklim.”

Setelah aksi ini, dia dan teman-teman akan membenahi dan memberikan contoh kepada banyak orang akan pentingnya memperhatikan isu perubahan iklim. Mereka akan membuat diskusi internal membahas tuntutan itu.

“Aksi selanjutnya, tergantung respon pemerintah. Kalau tak ada respon, kita aksi lagi.”

Bunga Hikmawati, pelajar asal Bogor mengatakan, aksi ini sangat penting sebagai langkah awal perbaikan.
“Ini awal bagi kita. Kalau tak ada langkah awal, tak akan ada langkah selanjutnya.”

Dia bilang,bumi harus benar-benar terjaga demi kelanggengan hidup manusia juga.

 

 

Keterangan foto utama:     Pelajar dari Jakarta dan Bogor, aksi di depan Balai Kota Jakarta, menuntut pemerintah beraksi nyata tangani perubahan iklim. Aksi ini juga dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat. Foto: Indra Nugraha/ Mongabay Indonesia

Siswa di Jakarta, yang ikut gerakan #FridayFor Future, aksi di Balai Kota Jakarta. Foto: Indra Nugraha/ Mongabay Indonesia
Exit mobile version