Mongabay.co.id

Gunung dan Hutan Tidak Luput dari Ancaman Sampah Plastik

 

 

Persoalan sampah tidak hanya menjadi urusan masyarakat perkotaan. Kini juga telah merambah ke wilayah pegunungan dan hutan. Hal ini tidak lepas dari peran wisatawan atau pengunjung yang masih membuang sampah sembarangan.

“Sebelum melakukan pendakian atau kunjungan, wisatawan seharusnya memiliki kesadaran menjaga kebersihan lingkungan,” kata Saiful Rizal, Ketua Trashbag Community Jawa Timur, baru-baru ini.

Saiful mencontohkan, Gunung Penanggungan yang menjadi tempat pendakian maupun wisata alam, kini dikotori sampah plastik. Lihat saja di tempat peristirahatan para pendaki atau biasa disebut puncak bayangan serta jalur ke puncak mulai pos 1 hingga pos 4.

“Banyak tisu, botol air mineral dan puntung rokok yang dibuang ke semak-semak. Ini lebih pada perilaku, karena sudah ada larangan peringatan agar tidak buang sampah sembarangan,” terangnya.

Saiful mencontohkan aturan di Gunung Semeru. Wisatawan atau pendaki harus melaporkan makanan dan minuman yang dibawa. Sampah harus dibawa turun kembali bila tidak ingin mendapat sanksi.

“Edukasi dan sosialisasi kepada komunitas pendaki maupun pencinta wisata alam, kerap kami lakukan. Kami tidak bosan mengangkut sampah dari gunung yang ditinggalkan pendaki atau pengunjung,” paparnya.

Baca: Ketika Sampah Impor Banjiri Jawa Timur

 

Gunung Semeru yang puncaknya mencapai 3.676 meter dari permukaan laut. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

 

Komitmen pemerintah

Kesadaran menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup ditegaskan bersama oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam [BBKSDA] Jawa Timur, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan [LHK] Jawa Timur, Dinas Kehutanan Jawa Timur, serta instansi terkait dan kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata alam.

Kegiatan bersih-bersih sampah telah dilakukan di Taman Wisata Alam [TWA] Kawah Ijen di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Danau Kastoba di Cagar Alam Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, serta Taman Wisata Alam Tretes di Kabupaten Pasuruan, dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2019.

“Di Ijen, saat bersih-bersih 1 Maret kemarin, kami dapat sampah satu mobil  pick up. Rata-rata botol minuman. Sementara, di Tretes pada 4 Maret, sampah sebanyak 250 kilogram telah diangkut” ujar Nandang Prihadi, Kepala BBKSDA Jawa Timur.

Nandang menambahkan, berkaitan sampah di gunung, BBKSDA Jawa Timur telah mengeluarkan kebijakan baru, wajib bersih Kawah Ijen pada Jumat pertama setiap bulan. “Kunjungan ditutup, sekaligus memperbaiki ekosistem yang ada,” tuturnya.

Baca: “Open Dumping” Sampah Harus Segera Ditinggalkan, Bagaimana Langkahnya?

 

Sampah plastik merupakan persoalan besar yang harus diatasi. Tampak seorang warga berdiri di antara tumpukan sampah plastik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Dewi Juniar Putriatni mengungkapkan, aksi bersih-bersih diperlukan untuk menumbuhkan rasa memiliki sekaligus mencintai lingkungan hidup. Sarana prasarana kebersihan yang telah disiapkan pemerintah maupun pengelola kawasan, tidak akan efektif selama masyarakat masih buang sampah sembarangan.

Di Taman Hutan Raya Raden Soerjo, meski disediakan tempat sampah, ada pengeras suara agar buang sampah pada tempatnya, serta tulisan-tulisan peringatan, tapi pengunjung tidak disiplin. Perlu waktu untuk mengedukasi masyarakat,” paparnya.

Baca juga: Gerak Cepat Gubernur Khofifah Tangani Sampah Popok di Sungai Brantas, Seperti Apa?

 

Sampah plastik yang kini tidak hanya berada di sekitar permukiman tetapi juga sudah mengotori pegunungan dan hutan. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, Diah Susilowati menambahkan, volume sampah di Jawa Timur setiap tahun meningkat, seiring bertambahnya penduduk dan daya konsumsi masyarakat. Mengubah pola hidup masyarakat untuk ramah lingkungan sekaligus mengurangi sampah, merupakan kunci utama mengatasi persoalan ini.

“Kadang, tempat sudah bersih dikotori lagi. Mengubah kebiasaaan buruk ini tidak bisa sekali, harus sering, terus menerus. Nanti akan kami evaluasi dalam setahun, kira-kira kesadaran seperti apa yang harus diciptakan agar gunung dan hutan serta tempat wisata umumnya bebas sampah,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version