Mongabay.co.id

Penguatan Restorasi Gambut, BRG-Lapan Tandatangani Kerjasama

Ali Anas, Kepala Dusun Rantau Benuang, Desa Tanjung Leban, Kecamatan Kubu, Rokan Hilir, Riau mendokumentasikan kebun sawit di hamparan gambut yang terbakar, Jumat (17/8/18). Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Badan Restorasi Gambut (BRG) menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Jakarta, Senin (18/3/19). Melalui kerjasama itu, LAPAN akan menyediakan data dan informasi penginderaan jauh guna mendukung restorasi gambut. Data itu akan menjadi acuan dalam perencanaan, monitoring, penelitian, dan pengembangan restorasi gambut.

Nazir Foead, Kepala BRG mengatakan, kerjasama ini terobosan penting karena selama ini pengukuran kelembaban tanah belum spesifik soal gambut.

Nota kesepahaman ini, katanya, menunjukkan penegasan komitmen kedua pihak soal penyediaan dan pemanfaatan data informasi penginderaan jauh untuk restorasi gambut.

“BRG akan melibatkan dua kedeputian, perencanaan dan kerjasama, dan kedeputian penelitian dan pengembangan. Lapan akan melibatkan deputi penginderaan jauh,” katanya, seraya bilang MoU akan berjalan sampai 31 Desember 2020.

Adapun hal-hal yang tercakup dalam kerjasama ini, seperti pemanfaatan data dan informasi penginderaan jauh berupa identifikasi burn scar, jaringan kanal, pembukaan lahan dan data hotspot.

Kerjasama ini juga akan mengembangkan sistem informasi dan monitoring restorasi gambut, pemanfaatan data LiDAR, dan inventarisasi ekosistem gambut di tujuh provinsi prioritas.

“Akan membantu kita memperkirakan kebasahan gambut dengan citra Lapan. Ini akurat dan real time. Saya yakin, [kerjasama ini] memiliki kontribusi sangat penting.”

Selain itu, katanya, dengan kerjasama ini akan makin memudahkan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Thomas Djamaluddin, Kepala Lapan mengatakan, penginderaan jauh bisa mendukung upaya restorasi gambut, pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan.

“Sejak 2015, upaya mengurangi karhutla sudah sedemikian intensif atas arahan bapak presiden. Kita juga merasakan betapa merepotkan ketika karhutla pada lahan gambut. Asap luar biasa dan pemadaman waktu lama,” katanya.

Sejak karhutla 2015, Lapan terus mengupayakan informasi mengenai titik api bisa terakses publik. Informasi menyebar melalui laman Lapan, juga aplikasi gawai. Harapannya, upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla lebih efektif.

“Identifikasi kebakaran di lahan gambut harus jadi perhatian. Berdasarkan peta daerah bergambut, kami biasa overlay dengan titik-titik panas untuk bisa memberikan perhatian lebih pada daerah-daerah lahan gambut.”

 

Hutan gambut, yang pohon besarnya sudah ditebang, alami kebakaran. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

Dengan kerjasama ini, dia berharap bisa memberikan kontribusi terkait pemanfaatan indera jauh lebih luas lagi. Tidak hanya memantau titik api, juga memberikan informasi lebih untuk restorasi gambut.

Penginderaan jauh, katanya, merupakan teknologi bisa untuk mantau permukaan bumi lebih efisien dan cepat. “Indera jauh bisa memantau areal luas tapi masih terbatas pada pemantauan permukaan. Belum informasi bawah permukaan.”

Teknologi LiDAR, katanya, lebih maju dalam pemantauan sedikit lebih ke dasar. “Ini masih terus dipelajari. Kami harap kerjasama dengan BRG bisa mengembangkan teknik-teknik baru pemantauan indera jauh, dan sebisa mungkin memberi informasi aspek kerentanan kebakaran hutan.”

Orbita Roswintiati, Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lapan mengatakan, sebelum MoU, Lapan dan BRG, sudah cukup intensif bekerjasama.

“Dari Lapan kita akan memanfaatkan data SAR, data radar. Untuk ground water level juga kita manfaatkan data LiDAR, yang kebetulan kami juga punyai untuk beberapa waktu dan tempat. Digital evaluation model juga akan kita kaitkan dengan itu. Kami juga kontribusi memantau suhu permukaan,” katanya.

Untuk deteksi kanal, Lapan sudah bentuk grup dalam manfaatkan data resolusi tinggi. Dia bilang, banjir mudah terdeteksi dengan data SAR, sekaligus perubahan tutupan lahan. “Banyak bencana terjadi oleh perubahan lahan.”

 

Kanal yang dibuat perusahaan. Foto: Suryadi/ Mongabay Indonesia

 

 

Hemat biaya

Thomas mengatakan, penginderaan jauh Lapan guna memenuhi amanat dan UU Keantariksaan. Lapan bertanggungjawab, memberikan citra satelit ke semua kementerian lembaga dan daerah.

“Sebelum ada Inpres 6/2012, semua kementerian lembaga punya citra satelit sendiri-sendiri. Ini pemborosan anggaran negara luar biasa. Melalui inpres itu, penyediaan citra satelit khusus beresolusi tinggi, dikoordinasi Lapan,” katanya.

Penghematan anggaran negara pada 2015-2016, mencapai Rp3-Rp5 triliun. Pada 2017, hemat Rp7 triliun dan 2018 sekitar Rp13 triliun.

“Kegiatan penelitian dan pengembangan yang kami kerjasama dgn KL, termasuk dgn BRG ini, juga kami berharap bisa menemukan metode-metode pemanfaatan penginderaan jauh yang lebih efektif dan efisien untuk bisa mantau SDA dan kondisi lingkungan di Indonesia,” katanya.

Budi Wardhana, Deputi Bidang Perencanaan dan Kerjasama BRG mengamini. Lewat kerjasama dengan Lapan, katanya, BRG bisa hemat biaya 300 kali lipat, atau Rp28,12 triliun.

“Biasa untuk satu titik konversi kita mengeluarkan Rp2,25 juta per hektar. Jika kita dikalikan dengan 17,5 juta hektar di tujuh provinsi, bisa menghemat biaya Rp. 28,12 triliun.”

BRG lewat Perpres Nomor 1/2016, ditugaskan merestorasi lahan gambut di tujuh provinsi prioritas, yakni. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua dengan luas total 2 juta hektar.

Untuk pemantauan dampak restorasi gambut, kata Nazir, BRG melihat perbaikan hidrologis berarti dengan peningkatan kelembaban.

Kalau diukur melalui alat Sipalaga terpasang, bakal memerlukan biaya sangat besar dan perlu pasang banyak.

“Maka kita luncurkan konsep menduga melalui citra satelit dan dikalibrasi dengan pemantuan lapangan. Harapannya, muncul data empiris dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun.”

Dengan model ini, keperluan memasang alat tetap jalan tetapi andaipun terlambat bisa diperkirakan dengan akurasi cukup tinggi.

 

 

Keterangan foto utama:    Kerjasama BRG-Lapan ini akan makin memudahkan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Foto: Zamzami/ Mongabay Indonesia

 

 

 

Exit mobile version