Mongabay.co.id

Menembus Jantung Hutan Harapan yang Terancam Jalan Tambang Batubara (Bagian 1)

Foto udara tutupan hutan di kawasan yang diusulkan oleh perusahaan tambang batubara untuk jadi jalan tambang. Padahal, beberapa jalan lain sudah ada. Foto: dokumen Hutan Harapan

DCIM100MEDIADJI_0126.JPG

 

 

 

 

 

Deru kendaraan gardan ganda yang kami tumpangi memecah kesunyian di dalam hutan kala itu. Dua roda sebelah kanan, terperosok ke lubang sedalam satu meter. Kami terpaksa turun dan menunggu bantuan alat berat. Kawasan hutan yang ingin kami jelajahi selama tiga jam perjalanan darat dengan mobil dari kamp Hutan Harapan adalah Pos Meranti. Ini pos terakhir di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, sebelum menyusuri Sungai Meranti yang bermuara ke Sungai Batanghari Leko.

Kami berjalan menanjak sepanjang 300 meter sebelum bertemu kendaraan lain dengan mobil berhasil lolos dari kepungan lumpur.

Baca juga: Jalan Tambang di Hutan Harapan, Reki Tegas Menolak, Kemenhut Bimbang

Beruntung kurang dari satu jam, mobil lain yang sempat menyerah karena kerusakan mesin dapat diperbaiki dan menggantikan mobil yang kami tumpangi. Perjalanan kali ini menyusuri jantung Hutan Harapan, sekaligus lokasi yang jadi target pembangunan jalan angkut tambang batubara PT Marga Bara Jaya.

Ada beberapa kelompok masyarakat adat Batin Sembilan, sedang berburu dan mencari jernang di sekitar.

Mat Atan, sudah tiga hari membawa anak perempuannya, Siti dan bapaknya bermalam di lokasi perburuan. Dia mendapatkan satu kantong jernang selama berburu. Satu kayu panjang serupa tombak biasa disebut kujur, tersender di pondok yang dia bangun. Kujur ini tak berhasil menemui hewan buruan untuk Mat Atan. Atan bercerita, mereka makin sulit mendapatkan hewan buruan, karena makin banyak aktivitas manusia dalam kawasan.

”Banyak sudah masuk ke dalam, ada yang ambil kayu, ada buat ladang, hewan buran makin sulit didapat,” katanya, seraya bilang, jernang Rp100.000 perkilogram. Biasa, mereka menjual jernang langsung tanpa mengolah telebih dahulu.

“Kalau dijual langsung jauh lebih murah dibandingkan sudah jadi resin. Bisa 10 kali lipat harganya,”kata Atan.

Sepanjang jalan menuju Pos Meranti, saya menemukan gumpalan tanah liat berwarna abu-abu muda. “Itu batubara masih muda,”bisiknya, kepada saya.

Baca juga: Hutan Harapan Masih Hadapi Beragam Ancaman

Ketika saya konfirmasi, Karel Ibnu, Kepala Bidang Geologi Energi Sumber Daya Mineral, Jambi membenarkan, ada cadangan batubara di lokasi itu. ”Iya, di sana ada cadangan batubara senilai kalori antara 4.800 sampai 5.300 Kkal perkg,” katanya sembari menunjukkan buku informasi dan statistik Dinas ESDM Jambi.

 

Ancaman pembalakan liar di sepanjang Sungai Meranti, Sungai Kapas dan Sungai Batanghari Leko, akan makin menggila dengan usulan jalan tambang batubara di kawasan inti Hutan Harapan. Foto: Elviza Diana/ Mongabay Indonesia

 

 

Jalan perluas konflik dan perambahan

Mang Munce, baru menyelesaikan patroli saat saya temui. Dia duduk di bawah bambu tak jauh dari pondok sementara Mat Atan dan Siti.

Mendengar rencana pembukaan jalan, Munce protes keras. Dia mengatakan jalan itu bisa membuat kelompoknya kesulitan dan terancam. “Hutan ini sumber kebahagiaan kami Suku   Sembilan. Kalau jalan dibuka, kami akan kehilangan sumber hidup,”katanya.

Baca juga: Greenpeace Minta Menhut Tak Izinkan Jalan Tambang di Hutan Harapan

Mat Tanding, menambahkan, rencana buka jalan di Hutan Harapan akan membuka konflik baru di Komunitas Batin Sembilan karena memungkinkan masuk masyarakat luar. “Pasti banyak orang luar akan masuk ke kawasan. Kami lebih sering lagi berkonflik dengan perambah,” katanya.

Baru-baru ini, Tanding becerita salah satu komunitas Batin Sembilan mengalami cidera karena bentrok dengan masyarakat luar. “Mereka mau mengusir kami, kami menolak. Ini tempat kami. Ini rumah dan tanah nenek monyang kami. Sampai mati kami akan pertahankan ini,” katanya, mengingat bentrok dengan masyarakat luar, satu bulan lalu.

Saya sempat mengunjungi korban penganiayaan dari Suku Batin Sembilan. Dani, anggota Mat Tanding dan Munce ini dirawat di rumah sakit karena serangan itu.

Pengeroyokan ini berawal dari datang sekitar 60 orang dari Sungai Bahar dan Bungku, dengan senjata tajam bersepeda motor sekitar pukul 12.30. Mereka mencari Mang Tanding, ketua kelompok pengamanan bersama wilayah adat dan area nota kesepahaman Batin Sembilan Marga Kandang Rebo Bawah Bedaro. Mereka membangun pondok pengamanan dan portal pada KM 45. Massa berhasil melintasi Pos Bungin, menuju KM 45.

Tak berhasil bertemu Tanding, massa mundur, tetapi kembali lagi menyerang membabi buta. Saat itulah, Dani yang berada di sekitar pondok pengamanan KM 45 kena keroyok. Kepala Dani dipukul kayu, darah mengucur deras. Dada dan bagian badan lain juga dipukul berkali-kali. Badan memar.

Dalam kepanikan, Dani berhasil dievakuasi ke Klinik Besamo Hutan Harapan dan dilarikan ke RSUD Sungai Bahar. Kondisi cukup parah, dia dirujuk ke RS Bratanata Jambi, didampingi tim Hutan Harapan.

Hingga Minggu, (10/2/19), Dani masih dirawat intensif. Dia mengalami luka sedalam dua cm di kepala dengan lebar lima cm dan sakit di bagian dada.

Petugas pengamanan Hutan Harapan, Tanding dan masyarakat Batin Sembilan lain, tiba di lokasi suasana masih tegang. Bentrok lebih lanjut bisa diredam walaupun masyarakat Batin Sembilan, sangat emosional karena salah satu rekan mereka luka serius.

Senjata tajam perambah dilucuiti. Mereka diusir dari lokasi, sebagian bahkan tak sempat mengambil sepeda motor mereka.

Kasus ini langsung dilaporkan ke Polsek Bajubang dan Polres Batanghari. Sebanyak enam sepeda motor dan 21 parang, kapak dan cangkul sebagai barang bukti diserahkan ke polisi untuk proses lebih lanjut.

 

Jejak harimau ini diperkirakan baru tiga hari ada di sekitar kawasan Pos Meranti. Foto: Elviza Diana/ Mongabay Indonesia

 

 

***

Usulan pembukaan jalan tambang melintasi Hutan Harapan sepanjang 32 kilometer disampaikan PT Marga Bara Jaya, yang punya konsesi tambang di Musi Rawas, Sumsel. Kalau ada jalan tambang, hutan akan mudah terakses dan terambah.

Masyarakat adat Batin Sembilan, juga meminta pemerintah membantu melindungi kawasan hutan dari para merambah yang masif. Dalam lima tahun terakhir, aksi perambahan sangat mengkhawatirkan dan masyarakat Batin kewalahan mengusir, bahkan sering dengan kekerasan. “Kalau sekarang saja kami sudah menghadapi banyak bentrok dengan mereka, apalagi kalau jalan tambang ini dibangun,” katanya.

Ada empat kelompok Batin Sembilan mendapatkan surat keputusan pengakuan dan perlindungan kemitraan kehutanan (SK Kulin KK), yaitu Kelompok Tanding, Kelompok Gelinding, Kelompok Tani Hutan (KTH) Lamban Jernang/Sungai Kelompang dan Kelompok Kunangan Jaya II.

Kelompok Tanding terdiri dari 17 anggota, Kelompok Gelinding 10 anggota, dan KTH Lamban Jernang 23 anggota. Mereka menandatangani kemitraan kehutanan dengan PT Restorasi Ekosistem Indonesia akhir 2015.

SK Kulin KK memperkuat kesepakatan kemitraan kehutanan masyarakat Batin Sembilan dengan PT Reki, ditandatangani akhir 2015. Kemitraan Kehutanan, salah satu skema Perhutanan Sosial di masa pemerintah Presiden Joko Widodo.

Untuk komitmen kemitraan kehutanan yang sudah terbangun delapan kesepakatan, tujuh di Jambi dan satu di Sumatera Selatan.

Dari survei 2008, lansekap hutan di perbatasan Jambi-Sumsel ini merupakan hutan dataran rendah tersisa di Sumatera. Di sana, teridentifikasi 307 jenis burung, 66 hampir terancam punah, 64 mamalia, termasuk 29 harimau Sumatera, 56 reptil, 38 amfibi yang memiliki indikator kesehatan lingkungan dan lebih dari 1.300 spesies tumbuhan. Hal ini menunjukkan, kawasan ini salah satu wilayah penyelamatan keragaman hayati di Pulau Sumatera.

Kawasan hutan ini seluas 100.000 hektar, tak hanya memiliki kekayaan hayati tinggi, juga habitat penting bagi 26 spesies langka dan kritis –yang sebagian besar dilindungi hukum Indonesia, termasuk harimau, gajah, tapir, ungko, anjing hutan, trenggiling, dan berbagai jenis burung serta aneka jenis tumbuhan endemis lain. (Bersambung)

 

Kronologis Seputar Usulan buka Jalan Tambang di Hutan Harapan

 Argumen Ilmiah Tolak Jalan Tambang di Hutan Harapan 

 

 

Keterangan foto utama:     Foto udara tutupan hutan di kawasan yang diusulkan oleh perusahaan tambang batubara untuk jadi jalan tambang. Padahal, beberapa jalan lain sudah ada. Foto: dokumen Hutan Harapan

Peta jalan tambang yang melintasi Hutan Harapan. Sumber: Burung Indonesia 2013

 

 

Exit mobile version