Mongabay.co.id

Warga Suarakan Perlunya Penetapan Hari Hutan Indonesia

Hutan adalah rumah besar bagi kehidupan gajah, tidak selayaknya kita merusak demi kepentingan semata. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Sejak tahun 2017, Hutan itu Indonesia gencar menyuarakan betapa peran penting hutan bagi manusia melalui Change.org. Mereka membuat petisi #JagaHutan melalui media sosial untuk mendorong pemerintah makin memperkuat perlindungan hutan sebagai identitas bangsa Indonesia. Mereka juga mendorong pemerintah segera menetapkan Hari Hutan Indonesia sebagai komitmen menjaga hutan.

Pada konferensi AKAR pekan lalu, Leony Aurora, Ketua Umum Hutan Itu Indonesia menyerahkan kotak berisi 685.000 suara masyarakat yang menandatangani petisi tetapkan Hari Hutan Indonesia, kepada Rasio Ridho Sani, Direktur Penegakan Hukum KLHK. Bahkan, pada 21 Maret 2019, menjadi 687.000 orang.

”Harapan kami, kementerian terdorong memprioritaskan pembahasan usulan dan memulai proses diskusi formal terkait penetapan Hari Hutan Indonesia,” katanya. Apalagi, penandatanganan petisi begitu banyak.

Pada Januari 2018, Hutan itu Indonesia bersama Change.org, pertama kali menyampaikan petisi kepada Menteri Siti Nurbaya dan Mei 2018, dalam acara Kick Andy.

Saat itu, ada sekitar 50.000 pendukung baru menandatangani. ”Dalam kedua pertemuan, Ibu Menteri mengapresiasi inisiatif anak muda mendorong perlindungan hutan,” katanya.

Nasib hutan Indonesia ke depan, katanya, bergantung pada seberapa besar dukungan terhadap hutan Indonesia oleh masyarakat luas, termasuk pemerintah dan pemangku kepentingan lain.

”Kita katakan, hutan Indonesia penting buat kita, hutan itu kekayaan dan kebanggaan kita semua,” katanya.

 

Kawasan Gunung Jimat di Kecamatan Belik yang menjadi salah satu lokasi perhutanan sosial di Pemalang. Foto: L. Dharmawan/Mongabay Indonesia

 

 

Topik populer

Arief Aziz, Direktur Change.org mengatakan, isu lingkungan menjadi topik petisi online paling popular selama 2018. Dari tiga isu teratas, isu antikorupsi berada di urutan ketiga, perlindungan satwa kedua dan lingkungan jadi teratas.

Petisi-petisi dengan dukungan terbesar yang mencapai kemenangan, antara lain petisi agar perusahaan pembakar hutan dan lahan tetap mendapat hukuman, dukungan terhadap dua saksi ahli dosen IPB yang digugat. Juga petisi pelarangan memakai cenderawasih sebagai aksesoris dan petisi menolak pemindahan hiu paus dari Berau ke Ancol.

List ini daftar spesial sekali sejak sejarah Change.org di Indonesia, isu lingkungan hidup tak pernah menjadi nomor satu,” katanya.

Pada 2018, katanya, ada 2,1 juta orang lebih menyuarakan isu lingkungan. Angka ini, naik 17 kali lipat dari 2017, hanya 118.000 orang. Diikuti perlindungan hewan total suara 1,9 juta, kategori anti korupsi (794.000), kekerasan terhadap perempuan (701.000), demokrasi (598.000), dan toleransi (580.000).

Menurut Aziz, tahun 2018 jadi spesial karena banyak ornag mulai bergerak, bersuara dan berhasil menciptakan perubahan. Isu terbesar pertama, adalah revisi Undang-undang Konservasi Nomor 5/1990, dukungan mencapai 801.000 tanda tangan, diikuti penetapan Hari Hutan Indonesia.

”Petisi paling popular tentang Hari Hutan Indonesia. Meski belum menang,” katanya.

Pada akhir 2018, Change.org, bersama Hutan itu Indonesia survei dengan salah satu pertanyaan, ”Kenapa kamu peduli dengan hutan?” Jawaban paling banyak menginginkan, bumi lestari agar anak cucu bisa menikmati di masa depan, 67,9%. ”Jadi alasan sangat forward looking and future oriented.”

 

Keterangan foto utama:    Hutan adalah rumah besar bagi kehidupan gajah, tidak selayaknya kita merusak demi kepentingan semata. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Hutan adat Mentawai nan terjaga dengan air jernih mengalir. Tak semua wilayah adat Mentawai, aman karena sudah banyak investasi masuk dan klaim kawasan hutan oleh negara menyebabkan wilayah adat terancam. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version