Mongabay.co.id

Generasi Hijau di Bentang Alam Sendang, Siapa Mereka?

 

 

Bentang alam Sendang [Sembilang-Dangku] yang berada di Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin [Muba], Sumatera Selatan, luasnya mencapai 1,6 juta hektar. Di bentang ini terdapat Taman Nasional Berbak Sembilang dan Suaka Margasatwa Bentayan dan Dangku serta 21 desa yang berbatasan dengan wilayah konservasi tersebut. Bagaimana pengetahuan dan sikap generasi muda di seuruh desa tersebut terkait nilai-nilai ekologis Sendang?

“Faktanya, banyak generasi muda desa di Sendang yang tidak tahu keberadaan kawasan konservasi. Bahkan, pemahaman berbagai flora dan fauna yang ada,” kata La Ode M. Rabbiali, pendamping proyek KELOLA Sendang-ZSL Indonesia, di sela pengukuhan ratusan Generasi Hijau Sendang, di Tungkal Jaya, Kecamatan Tungkal Jaya, Kabupaten Muba, Selasa [30/4/2019] lalu.

Ke-21 desa tersebut adalah Muara Medak, Muara Merang, Pulai Gading, Mendis, Mangsang, Kepayang, Karang Agung, Galih Sari, Peninggalan, Simpang Tungkal, Berlian Jaya, Pangkalan Bulian, Lubuk Bintialo, Sako Suban, Tanah Pilih, Sungsang IV, Tabala Jaya, Sumber Rejeki, Purwodadi, Penuguan, dan Banjarsari.

Lahirnya jaringan Generasi Hijau Sendang yang saat ini terdata sekitar 4,8 ribu pelajar dari 21 desa di Sendang, kata La Ode, diharapkan menjadi ajang belajar dan aksi bersama. “Bentuknya, selain mendapatkan berbagai pemahaman melalui diskusi dan pelatihan, juga melakukan aksi peduli sampah dan melakukan penanaman, baik di sekitar permukiman, sekolah, hingga ke wilayah konservasi yang mengalami kerusakan.”

Baca: Direstorasi, Gambut di Muara Medak Tidak Bakal Merana Lagi

 

Anak-anak ini tengah berenang di Sungai Peninggalan yang melewati kawasan SM Dangku. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

“Lebih jauhnya, generasi hijau ini menjadi penjaga Sendang, sehingga hidup mereka di masa mendatang nyaman dan sejahtera, bersama kekayaan hayati yang terjaga,” kata David Ardhian, Deputi Direktur Proyek KELOLA Sendang, yang melantik Generasi Hijau Sendang.

Selain itu, lanjut dia, Generasi Hijau Sendang dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang ekologi kepada teman-teman, adik-adik dan orang tuanya. Termasuk, para pendatang atau pengunjung ke Sendang.

Hidayat Riski Saputra, pelajar SMKN 1 Tungkal Jaya, mengaku selama ini tidak tahu lokasi Suaka Margasatwa Dangku dan Bentayan. “Saya baru paham jika daerah saya sangat dekat dengan Suaka Margasatwa Dangku, tempat hidup harimau sumatera, gajah, beruang dan lainnya. Selama ini saya tidak pernah diberitahu tentang Dangku.”

“Bahkan, selama ini saya hanya tahu perkebunan sawit. Sebab, dari kecil saya sangat akrab dengan pohon sawit, banyak tumbuh di sini, termasuk di sekitar rumah saya,” lanjut Riski.

Kecamatan Tungkal Jaya, merupakan daerah yang dihimpit SM Dangku dan SM Bentayan, namun lebih dekat ke SM Dangku.

Baca: Berharap Ada Kawasan Konektivitas Harimau Sumatera di Lanskap Sendang

 

Seorang anak dan orangtuanya mancing ikan di belakang rumahnya di Desa Peninggalan, Tungkal Jaya, Kabupaten Muba, Sumsel. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Sawit

Berdasarkan pantauan Mongabay Indonesia, hampir setiap sudut dusun atau desa terdapat tanaman sawit, dan sebagian karet. Perkebunan sawit mulai hadir 1980-an, sebagian besar milik perusahaan, serta pendatang dari Jawa, Lampung, Tapanuli, dan terakhir masyarakat lokal yang sebelumnya berkebun karet.

Ekspansi sawit yang diduga menyebabkan sebagian kawasan konservasi dirambah masyarakat, berujung sejumlah konflik. “Mereka yang datang dari Jawa dan Lampung ke sini, banyak yang sukses atau hidup makmur dari berkebun sawit. Butuh proses untuk mengubah pemikiran masyarakat di sini terkait sawit, atau harus ada tanaman lain yang dapat dibuktikan mampu mendatangkan kemakmuran setara atau melebihi sawit,” kata Sumanto, warga Kecamatan Tungkal Jaya, yang merantau sejak 1998.

Selain itu, para pendatang yang berkebun sawit tidak paham batas wilayah kawasan konservasi. “Masyarakat lokal mengatakan itu lahan adat, sementara pemerintah mengatakan kawasan konservasi. Selain itu juga ada tanah yang dinyatakan sebagai HGU sebuah perusahaan,” katanya.

“Nah, saya sangat senang ada jaringan Generasi Hijau Sendang sehingga mereka mengetahui wilayah kelola, wilayah konservasi, dan lainnya,” ungkapnya.

Baca juga: Bentang Alam Rusak karena Cara Pandang Kita yang Keliru?

 

Seorang pelajar yang tergabung dalam Generasi Hijau Lestari menanam pohon di halaman sekolah di Tungkal Jaya, Kabupaten Muba, Sumsel. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Ancaman sampah

Selain persoalan kerusakan hutan dan kawasan konservasi, sampah merupakan problem menonjol di Sendang. Tumpukan sampah plastik hampir ditemukan pada setiap sudut rumah atau kampung. Bahkan di kawasan pesisir, seperti di Sungsang dan Sembilang, tumpukan sampah plastik berada di jalan atau bawah rumah panggung warga.

“Sampah, khususnya plastik merupakan ancaman serius. Jika tidak segera diantisipasi bukan hanya mengganggu kehidupan manusia, tetapi juga keberadaan flora dan fauna,” kata David.

 

Peta Lanskap Sembilang-Dangku. Sumber: ZSL Indonesia

 

Terkait sampah, kata David, KELOLA Sendang melakukan berbagai upaya. Misalnya, membangun kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, aksi bersih bersama, serta mendorong lahirnya usaha pengelolaan sampah seperti Bank Sampah milik pemerintah desa.

Andi Wijaya Busro, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muba, mengatakan Pemerintah Kabupaten Muba sangat terbantu dengan adanya Generasi Hijau. “Kegiatan ini sesuai dengan program kami agar masyarakat Muba peduli lingkungan, seperti sampah, dan ini sejalan dengan program pembangunan hijau Pemerintah Kabupaten Muba,” tandasnya.

 

*Nopri IsmiMahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, mengikuti pelatihan jurnalistik Mongabay Indonesia di Palembang pada 2017 dan 2018

 

Exit mobile version