Mongabay.co.id

Ramadhan dan Sampah di Kota Gorontalo yang Meningkat Pesat

 

 

Seperti umumnya di Indonesia, selama Bulan Ramadhan, aneka makanan buka puasa tumbuh subur. Di Kota Gorontalo, menu yang dijual berupa bubur ayam, es buah, kolak, hingga beragam kue. Jajanan yang sering disebut takjil tersebut dijual mulai dari pinggir jalan hingga toko.

Namun, sebagian besar kemasan itu berbahan sekali pakai, yang berakhir di tumpukan sampah. Untuk bubur ayam misalnya, pedagang memakai styrofoam. Sementara es buah dan kolak menggunakan gelas plastik.

Sri Sutarni Arifin dari Forum Komunitas Hijau [FKH] Kota Gorontalo mengatakan, kemasan styrofoam sebenarnya juga berbahaya. Harganya lebih murah, membuat masyarakat menggunakannya ketimbang kemasan lain.

“FKH sudah beberapa kali sosialisasi dalam bentuk poster dan info di media sosial. Berikutnya akan dijelaskan langsung ke pedagang,” ungkapnya.

Menurut Sri, Pemerintah Kota Gorontalo bekerja sama dengan FKH dan akademisi sudah menyusun Jakstrada [Kebijakan Strategi Daerah] terkait pengelolaan sampah. Termasuk pengurangan sampah plastik dari sumbernya.

“Harapan kami, minimal ada surat imbauan wali kota sebagai langkah awal, sambil menunggu peraturan daerah,” kata Sri.

Baca: Beginilah Kondisi Sampah Plastik dan Terumbu Karang di Gorontalo Utara

 

Sampah yang mengotori laut merupakan salah satu ancaman nyata kehidupan biota laut. Kondisi ini ditemukan juga di wilayah perairan Gorontalo lainnya. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Kemasan plastik sekali pakai yang bertambah volumenya dibenarkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo, Junaidi K. Demak. Sampah-sampah plastik dan styrofoam dibuang begitu saja di tempat jualan. Akibatnya, selama Ramadhan sampah meningkat tiga kali lipat dari hari biasa. Padahal, pihaknya telah memberi pengumuman ke kantor kelurahan hingga diumumkan di mesjid.

Junaidi mengaku dikritik masyarakat, dianggap tidak becus. Dinas Lingkungan Hidup dianggap membiarkan saja. “Padahal armada kami sudah mengangkut sesuai jadwal,” ungkapnya kepada Mongabay Indonesia.

“Bulan puasa ini kami kerja ekstra,” tambahnya.

Semua armada dipasangkan chip atau alat elektronik pendeteksi, memantau pergerakan mobil pengangkut sampah. Juga, sebagian armada dipasang kamera pemantau. “Kami sudah sosialisasi jadwal pengangkutan sampah,” katanya.

Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo, Hazairin, menjelaskan pihaknya sudah sering sosialisasi ke masyarakat. Namun partisipasi masih kurang. “Semua beban ada pada Dinas lingkungan Hidup, harusnya ada keterlibatan semua pihak,” ungkapnya.

Baca juga: Bisakah Indonesia Kurangi Sampah Plastik hingga 70 Persen pada 2025?

 

Menu takjil di Kota Gorontalo yang berbahan stryofoam untuk mewadahi bubur ayam panas serta penggunaan plastik sekali pakai. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Sampah Pasar Senggol

Di Gorontalo, pertengahan hingga akhir ramadhan ada gelaran pasar malam atau pasar senggol yang letaknya di daerah strategis. Ratusan pedagang difasilitasi pemerintah daerah membuka lapak dagangan, pengunjungnya ramai.

“Bagi kami ini masalah. Sampahnya banyak sekali, penanganannya harus lintas sektor. Tapi kami yang dihujat. Bukan hanya sampah, kami sering bersihkan kotoran manusia,” ungkap Junaidi.

Tidak hanya itu, menurutnya, tiga jam sehabis sholat Idul Fitri, petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup harus kembali membersihkan sampah pasar senggol dan di lokasi pelaksanaan sholat.

Selain pasar senggol, Gorontalo juga memiliki tradisi tua tiga malam terakhir jelang lebaran. Tumbilotohe atau malam pasang lampu yang diyakini turunnya lailatul qadar. Namun karena terjadi pergeseran nilai, masyarakat memasang tiang bambu atau kayu untuk menghiasi badan jalan berbahan bakar minyak tanah dan listrik.

“Persoalannya, saat pengangkutan sampah, di beberapa titik armada tidak bisa masuk karena terhalang bambu-bambu atau tiang tumbilotohe. Akhirnya, banyak sampah tidak terangkut.”

Menurut Junaidi, volume sampah di Kota Gorontalo per hari di tempat pembuangan akhir normalnya 70 ton. Ia berharap angka tersebut bisa berkurang. Sementara perhitungan awalnya 140 ton per hari. “Ke depan, masyarakat diminta membuat bank sampah di masing-masing kelurahan dengan target 100 warga sebagai nasabah.”

Di Kota Gorontalo, sejak 2018, sudah memiliki perjanjian pengelolaan sampah dengan PT. Pegadaian [Persero] melalui pembuatan bank sampah induk di Kelurahan Pulubala, Kecamatan Kota Tengah. Program tersebut mengajak masyarakat untuk “menabung sampah mendapat emas”.

“Warga secara aktif diajak menabung sampah plastik, mereka akan mendapat emas. Jika saldonya banyak, bahkan hadiahnya umroh,” kata Junaidi.

Direktur Utama PT Pegadaian, Sunarso mengatakan, adanya program The Gade Clean and Gold, diharapkan memberi kontribusi bermanfaat kepada masyarakat. Mereka bisa menjual sampah dan hasil disimpan dalam bentuk tabungan emas Pegadaian.

Menurut Sunarso, tujuan pendirikan bank sampah untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan hidup masyarakat, mengurangi dampak sampah lingkungan, sekaligus meningkatkan sumber penghidupan. Diresmikannya bank sampah merupakan perwujudan program CSR [Corporate Social Responsibility] Pegadaian yang bertajuk bersih hati dan bersih lingkungan.

 

Gerakan puasa plastik coba dipraktikkan warga Kota Gorontalo dengan membawa wadah sendiri. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Ramah lingkungan

Terkait sampah, Gede Robi, vokalis band Navicula yang juga aktivis lingkungan, sudah menyuarakan isu lingkungan di Kota Gorontalo. Ada tagline “puasa plastik” di akun Instagram-nya.

Robi melakukan itu sebagai bentuk kepedulian, plastik membahayakan lingkungan. Apalagi perayaan Idul Fitri tahun ini bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap 5 Juni.

“Sampah plastik ancaman serius. Jika tujuan ibadah puasa mengamalkan perbuatan-perbuatan baik terhadap sesama manusia dan dunia, saya menjalankan puasa plastik sekali pakai demi Bumi lestari. Bukankah kebersihan sebagian dari iman?” kata Robi.

Makalah berjudul Panduan Green Ramadan [2019], ditulis DK Wardani,memaparkan fakta, selama Ramadan sampah naik 20 persen dan 500 ton makanan terbuang percuma. Selain itu sampah makanan sisa buka puasa dan sahur tidak terkelola baik. Indonesia termasuk lima besar penghasil sampah makanan: 40 persen yang masuk ke tempat pembuangan akhir adalah makanan dan 14 persen sampah plastik.

“Di Indonesia, di kota besar rata-rata satu orang menggunakan 700 kantong plastik per tahun. Akibatnya, 9,85 miliar kresek bertebaran,” tulis DK Wardani.

Ia mengajak masyarakat untuk ramah lingkungan dengan konsep green ramadan. Ia juga menukil fatwa Majelis Ulama Indonesia [MUI] Nomor 47 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah untuk mencegah perusakan lingkungan. Isinya, setiap muslim wajib menjaga kebersihan lingkungan, memanfaatkan barang-barang gunaan untuk kemaslahatan serta menghindarkan diri dari berbagai penyakit serta perbuatan tabdzir [menyinyiakan] dan israf [berlebihan].

 

 

Exit mobile version