Mongabay.co.id

Ono Gaf, Seniman Sukses Pengolah Besi Bekas

 

Sore itu, diantara lalu lalang kendaraan orang-orang pulang kerja yang berseliweran, lelaki berpakaian nyentrik terlihat sibuk menyambung besi-besi warna coklat berkarat, dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Maklum, bersama rekanya lelaki paruh baya itu sedang melakukan kolaborasi membuat karya seni dari besi bekas, atau rongsokan.

Lelaki itu bernama Ono Sumarsono, atau biasa dikenal juga dengan sebutan Ono Gaf, seniman senior dari Kota Malang.

Ditemani rekanya, Michelle Laing yang datang dari Inggris ke Indonesia untuk belajar membuat karya dari bahan besi itu, keduanya terlihat sibuk mengutak atik besi bekas yang ada didepanya. Mereka terlihat kompak dan profesional menyambung besi-besi itu dengan menggunakan las. Sesekali mereka berhenti, mengamati bentuk kerajinan yang sedang mereka buat untuk dicocokkan dengan bahan-bahan yang masih berserakan.

“Rencananya ini membuat karya seni abstrak yang memiliki tema kebebasan,” kata Ono mengawali pembicaraan, seraya menunjuk bentuk besi setengah jadi di lapak miliknya di kawasan Pasar Comboran, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (19/06/2019).

baca : Gagahnya Robot Sampah Dari Semarang

 

Ono Sumarsono, membawa mesin las berpose didepan bengkelnya di kawasan Pasar Comboran, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (19/06/2019). Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Dengan berjalanya waktu, muncul ide akan membuat karya-karya seni. Di bengkelnya berukuran tiga meter persegi yang berada di jalan Halmahera, Kota Malang, Ono kerap kali membuat beragam seni kerajinan dari rongsokan berkarat warna coklat itu. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Rongsokan Besi Menjadi Pilihan

Di balik penampilanya yang cukup nyentrik, yaitu dengan sejumlah kalung di leher sebagai identitas. Ono bercerita, dulu waktu masih kecil dia terdidik dari lingkungan besi-besi tua. Kebetulan disebelah rumahnya dulu ada penampungan besi-besi dari Belanda.

Selain itu, Pasar Comboran, yang merupakan pasar barang-barang bekas di Malang juga cukup mempengaruhinya. Dari situ lah dia mulai akrab dengan barang-barang rongsokan. “Banyak rombengan yang mesti kita lewati, tetangga saya waktu itu mobilnya banyak. Saya setiap hari ikut memperbaiki. Saya ikut belajar soal bubut, dan juga masalah las. Mulai kecil saya sudah diajari pandai besi” kenang Ono.

Di bengkelnya berukuran tiga meter persegi yang berada di Jalan Halmahera tersebut, dia melanjutkan ceritanya. Berbekal ilmu yang dia peroleh dari tetangganya itu, dia terus belajar untuk mengembangkan.

baca juga : Boy Candra Sulap Sampah Plastik jadi Pipa Berharga

 

Ono Gaf, usai melakukan pengerjaan patung dari rongsokan besi bertema “Free”. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Ono Gaf, biasa dipanggil. Dari kecil sudah terdidik dari lingkungan besi-besi tua. Ono belajar soal bubut, dan juga masalah las dari tetangganya. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Seiring berjalanya waktu, muncul lah ide bakal membuat karya-karya seni dari bahan rongsokan besi. Dia beranggapan, hal itu didasari karena semakin banyaknya besi-besi bekas yang tidak terpakai, atau kembali dihancurkan sebagai bahan pembuatan barang dari besi lagi.

Alasan lainnya yaitu, karena masih jarang seniman yang menciptakan. “Karena dengan besi itu bisa hidup dua kali dibandingkan dengan karya seni berbahan batu atau plastik,” ucapnya.

Awal mulanya, dia memanfaatkan mobil yang sudah rusak. Mobil itu hanya terparkir, dan menumpuk dirumah tetangganya. Kemudian Ono mempunyai inisiatif untuk mengangkatnya sebagai barang seni, karya pertama yang dia buat pada waktu itu adalah hewan jenis burung, dia masih mengingatnya. Disisi lain, Ono juga mempunyai niat untuk mengurangi sampah dari rongsokan besi yang sudah tidak terpakai.

Laki-laki yang juga gemar melukis itu mempunyai keinginan besar untuk mengubah limbah-limbah besi itu menjadi sesuatu yang berguna dan lebih berharga. Rongsokan besi ataupun jenis baja itu kemudian dia sulap menjadi karya yang menakjubkan.

menarik dibaca : Bukan Sulap, Dimas Bagus Ubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak

 

Berbekal ilmu yang dia peroleh dari tetangganya itu, Ono terus belajar untuk mengembangkan kemampuanya dalam mengolah rongsokan besi. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Berbekal ketekunanya, lelaki paruh baya itu sering kali diajak berkolaborasi membuat karya seni dari bahan besi bekas. Salah satunya adalah Michelle Laing yang datang dari Inggris. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Karya patung dari rongsokan besi yang sudah dia telurkan merupakan beberapa jenis binatang mamalia, diantaranya, seperti burung, buaya (Crocodylidae), Gajah (Elephas maximus), kuda (Equus caballus). Pernah juga membuat hewan reptil seperti kura-kura (Testudinidae), pesanan seorang pengusaha restoran di Kota Batu, Jatim. Kura-kura itu memiliki bobot kurang lebih 10 ton, termasuk salah satu tonggak awal ketenaranya ono.

“Patung realis bentuk kura-kura itu saya analogikan panjang umur, damai dan bijaksana,” ucapnya bersahaja.

Dia mengaku, karya-karya patung yang dibuat tersebut berasal dari berbagai besi rongsokan mulai dari onderdil mobil, sepeda motor, kereta api, tank, dan lain sebagainya.

perlu dibaca : EcoBali, Mendulang Barang Terbuang menjadi Uang

 

Pengunjung mengamati patung kura-kura (Testudinidae) di Kota Batu, Jawa Timur. Dengan dibantu beberapa rekan, Ono membuat patung berbahan besi bekas itu memiliki bobot kurang lebih 10 ton, pesanan seorang pengusaha restoran. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Patung-patung yang Ono buat berasal dari berbagai jenis besi rongsokan. Mulai dari onderdil mobil, sepeda motor, kereta api, tank, dan lain sebagainya. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Karya di Berbagai Tempat

Berkat keahlianya itu, Ono semakin dikenal dunia luas. Karya seninya tersebar dibeberapa negara seperti di Malaysia, Thailand, Jepang, Inggris, pernah juga diajak kolaborasi membuat karya seni patung dari rongsokan besi membentuk burung khas negeri kanguru yaitu burung Emu setinggi 4 meter, dengan menghabiskan bahan kurang lebih 4 ton

Di Perth, Australia, ada enam patung buatannya bersama rekan yang pernah mengundangnya, yaitu Andrew Graham dan Gina Anderson. Mereka kenal karena melihat patung kura-kura buatan Ono, mereka terkesan dengan karya itu dan ingin mengajak berkolaborasi. Dikalangan seniman luar negeri, Ono dijuluki “Man of Steel” atau manusia baja.

Di Indonesia sendiri, karya Ono tersebar dibeberapa tempat, seperti di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, di Kota Batu, dan Surabaya. Dalam pembuatan patung, prosesnya tidak serta merta langsung merangkai potongan besi. Terlebih dahulu dia harus melakukan observasi kepada obyek yang akan dibuat, kemudian melakukan pengamatan, lalu membuat sketsa di kertas.

Durasi pembuatanya juga bermacam-macam, ada yang satu jam sudah selesai. Ada yang satu tahun tidak selesai, tergantung tingat kerumitan dan bahan.

baca juga : Pujo Bae, Mesin Pemilah Canggih untuk Solusi Sampah, Efektifkah?

 

Patung menyerupai burung dari bahan besi bekas yang dikerjakan Ono Gaf. Durasi waktu pengerjaan bermacam-macam, ada yang sehari jadi. Ada pula yang bertahun-tahun belum jadi, tergantung tingkat kerumitan dan ketersediaan bahan. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Ono mengaku, ide-ide dalam membuat patung dari rongsokan besi itu kebanyakan terinspirasi dari alam “Allah itu menciptakan segala kehidupan ini ada, seperti binatang, pohon-pohonan. Alam yang luar biasa, tergantung kita mau mempelajari atau tidak,” tutur pria kelahiran 1 Januari 1947 ini.

Disisi lain, dia juga banyak terinspirasi dari kebudayaan Indonesia yang majemuk, tradisi yang beragam. Tetapi dia juga menyayangkan, dari dulu sampai sekarang ini masyarakatnya masih sering ribut. “Karena itu, kenapa saya memakai media besi rongsokan, salah satu falsafahnya yaitu pengen menyatukan seperti besi satu ke besi lainya”, tutup kakek tiga anak, seraya tertawa.

 

Sebagian alat perlengkapan yang digunakan Ono untuk membuat patung dari bahan rombengan besi. Dia beranggapan, besi bekas menjadi pilihan karena masih jarang seniman yang menciptakan. Foto : Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version