Mongabay.co.id

Hiu Paus Tidak Tampak, Terumbu Karang Jadi Alternatif

 

 

Pagi di akhir Juni 2019. Dua wisatawan mancanegara sudah berada di pantai Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Kedatangan mereka hanya ingin melihat langsung hiu paus di pesisir pantai. Namun, raut wajah mereka menunjukan kekecewaan. Sebabnya, hiu paus tak tampak hari itu.

Beberapa jam kemudian, wisatawan domestik juga datang. Kondisinya sama, harapan mereka pupus setelah mendapat kabar tak ada hiu paus.

“Beberapa hari ini memang hiu paus belum muncul,” kata Fahri Amar.

Fahri adalah mahasiswa akhir Politeknik Kelautan dan Perikanan, Bone, Sulawesi Selatan. Ia ditugaskan kampusnya kuliah praktik dan penelitian di Botubarani. Setiap hari kegiatannya memantau hiu paus; mencatat kemunculan spesies ikan laut terbesar di dunia itu, dan mengukur suhu air laut.

Fahri juga mendapat tugas lain, memberi pengarahan kepada wisatawan tata cara interaksi dengan hiu paus [Rhincondon Typus]. Atau, sekaligus jadi pemandu para turis ketika berenang.

“Karena tak ada hiu paus, hari ini saya akan transplantasi karang,” ungkapnya.

Baca: Sejauh Ini, Tidak Ada Hiu Paus Betina di Gorontalo

 

Fahri Amar memperlihatkan salah satu jenis karang Acropora yang tersebar di pesisir Botubarani, tak jauh dari lokasi hiu paus. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Saya ikut Fahri menyelam. Fins [kaki katak], BCD [Bouyancy Compensator Device] atau rompi selam, regulator, dan tabung sudah disiapkan. Peralatan selam yang digunakan Fahri itu disediakan Salvador Scuba Gorontalo, klub selam yang ikut membantu pemulihan karang di pantai Botubarani. Fahri juga membawa peralatan lain seperti tang, gunting, dan tali pengikat.

Transplantasi karang di pantai Botubarani belum lama dilakukan. Terhitung, awal Mei 2019. Metode alternatif ini merupakan pemulihan terumbu karang, melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup, ditanam di tempat yang sudah disediakan. Kegiatan ini diinisiasi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut [BPSPL] Makassar.

Di lokasi ini terdapat 3 rak transplantasi karang, masing-masing berukuran 1 X 1 meter. Kedalamannya 5 sampai 6 meter. Fahri memperhatikan dengan teliti. Jika ada yang mati, segera diganti. Kemudian mencari karang yang bagus di tempat lain, dan melakukan transplantasi dengan cara mengikat.

“Pemantauan rutin saya lakukan. Apalagi jika tidak ada hiu paus,” ucapnya.

Baca: Penelitian: Inilah Pola Kemunculan Hiu Paus di Gorontalo

 

Transplantasi karang di pantai Botubarani dilakukan sejak Mei 2019. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Kaya jenis

Andry Indryasworo Sukmoputro, Kepala BPSPL Makassar menjelaskan, transplantasi karang di Botubarani bagian dari rencana Coral Stock Centre [CSC]. Tujuannya, sebagai upaya altarnatif ketika hiu paus tidak muncul, wisatawan bisa melihat keindahan terumbu karang.

“Hal yang sama sudah kami lakukan di pantai Malalayang, Manado. Hasilnya, menjadi dive spot baru bagi yang mau menyelam,” kata Andry kepada Mongabay Indonesia, Minggu [21/7/2019].

Tujuan lain, pusat belajar [learning centre] rehabilitasi karang yang rusak. Selain itu, transplantasi sebagai objek wisata alternatif perlu dilakukan sebagai upaya perlindungan terumbu karang.

“Kami berharap wisata bahari di Gorontalo khususnya Botubarani bisa terintegrasi daerah wisata lain seperti pantai Olele yang terkenal keindahan alam bawah airnya,” ungkap Andry.

Jenis terumbu karang yang ditransplantasi Fahri Amar adalah acropora, yang memiliki banyak jenis. Dalam buku Jenis-Jenis Karang di Indonesia (Suharsono, 2008), disebutkan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman dengan sebaran karang jenis acropora. Di dunia terdapat 113 jenis karang acropora. Sementara di Indonesia ditemukan 91 jenis. Di laut Karibia, Amerika, hanya ditemukan 3 jenis.

Kepulauan Togean di Teluk Tomini, bagian perairan pantai Botubarani, merupakan daerah paling kaya ditumbuhi karang acropora, 78 jenis. Sebagai pembanding, di Sumatera Barat hanya ditemukan 40 jenis. Kekayaan jenis karang pada satu daerah ditentukan oleh variasi habitat, sejarah geologi, dan letak geografi.

Saat melakukan penyelaman bersama Fahri, saya melihat beberapa ikan karang dengan mudah dapat ditemukan pada perairan ini. Hal itu menunjukan bahwa perairan ini adalah tempat yang baik untuk pertumbuhan terumbu karang.

Baca: Lokasi Wisata Hiu Paus Ini Bertabur Sampah Plastik

 

Di lokasi ini terdapat 3 rak transplantasi karang, masing-masing berukuran 1 X 1 meter. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Tiada arus ekstrim

Buku berjudul Hiu Paus di Botubarani, Gorontalo, (BPSPL Makassar, 2016), menjelaskan perairan Botubarani tidak memiliki arus dan gelombang ekstrim. Namun, pada musim tinggi ombak, Agustus – November, hempasannya dapat mencapai daratan dengan ketinggian satu meter.

Kondisi terumbu karang di sekitar perairan Botubarani, pada kedalaman 1- 15 meter cukup baik. Beberapa terumbu karang dengan pertumbuhan bercabang, masif, submasif, mengerak, lembaran, berjari, dan seperti jamur mudah ditemukan. Di perairan lebih dalam, substrat dasar perairan berupa pasir terbentang. Tidak cukup banyak terumbu karang yang hidup.

Sebagai bagian dari Teluk Tomini dengan kedalaman perairan mencapai 4.000 meter, pantai Botubarani memiliki dasar perairan curam. Pada jarak kurang 15 meter dari bibir pantai, kedalaman perairan dapat berubah drastis, dari 1 – 2 meter menjadi 20 – 30 meter sampai terus mendalam, menuju lautan lepas.

Ancaman ekosistem terumbu karang, terkait permukiman penduduk yang ramai. Limbah rumah tangga langsung atau tidak, terbuang ke laut, mempengaruhi ekosistem terumbu karang di perairan Botubarani.

Baca juga: Wisata dan Ancaman Kelestarian Hiu Paus di Gorontalo Itu Memang Ada

 

Hiu paus di Botubarani yang kini menjadi magnet wisatawan. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Nilai ekonomi

Riri Monoarfa, mahasiswa pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), yang melakukan penelitian nilai ekonomi kehadiran hiu paus di Botubarani, menyebutkan, dalam sebulan jumlah pengunjung yang datang rata-rata 300 orang.

Pengunjung harus membayar biaya snorkeling Rp35 ribu, sewa alat Rp50 ribu. Jika hanya ingin naik perahu, seharga Rp80 ribu dengan maksimal 3 orang.

Pengunjung paling banyak pernah tercatat 10 ribu orang, kurun waktu lima bulan, yakni Maret – Agustus 2016. Jumlah ini sangat besar untuk ukuran lokasi wisata hiu paus yang kecil. Diharapkan, adanya CSC menjadi alternatif pengunjung.

 

Kehadiran hiu paus di pantai Botubarani, Gorontalo menjadi daya tarik wisatawan dalam maupun mancanegara. Tampak pengujung berinteraksi dengan hiu paus, beberapa waktu lalu. Foto: Adiwinata Solihin

 

Sebelumnya, berdasarkan penelitian pola kemunculan hiu paus di pantai Botubarani, disebutkan bahwa Januari 2017 terlihat 2 hari hiu paus muncul. Pada Februari [14 hari], Maret [8 hari], dan April 2017 tidak ada.

Sedangkan Mei [28 hari], Juni [21 hari], Juli [2 hari], Agustus hingga November 2017 tidak ada sama sekali. Total kemunculan hiu paus di pantai Botubarani adalah 111 hari dari 561 hari pengamatan. Atau, sekitar 19,78 persen.

 

 

Exit mobile version