Mongabay.co.id

Foto : Ini Proses Pemadaman Kebakaran di Gunung Panderman Malang

 

Pagi itu, jam menunjukkan pukul 07:00 WIB, Jumari yang merupakan warga Dusun Dresel, Kecamatan Batu, Kota Batu, rela datang untuk mengikuti apel operasi penanganan kebakaran hutan Gunung Panderman di Kota Batu, Jawa Timur, pada Selasa (23/07/2019).

Apel itu merupakan apel hari kedua operasi tim gabungan untuk kembali memadamkan api di gunung berketinggian 2.045 meter diatas permukaan air laut (Mdpl) itu.

Bersama rekan dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) desanya, Jumari turut serta bergabung dengan petugas yang sebelumnya sudah memadamkan beberapa titik api. Petugas yang terlibat merupakan gabungan dari Perhutani, BPBD, Kepolisian, TNI, dan relawan.

baca : Soal Kebakaran Hutan: Kasasi Pemerintah Ditolak, Organisasi Lingkungan Desak Segera Eksekusi

 

Api yang merambat di Hutan di Gunung Panderman, Kota Batu, Jawa Timur, Senin (22/07/2019). Jalur medan yang sulit di jangkau, dan tebing memiliki tingkat kecuraman mencapai 90 derajat membuat petugas kesulitan untuk memadamkan api. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Seperti yang diketahui, kebakaran mulai terlihat pada Minggu (21/07/2019) malam, dan sampai sekarang api masih belum bisa dipadamkan. Sejauh ini sekitar 70 hektare lahan habis dilalap api.

Jumari mengaku baru terlibat untuk memadamkan kebakaran karena api semakin mendekati lahan garapannya. Dia merasa hutan merupakan tempatnya mencari rezeki, sehingga dia tergerak untuk terlibat melakukan pemadaman.

“Kalau kemarin api masih terlihat jauh, lah ini semakin dekat dengan pohon pinus yang setiap hari saya sadap untuk getahnya. Penghasilan saya dari sana,” katanya ditemui Mongabay-Indonesia sesaat sebelum mengikuti apel.

baca juga : Hutan Negeri Masih Hadapi Berbagai Keterancaman 

 

Api menjalar di hutan Gunung Panderman, Kota Batu, Jawa Timur, pada Minggu malam (21/07/2019). Dugaan awal, kebakaran terjadi karena faktor alam. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Upaya Pemadaman

Usai melakukan apel, petugas dan relawan harus berjalan kaki selama dua jam untuk menuju titik api. Ada tiga tim, karena kebakaran di hutan Gunung Panderman tersebar di tiga titik, yaitu Puncak, Parang Putih, dan Curah Banteng.

Ahmad Choirur Rochim, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, ditemui Mongabay-Indonesia pada Senin (22/7/2019) sore mengatakan, untuk titik api di wilayah puncak sudah mampu untuk dikendalikan. Untuk itu, Tim tinggal memantau perkembangan dan mengantisipasi kebakaran dengan membuat sekat bakar atau memadamkannya dengan cara manual.

“Kalau untuk tim satu sudah berhasil, tinggal pemantauan supaya tidak terjadi timbul kobaran api kembali,” kata Rockim di pos pantau kebakaran hutan.

Sebaliknya, untuk yang wilayah Parang Putih dan Curah Banteng masih sulit di kendalikan. Pasalnya jalur medan yang sulit dijangkau, dan tebing memiliki tingkat kecuraman mencapai 90 derajat. Selain itu, batu panas yang berjatuhan menjadi kendala tim melakukan pemadaman. Sehingga, Tim mengubah skenario pemadaman.

perlu dibaca : Cerita Penjaga Hutan Desa Lukun Pertaruhkan Nyawa Berjuang Padamkan Api di Riau

 

Petugas melihat peta sebelum pendakian untuk memadamkan api di Gunung Panderman, Kota Batu, Jawa Timur, pada Minggu malam (21/07/2019). Dugaan awal, kebakaran terjadi karena faktor alam. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Untuk hari pertama, fokus pembuatan sekatnya di titik api. Berikutnya strategi dirubah dengan pembuatan sekat bakar di antara hutan lindung dan hutan produksi. Estimasi dari Tim, panjangnya sekitar 5 kilo meter, dan lebar 3 meter. Selain itu, jika kondisi angin mendukung akan dilakukan bakar balik.

Upaya pemadaman dilakukan secara manual, dengan bekal peralatan seadanya. Tujuanya, supaya api tidak menjalar sampai ke hutan produksi yang di tumbuhi banyak pohon pinus. Karena jika api sampai membakar pohon pinus, akan lebih sulit untuk dipadamkan, disebabkan getah pinus lebih mudah dan cepat terbakar.

“Jika itu dirasa kurang optimal, kami akan melakukan evaluasi dan berkoodinasi dengan TNI AU untuk kemungkinan memanfaatkan bom air dari pesawat,” lanjut Rochim.

Dia mengaku prasarana dan peralatan pemadaman masih terbatas, baik dari BPBD atau instansi yang terlibat. Hal itu menghambat penanganan. Dia berharap ada tambahan alat, terutama alat personal seperti cangkul, sabit dan gebyok untuk pemadaman.

 

Petugas gabungan bersiap memadamkan api di hutan Gunung Panderman, Kota Batu, Jawa Timur, pada Senin, (22/07). Dugaan awal, kebakaran terjadi karena faktor alam. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Habitat Satwa Terganggu

Sedangkan Hengki Hermanto, Kepala Administrator Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Perhutani Malang, kepada Mongabay-Indonesia, Senin (22/7/2019) mengatakan kebakaran mengakibatkan rusaknya keanekaraman hayati hutan, sekaligus habitat satwa didalamnya.

Hutan lindung yang ada di kawasan Gunung Panderman merupakan habitat berbagai satwa seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), ayam hutan, kera ekor panjang (Macaca fasciculars), dan babi hutan (Sus scrofa).

“Hutan yang terbakar seluruhnya berada di petak 227 dan 230. Itu di area hutan lindung dan hanya tanaman bawah seperti ilalang dan semak belukar yang sudah begitu kering, nanti hujan akan tumbuh lagi,” ujar Hengki.

 

Petugas dari TNI memadamkan api dengan peralatan seadanya saat terjadi kebakaran hutan Gunung Panderman, Kota Batu, Jawa Timur, pada Senin, (22/07/2019). Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Dia melanjutkan, selama kebakaran berlangsung belum ada laporan soal satwa yang mati terbakar. Kemungkinan satwa-satwa yang ada berpindah ke kawasan hutan lainnya.

Berdasarkan laporan petugas di lokasi, ada satwa kera ekor panjang yang turun sampai ke kaki Gunung Panderman untuk menghindari api yang mulai terlihat pada Minggu (21/7/2019) malam.

Hengki juga mengungkapkan, penyebab kebakaran diduga karena faktor alam.“Munculnya api ini hampir bersamaan, titik awal yang terbakar di lereng yang sulit dijangkau manusia, jadi dugaan awal ini memang faktor alam,” imbuhnya.

Pada musim kemarau ini, pihaknya juga mewaspadai terjadinya kebakaran hutan di wilayah lain yang ada di Malang.

 

Seorang petugas berlari menghindari asap saat terjadi kebakaran hutan Gunung Panderman, Kota Batu, Jawa Timur, pada Senin, (22/07). Berdasarkan laporan petugas di lokasi, ada satwa kera ekor panjang yang turun sampai ke kaki Gunung Panderman. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version