Mongabay.co.id

Liputan Banyuwangi : Pengelolaan Unik Sampah, antara Ekskul Sekolah dan Secangkir Kopi (4)

 

Basket, sepak bola, marching band, dan Pramuka, merupakan segelintir kegiatan ekstra kurikuler atau ekskul sekolah pada umumnya. Bahkan ada sekolah yang punya ekskul unik seperti robotic club berkuda dan bisnis online. Selain mengisi luang setelah sekolah, ekskul juga diarahkan untuk menyalurkan hobi dan kreativitas dan kreativitas siswa.

Tetapi ada satu ekskul yang unik di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Huda Badean, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Ekskul ini membantu memecahkan masalah di lingkungan sekolah dan bahkan di Banyuwangi, yaitu recycling sampah.

Persoalan sampah di Banyuwangi, khususnya di Kecamatan Muncar, memang jadi pemberitaan belakangan ini. Mulai dari penolakan masyarakat Bulusan terhadap TPA (tempat pembuangan akhir sampah) Bulusan yang sudah overload volume sampahnya, sampah yang menumpuk di pesisir Muncar, sampai dengan reaksi Menteri Susi Pudjiastuti tentang sampai di Pulau Tabuhan.

Banyak cara telah dilakukan untuk mengatasi masalah sampah di kabupaten bermaskot Tarian Gandrung ini. Salah satunya dengan edukasi pengelolaan sampah.

baca : Hebat, Sekolah Ini Menerapkan Nol Plastik

 

Madrasah Aliyah Nurul Huda, Badean, Kabat, Banyuwangi yang mempunya kegiatan ekstra kurikuler recycling sampah plastik. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Madrasah Aliyah Nurul Siswa MA Nurul Huda, Badean, Banyuwangi, mengikuti ekstrakurikuler recycling sampah plastik. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Husnul Khotimah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi yang ditemui Mongabay-Indonesia di ruang kerjanya, Jumat (28/6/2019) mengakui penyadaran masyarakat di Muncar tentang sampah jadi kendala paling berat.

Masuknya pelatihan dan kegiatan recycling sampah dalam ekskul sekolah menjadi salah satu langkah cerdas dalam mengedukasi masyarakat tentang sampah sejak dini.

“Ekstrakurikuler recycling sampah, salah satu tujuannya menanamkan kesadaran untuk menjaga lingkungannya dari sampah, sekaligus mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna,” kata Kepala MA Nurul Huda Badean, Yusri kepada Mongabay Indonesia, Kamis (27/7/2019).

Siti Aminah, siswa kelas 12 MA Nurul Huda merasa senang bisa yang mengikuti ekskul recycling sampah ini. “Ekskul ini sangat berguna, karena selain bisa mengurangi sampah di sekitar sekolah dan rumah, juga bisa mengasah kreativitas,” katanya. Bahkan hasil kreasi sampahnya bakal dijual secara online, meski dibutuhkan bantuan pihak terkait untuk pemasarannya.

baca juga : Belajar Mengelola Sampah menjadi Berkah di SMP Wisata Sanur

 

Siswa Madrasah Aliyah Nurul Huda, Badean, Banyuwangi membuat berbagai produk dari sampah plastik. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Berbagai produk yang dihasilkan Siswa Madrasah Aliyah Nurul Badean dari kegiatan ekstrakurikuler recycling sampah plastik. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Hasil kreasi recycling sampah MA Nurul Huda sendiri berapa kali memenangkan lomba sampah, seperti Juara 3 lomba kreasi recycle sampah tingkat SMA se-kabupaten Banyuwangi dan masuk 10 besar fashion recycle pada 2017 dan 2018. Hal itu memberi semangat ekskul recycling sampah berjalan berkelanjutan.

Adanya kegiatan recycling sampah menjadi ekskul di MA Nurul Huda Badean, berawal dari keprihatinan para guru melihat menumpuknya sampah di lingkungan sekolah. “Saat itu sampah botol plastik banyak ditemukan di lingkungan sekolah, sehingga timbul niat untuk berbuat sesuatu,“ jelas Anton Al Muksid, Wakil Kepala Sekolah MA Nuru Huda.

baca : Cerita Kurangi Plastik di Malang, dari Swalayan Gunakan Kardus sampai Bank Sampah Sekolah

 

Berbagai produk yang dihasilkan siswa Madrasah Aliyah Nurul Badean dari kegiatan ekstrakurikuler recycling sampah plastik. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Wadah dari sampah, hasil kegiatan ekstrakurikuler siswa Madrasah Aliyah Nurul Badean. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Bersama Shang Ayodya, seorang aktivis sampah di Banyuwangi, sekolah itu mulai merencanakan bagaimana masalah sampah ini terselesaikan, sekaligus membantu siswa yang kurang mampu. Pada tahun 2017, kegiatan recycling sampah resmi masuk ke dalam kurikulum sekolah.

“Sekolah ini punya program sekolah bayar sampah. Siswa yang tidak mampu, berkewajiban membayarnya dengan sampah. Caranya dengan membawa sampah dan dimasukan ke dalam bank sampah sekolah. Jika ada kelebihan di dalam tabungannya setelah dipotong biaya sekolah, akan dikembalikan ke siswa yang bersangkutan,“ lanjut Anton.

Harapan besar tentang edukasi mengenai sampah, ada di program-program seperti ini, yang pastinya dalam menjalankannya tidak mudah dan butuh dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Agama –lembaga negara yang menaungi sekolah agama– dan Pemkab Banyuwangi. Tentu sangat bermanfaat bagi lingkungan sekolah dan lingkungan keseluruhan bila diterapkan di sekolah-sekolah seluruh Kecamatan Muncar.

menarik dibaca: Menikmati Misteri dan Magisnya Kopi Rayap, Apa yang Menarik?

 

Tas dari sampah bungkus kopi buatan siswa Madrasah Aliyah Nurul Badean, Banyuwangi. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Kopi bayar sampah

Saat ini, kopi tak hanya dipandang sebagai minuman, tetapi juga menjadi trend dan bisnis. Awalnya yang hanya diminum oleh orang dewasa dan lanjut usia, kopi mulai digandrungi kawula muda. Harga secangkir kopi pun beragam, mulai dari ribuan sampai ratusan ribu rupiah tergantung dari jenis dan kualitas kopinya. Tidak terkecuali di Banyuwangi.

Ada satu tempat ngopi yang unik di Banyuwangi. Berlabel mobile cafe, tempat ngopi ini menerapkan sistem pembayaran secangkir kopi dengan sampah. Adalah seorang Novian Dharma Putra, pemilik mobile kafe, yang juga anggota Forum Banyuwangi Sehat, bersama teman-temannya menggagas program kopi bayar sampah ini.

“Ide ini muncul Karena keinginan untuk mengedukasi masyarakat bahwa sampah itu juga punya nilai ekonomis, selain juga agar peduli kepada lingkungannya,” jelas Novian kepada Mongabay di kafenya, Jumat (28/7/2019).

 

Novian Dharma Putra, pemilik mobile kafe sedang membuat kopi. Tempat ngopi ini unik karena menerapkan pembayaran setengah kg sampah untuk secangkir kopi. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

Satu gelas kopi dihargai setengah kilogram sampah plastik. Setiap hari, mobile kafe biasanya bergerak dari dari satu event ke event yang lainnya. Dan rencananya, setiap hari Jumat, warga bisa menikmati kopi berbayar sampah di depan taman makam pahlawan Banyuwangi.

Memang apa yang dilakukan oleh Shang Ayodya, Madrasah Aliyah Nurul Huda, dan Novian bukanlah sesuatu yang membuat perubahan secara massif dan langsung. Tetapi paling tidak, mereka sudah berbuat sesuatu untuk bumi kita tercinta ini. Bukankah sesuatu yang besar tidak akan pernah terwujud tanpa dimulai dari yang kecil terlebih dahulu ?

 

Novian Dharma Putra, pemilik mobile kafe menunjukkan sampah plastik. Tempat ngopi ini unik karena menerapkan pembayaran setengah kg sampah untuk secangkir kopi. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version