Mongabay.co.id

Liputan Banyuwangi : Pulau Tabuhan, Antara Keindahan dan Sampah (5)

 

Pulau Tabuhan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur adalah sebuah pulau kecil yang berada Selat Bali, diantara Pulau Bali dan Pulau Jawa. Terletak sekitar 20 km dari pusat kota Banyuwangi, pulau yang mempunyai luas 5 hektar ini masuk ke dalam wilayah Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo.

Pulau Tabuhan ini merupakan salah satu destinasi wisata alam andalan Kabupaten Banyuwangi. Pulau tak berpenghuni ini mempunyai pantai putih yang memukau banyak wisatawan.

Tabuhan berasal dari Bahasa Using/Osing –suku asli Banyuwangi –, yang berarti tetabuhan atau musik. Ini karena angin di pulau ini seringkali bertiup sangat kencang dan menimbulkan bunyi seperti alunan musik.

baca : Liputan Banyuwangi : Sampah Muncar yang Tak Kunjung Terselesaikan (1)

 

Pantai Pulau Tabuhan, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Panorama pesisir pantai Pulau Tabuhan, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pulau ini berjuluk hidden paradise-nya Banyuwangi. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Dan karena angin kencangnya yang selalu stabil pada kecepatan 20-25 knot, Pulau Tabuhan juga sangat ideal untuk olahraga selancar layang (kite surfing). Dan pernah dilaksanakan event kite surfing internasional yang dihadiri kiter dan wind surfer professional, dari 13 negara, pada tahun 2017.

Pada jaman dahulu kala, Pulau Tabuhan digunakan tentara Jepang sebagai tempat pengintaian. Itu sebabnya pula, terdapat bangunan mercusuar peninggalan jaman penjajahan Jepang di sana. Bangunan ini sampai sekarang masih berdiri dan sengaja dipertahankan sebagai salah satu peninggalan sejarah.

Pulau ini sering didatangi wisatawan yang ingin menikmati indahnya pasir putih sekaligus menantikan matahari terbenam. Tidak hanya dari wisatawan lokal, Pulau Tabuhan juga menjadi destinasi wisatawan manca negara.

baca juga : Liputan Banyuwangi : Sulitnya Ubah Budaya Nyampah Masyarakat Muncar (2)

 

Panorama bawah laut perairan Pulau Tabuhan, dengan berbagai jenis terumbu karang dan ikan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Panorama bawah laut perairan Pulau Tabuhan, dengan berbagai jenis terumbu karang dan ikan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Keindahan pemandangan daratan pulau tabuhan ini berbanding lurus dengan pemandangan bawah airnya. Dengan arus yang lembut, para wisatawan bawah air dapat menikmati terumbu karang yang hidup dan berwarna-warni mulai dari kedalaman 3 meter, dengan jarak pandang yang mencapai 15-20 meter, ketika musim tenang tiba yaitu pada bulan Juli – September. Dengan kontur bawah air tebing atau wall, keanekaragaman hard coral dan soft coral yang luar biasa dapat ditemui dengan mudah. Belum lagi ribuan ikan yang hilir mudik di sekitar terumbu karangnya, begitu memanjakan mata yang melihatnya.

Kecantikan alam Pulau Tabuhan ini, seakan menjadi harta karun yang tak ternilai harganya, yang dimiliki kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini.

menarik dibaca : Liputan Banyuwangi : Pengelolaan Unik Sampah, antara Ekskul Sekolah dan Secangkir Kopi (4)

 

Terumbu karang berbentuk sponge di bawah laut perairan Pulau Tabuhan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Ikan goby, salah satu jenis ikan di perairan Pulau Tabuhan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Sampah di Tengah Keindahan

Segala surga yang disuguhkan Pulau Tabuhan ini, seakan tercemar ketika angin musim barat tiba –musim hujan antara desember-maret–. Saat ini adalah waktu yang paling buruk untuk berkunjung ke pulau yang berjuluk hidden paradise-nya Banyuwangi. Angin barat dan arus bawah yang cukup kencang, membawa sampah dari berbagai tempat ke Pulau Tabuhan.

Beberapa waktu yang lalu sempat viral video menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di instagram miliknya @susipudjiastuti115 tentang menumpuknya sampah di pulau Tabuhan. Dalam video itu, dia mengajak masyarakat Banyuwangi terutama pemuda dan pemudinya untuk mengurangi sampah plastik dan membersihkan Pulau Tabuhan bersama-sama.

baca juga : Beginilah Eksotisme Pantai Pasir Putih di Pulau Tabuhan Banyuwangi

 

Sebuah terumbu karang yang indah di bawah laut perairan Pulau Tabuhan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Hal itu ditanggapi serius oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dengan langsung mengerahkan aparat pemda untuk membersihkan Pulau Tabuhan dan Bangsring. Dan sampah pun menghilang saat Susi kembali kesana keesokan harinya.

Sampah yang ada di Pulau Tabuhan dan Bangsring ini memang merupakan sampah musiman. Dan memang bukan sampah yang berasal dari masyarakat Bangsring dan sekitarnya. Sampah ini terbawa jauh dari daerah di luar Bangsring yang kemudian dibawa dan dijatuhkan ombak dan arus pada musim angin barat.

Ditambah lagi dari sungai-sungai yang meluap ketika musim hujan tiba yang membawa sampah dari bagian hulu.

perlu dibaca : Ekowisata Banyuwangi : Menguji Keseriusan Sunrise of Java Mewujudkan Pelestarian Lingkungan (bagian 3)

 

Sampah plastik disela-sela terumbu karang di bawah laut perairan Pulau Tabuhan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Sampah plastik disela-sela terumbu karang di bawah laut perairan Pulau Tabuhan. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

“Sampah di Tabuhan dan Bangsring akan penuh ketika musim hujan dan angin barat. Dan akan kembali bersih ketika musim itu lewat. Itu sebabnya, penting untuk mensosialisasikan masyarakat di hulu agar tidak membuang sampah di sungai,” kata Sukirno, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bangsring Underwater kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (29/6/2019).

Sukirno juga menyayangkan tidak adanya perwakilan pemerintah untuk khusus mengurusi Pulau Tabuhan. Selama ini hanya swadaya dari masyarakat saja. Minimal surat untuk mendelegasikan kepada masyarakat dari pemerintah daerah pun, untuk mengelola dan merawat Pulau Tabuhan belum ada.

 

Seorang penyelam mengambil sampah diantara terumbu karang di bawah laut perairan Pulau Tabuhan, Banyuwangi, Jatim. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Seorang penyelam memperlihatkan sampah yang diambil disela-sela terumbu karang di bawah laut perairan Pulau Tabuhan, Banyuwangi, Jatim. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Setiap Jumat, masyarakat secara sadar meluangkan waktunya untuk membersihkan lautnya. Dan kearifan ini selalu dijaga hingga saat ini.

Instruktur dan pemandu selam profesional dari Bangsring Underwater, Busairi, secara rutin mengambil sampah yang di berada di bawah laut setiap kali menyelam. Sampah-sampah itu terjatuh di dasar laut atau tersangkut pada karang ketika angin barat tiba.

Sedangkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Banyuwangi, Husnul Khotimah yang Mongabay Indonesia, Sabtu (20/7/2019) mengatakan salah satu solusi mengatasi masalah tersebut adalah dengan meminta bantuan kapal-kapal wisata ataupun nelayan membawa dan mengangkut sampah di perairan Pulau Tabuhan ke daratan.

“Artinya sampah-sampah itu bisa dibawa kembali ke daratan oleh kapal-kapal wisata dan nelayan, ketika mereka merapat ke Pulau Tabuhan dan kembali lagi ke daratan besar,” katanya.

Seyogyanya memang harus ada perhatian yang lebih untuk Pulau Tabuhan ini, mengingat potensinya yang sangat luar biasa itu.

 

Wisatawan dan divers sedang bersantai di sebuah warung makan di Pulau Tabuhan, Banyuwangi. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version