Mongabay.co.id

Dari Indonesia, Minapadi Menyebar ke Penjuru Dunia

 

Sistem minapadi yang sudah dikembangkan sejak 2016, terus melambungkan nama Indonesia di dunia internasional. Hampir semua negara dari lima benua, sudah mengakui kehebatan sistem tersebut dan menyatakan ketertarikannya untuk mengadopsi sistem tersebut di negara masing-masing. Termasuk, negara dari benua Afrika yang sudah menyatakan keinginan menerapkan sistem tersebut.

Keunggulan sistem minapadi, menurut Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, tidak lain adalah bergabungnya dua aktivitas usaha yang biasanya selalu dilaksanakan secara terpisah. Keduanya adalah budi daya perikanan dan pertanian.

Menurut Slamet, penggabungan aktivitas tersebut dalam satu lahan, memberikan keuntungan bagi siapapun yang menerapkan sistem tersebut. Dengan sistem tersebut, efisiensi akan bisa didapat karena ada dua aktivitas secara bersamaan di satu lahan, yakni produksi tanaman padi dan juga budi daya perikanan.

“Itu sangat cocok untuk diterapkan di negara berkembang dalam upaya pemenuhan protein ikan serta padi,” ucapnya, dua pekan lalu dalam sebuah acara di Sukabumi, Jawa Barat.

baca : Suksesnya Minapadi di Indonesia, Jadi Rujukan ke Seluruh Dunia

 

Sistem minapadi di lahan percontohan yang dibina oleh Balai Besar Budi daya Air Tawar (BBBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Foto : Ditjen Perikanan Budi daya KKP/Mongabay Indonesia

 

Dengan menggunakan sistem minapadi, penggunaan air dan pupuk akan sangat efisien dan itu membuat biaya produksi kedua aktivitas usaha tersebut menjadi lebih murah dibandingkan jika melaksanakan di dua lahan berbeda. Keuntungan lain, adalah padi yang dihasilkan dari Minapadi, akan terbebas dari pestisida.

Adapun, negara Afrika yang sudah menyatakan keinginannya memboyong sistem Minapadi ke negara mereka, adalah Mauritania, Zimbabwe, Zambia, Ghana, dan Senegal. Kelima negara tersebut sengaja terbang dari negara masing-masing untuk belajar sistem Minapadi di lahan percontohan yang dibina oleh Balai Besar Budi daya Air Tawar (BBBAT) Sukabumi.

“Afrika menjadi negara yang cocok untuk diterapkan Minapadi,” sebut dia.

 

Keuntungan

Menurut Slamet, pelaksanaan sistem Minapadi bisa menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi, karena itu mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kemudian, Minapadi juga mampu menambah lahan produksi ikan, sehingga mendukung capaian target produksi ikan secara nasional, dan akhirnya mampu meningkatkan produksi ikan.

“Pada akhirnya, itu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendukung kedaulatan pangan serta ramah lingkungan,” tuturnya.

Hadirnya negara dari benua Afrika sendiri, menjadi kelanjutan dari rangkaian perhelatan akbar tahunan Our Ocean Conference (OOC) 2018 yang digelar pada Oktober 2018 di Bali. Kehadiran mereka di Sukabumi, menjadi bukti bahwa Indonesia bisa memberi kontribusi untuk dunia berkaitan dengan upaya memperkuat ketahanan pangan secara global.

Tak lupa, Slamet mengatakan, kedatangan delegasi dari lima negara Afrika, juga menjadi ajang transfer ilmu dan teknologi kepada negara potensial dalam bidang pertanian dan perikanan. Meski diakuinya sawah di negara Afrika tidak sebanyak di Indonesia, tetapi sistem Minapadi akan memberi keuntungan karena bisa meningkatkan produksi padi dan ikan secara bersamaan.

baca juga : Mungkinkah Sistem Minapadi Diterapkan di Seluruh Dunia?

 

Peserta pelatihan minapadi dari negara Asia Pasifik, Afrika, dan Tiongkok melihat perikanan di lahan percontohan minapadi yang dibina oleh Balai Besar Budi daya Air Tawar (BBBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Foto : Ditjen Perikanan Budi daya KKP/Mongabay Indonesia

 

Kepala Sub Direktorat Kerja sama Teknik Wilayah Afrika dan Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Febrizki Bagja Mukti mengatakan, dua dari lima negara yang hadir di Sukabumi, diketahui sudah menerapkan Minapadi di negara masing-masing. Keduanya adalah Senegal dan Ghana, dan sudah menerapkannya dengan teknologi sederhana.

“Kehadiran mereka di Sukabumi, untuk menyerap banyak ilmu dari tenaga ahli yang ada,” jelas dia.

Chiputa Mukwatu, perwakilan delegasi dari Zambia, mengaku sangat antusias dengan program yang sudah diikuti selama di Sukabumi. Dia tak sabar untuk segera menerapkan ilmu yang didapat dengan materi yang sangat lengkap, dari tentang pemilihan lokasi, persiapan lahan, pengenalan dan pemeliharaan ikan serta padi, proses panen dan pengendalian penyakit ikan.

Dia mengaku, sistem Minapadi masih menjadi sesuatu yang baru bagi negaranya dan hingga saat ini belum ada kegiatan apapun berkaitan dengan sistem tersebut. Menurut dia, Minapadi optimis akan bisa diterima di Zambia, karena negaranya akan berpenduduk 18 hingga 20 juta orang sesuai dengan perkiraan sensus penduduk pada 2020 mendatang.

“Dengan perkiraan jumlah tersebut, itu akan berdampak semakin besar kebutuhan sumber pangan,” jelas dia.

Untuk itu, Chiputa menyebutkan, sistem Minapadi menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat waktu ke waktu di Zambia. Sistem tersebut sangat layak untuk diterapkan, karena memiliki kesamaan iklim, dan kondisi geografis antara Indonesia dengan Zambia.

Selain negara Afrika, negara berpenduduk terbanyak di dunia, Tiongkok juga menyatakan ketertarikannya terhadap sistem Minapadi. Negeri Tirai Bambu tersebut juga sengaja datang ke Indonesia untuk belajar sistem tersebut di Sukoharjo, Jawa Tengah.

menarik dibaca : Mina Padi yang Membuat Petani Sergai Tersenyum, Mengapa?

 

Peserta pelatihan minapadi dari negara Asia Pasifik, Afrika, dan Tiongkok melepas benih ikan di lahan percontohan minapadi yang dibina oleh Balai Besar Budi daya Air Tawar (BBBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Foto : Ditjen Perikanan Budi daya KKP/Mongabay Indonesia

 

Ketahanan Pangan

Pimpinan delegasi Tiongkok yang datang ke Sukoharjo, Zhu Jian mengatakan, ketertarikan negaranya untuk mempelajari Minapadi, karena ada keuntungan yang bisa didapat sekaligus di dalam satu lahan. Negaranya sangat berharap agar para penduduk atau pemuda desa yang sebelumnya sangat tertarik untuk bekerja di kota, bisa mengembangkan desanya masing-masing dengan menerapkan Minapadi.

Ketertarikan Tiongkok untuk menerapkan Minapadi, menurut Zhu juga dilatarbelakangi oleh terus meningkatnya kebutuhan protein yang berasal dari ikan. Di mana, dua per tiga penyediaan ikan untuk pasokan itu berasal dari sistem akuakultur atau budi daya perikanan. Dengan demikian, jika Minapadi diterapkan, dua keuntungan sekaligus didapatkan, yaitu produksi padi dan ikan sekaligus.

Bagi Slamet Soebjakto, ketertarikan Tiongkok untuk menerapkan Minapadi, menegaskan bahwa inovasi yang dibuat Indonesia semakin diakui oleh dunia. Terlebih, karena Indonesia sudah mengembangkan Minapadi sejak 2016 dan tercatat sudah mencapai 580 hektare lahan yang dikembangkan untuk lahan percontohan yang menyebar di 26 kabupaten.

Sementara, untuk 2019, KKP mengembangkan Minapadi di lahan percontohan seluas 400 ha yang menyebar di berbagai daerah dan menggandeng Kementerian Pertanian untuk menjadikan sistem tersebut sebagai kegiatan prioritas. Di KKP, Minapadi sudah menjadi kegiatan prioritas, karena beberapa keunggulan yang dimilikinya.

Di antara keunggulan itu, secara teknis dijelaskan Slamet. Menurut dia, untuk setiap hektar lahan yang menggunakan Minapadi, maka akan ada potensi panen padi hingga tiga ton dan ikan minimal satu ton sebagai pendapatan tambahan. Dengan tambahan pendapatan hingga 40 persen, Minapadi masih memberikan keuntungan karena padi terbebas dari pestisida dan minim penggunaan pupuk.

“Komitmen Indonesia untuk menjadikan Minapadi sebagai program prioritas turut mendukung program ketahanan pangan nasional, bahkan diperhitungkan dalam memberikan kontribusi pemenuhan kebutuhan pangan global,“ tambah dia.

perlu dibaca : Mina Padi, Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Menekan Perubahan Iklim. Seperti Apakah?

 

Peserta pelatihan dari negara Asia Pasifik, Afrika, dan Tiongkok menanam benih padi di lahan percontohan minapadi yang dibina oleh Balai Besar Budi daya Air Tawar (BBBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Foto : Ditjen Perikanan Budi daya KKP/Mongabay Indonesia

 

Selain untuk pemenuhan kebutuhan pangan, Slamet menyebutkan, sistem Minapadi saat ini juga sudah berkembang menjadi kegiatan wisata seperti yang sudah ada di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Kemudian, di Desa Cikarutug, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, dan di Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta.

Diketahui, sejak Indonesia mengembangkan Minapadi pada 2016, dukungan penuh langsung datang dari badan pangan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) dan menjadikan sistem tersebut sebagai rujukan pengembangan Minapadi di kawasan Asia Pasifik. Penunjukkan Indonesia dilakukan FAO, karena dinilai berhasil mengembangkan Minapadi sebagai program prioritas nasional untuk mendukung ketahanan pangan.

 

Exit mobile version