Mongabay.co.id

Seekor Paus Pilot Luka Terdampar di Denpasar

 

 

Seekor paus pilot ditemukan terdampar. Petugas dan aktivis konservasi berusaha menghalau ke laut dan terus melakukan monitoring hingga Jumat (9/08/2019).

Paus Pilot ditemukan terdampar oleh warga setempat di Pantai Biaung, Denpasar, Bali, pada Rabu (7/08) sore. Dilaporkan ke petugas, dan berusaha dihalau ke laut dan terlihat sudah bisa berenang pada Rabu petang.

Hasil pengamatan adalah jenis Paus Pilot (Globicephala spp.) dengan kondisi masih hidup (kode 1), berkelamin jantan, dan ukuran panjang badan 2 meter.

“Tim BPSPL Denpasar setelah mendapatkan informasi segera menuju ke lokasi dan melakukan koordinasi, hampir pada saat yang bersamaan di lokasi sudah ada tim dari JAAN dan BKSDA,” jelas Permana Yudiarso, Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar.

Hasil pemeriksaan kondisi luar paus tersebut dan ditemukan luka di tiga titik, bagian dada, bagian ekor, dan bagian lainnya. Dugaan awal luka tersebut diakibatkan terkena tombak atau baling-baling kapal.

Amank Raga dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) yang ikut melakukan monitoring mengatakan hingga Jumat paus ini tak terlihat. “Tak ada laporan paus ini terlihat dari sisi pantai yang lain, semoga tidak balik lagi,” harapnya. Ia dan timnya di Bali masih melakukan monitoring empat ekor dolphin, dua sudah direlokasi dari Hotel Melka, Lovina, Kabupaten Buleleng.

baca : Warga Coba Selamatkan Paus Pilot yang Terdampar di Pesisir Donggala. Bagaimana Akhirnya?

 

Seekor Paus pilot ditemukan terdampar di Pantai Biaung, Denpasar, Bali, pada Rabu (7/08/2019). Foto : BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Laporan refleksi BPSPL Denpasar tahun 2014-2018 menyebutkan sejumlah catatan terkait kemunculan dan terdamparnya mamalia. Dari monitoring hiu paus oleh mitranya di perairan Probolinggo, Jawa Timur pada November-Desember 2018 menemukan 2-20 ekor per hari di Perairan Tongas.

Warga di Pantai Bentar, Probolinggo juga memanfaatkan kehadiran hiu paus ini untuk jasa lingkungan yakni melihat dari jarak dekat. Hiu paus biasanya muncul pada Desember-Februari, dan memberi berkah penghasilan pada pengelola perahu, pedagang, dan lainnya sekitar lokasi.

Pada 2015-2018, ada 107 ekor hewan laut dilindungi terdampar. Terbanyak pada 2015 yakni 51 ekor. Terdiri dari 78 paus, 13 hiu pasus, 12 ekor lumba-lumba, dan 4 dugong. Polusi udara, penggunaan sonar bawah laut untuk navigasi, perburuan, dan luka-luka adalah penyebab terbanyak terdamparnya di wilayah monitoring BPSL Denpasar.

baca juga : Paus Pilot yang Mati Terdampar Itu Ditenggelamkan di Laut

 

Seorang relawan berusaha membantu seekor paus pilot ini kembali ke laut setelah terdampar di di Pantai Biaung, Denpasar, Bali, pada Rabu (7/08/2019). Foto: BPSPL Denpasar

 

Pesisir Gianyar

Kabupaten Gianyar yang berada di Selatan pulau Bali menjadi salah satu lokasi terbanyak terdamparnya megafauna.

Sebelumnya, seekor paus, diidentifikasi jenis sperma kerdil (dwarf sperm whale) akhirnya mati setelah berupaya diselamatkan warga pada Senin (11/3/2019) di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali. Pantai berpasir hitam yang arusnya cukup kuat dan jalur perlintasan megafauna selatan-timur Bali.

Paus sperma ini dievakuasi saat mati terdampar Selasa (12/3/2019) dan dievakuasi ke Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar untuk diteliti.

Panjang badannya sekitar 2,2 meter, lingkar perut 1,54 cm, dan berat sekitar 200 kg. Terdapat luka di punggung dan di bawah mulut. Petugas dari TCEC dan Fakultas Kesehatan Hewan Universitas Udayana tiba melakukan identifikasi lalu membawanya ke TCEC untuk nekropsi.

Halaman TCEC riuh dengan aktivitas nekropsi. Relawan komunitas mahasiswa kedokteran hewan lain seperti Turtle Guard dan Rothschildi juga terlibat. Terlihat dari sejumlah video pembelajaran yang dibuat.

Semua organ diobservasi, dicatat, dan disimpulkan. Untuk mempercepat proses nekropsi, mereka membagi ke beberapa kelompok untuk melakukan pengamatan tiap organ. Selanjutnya mengambil sampelnya. Mereka terlihat serius mempelajari organ-organ paus sperma ini walau statusnya kode 3, badannya membengkak dan bau.

baca : Ada Potongan Plastik dan Cacing di Paus Sperma Kerdil Ini

 

Petugas berhasil menghalau seekor paus pilot berukuran dua meter dengan sejumlah luka ini ke tengah laut setelah terdampar di di Pantai Biaung, Denpasar, Bali, pada Rabu (7/08/2019). Foto : BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Klasifikasi kondisi mamalia laut yang terdampar berdasarkan Geraci & Lounsbury 1993: Kode 1: alive (hewan masih hidup). Kode 2: fresh dead (hewan baru saja mati, belum ada pembengkakan). Kode 3: moderate decomposition (bangkai mulai membengkak). Kode 4: advance decomposition (bangkai sudah membusuk). Kode 5: severe decomposition (bangkai sudah mulai memutih menjadi kerangka, atau sudah jadi kerangka).

Temuannya adalah paus sperma ini jantan, ada parasit cacing nematoda, jenisnya perlu identifikasi lagi. Terjadi pembesaran usus besar, perlu konfirmasi apakah sesuai anatomi paus. Berikutnya ada potongan plastik di ususnya, tercampur dengan makanannya seperti udang.

I Wayan Yustisia Semarariana, dokter hewan relawan TCEC dan Flying Vet, sebuah organisasi yang fokus pada penanganan mamalia terdampar ini melakukan nekropsi seharian bersama relawan-relawan lain. Jenis paus sperma ini antara dwarf sperm whale atau pygmy sperm whale. Nekropsi bertujuan mencari tahu penyebab kematiannya. Dari patologi anatominya ada 2 hal diteliti, yang terlihat mata dan tidak.

Menurut buku panduan “Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar” yang diterbitkan Kementrian Kelautan dan Perikanan pada 2012 pada umumnya, kejadian terdampar bukanlah suatu hal yang wajar bagi paus dan lumba-lumba, dalam arti bahwa binatang-binatang tersebut secara alami mendamparkan diri. Perkecualiannya adalah jenis paus pembunuh (Orcinus orca) yang memang sering mendamparkan diri di pantai di daerah beriklim dingin untuk memburu anjing laut.

Para ahli memiliki beberapa teori penyebab paus dan lumba-lumba terdampar. Pertama, patologis internal seperti kehadiran parasit dalam organ syaraf (Morimitsu et al. 1987) atau karena si hewan menelan benda asing seperti plastik. Kedua, gangguan pada sistem navigasi karena alat buatan manusia misal sonar (Jepson et al. 2003; Yang et al. 2008) atau alami seperti badai matahari (Vanselow & Ricklefs 2005).

Ketiga, badai yang berkekuatan tinggi dapat menyebabkan disorientasi atau kelelahan pada si hewan sehingga mereka terdampar (Evans et al. 2005). Keempat, produktivitas suatu perairan meningkat (akibat kombinasi beberapa faktor seperti pasokan air dingin dan upwelling yang makin sering) sehingga paus dan lumba-lumba mengejar mangsa hingga ke perairan dangkal dan terdampar.

 

Exit mobile version