Mongabay.co.id

Ada Rombongan Hiu Karang Hitam di Perairan Dangkal Nusa Dua

 

Rombongan hiu karang hitam (Carcharhinus melanopterus) atau Blacktip Reef Shark berkunjung ke perairan Nusa Dua, Badung, Bali. Dalam sebuah perhitungan kasar dari sebuah tangkapan foto drone, sedikitnya 40 ekor berkumpul di satu titik air dangkal. Mereka berenang dengan tenang, dan turis diminta tidak mengganggu para hiu.

Petugas Balai Pelestari Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Yudisthio Wahyudi dan Intan Edhitya yang melakukan monitoring sekaligus dokumentasi udara pada Jumat (23/8) melaporkan hiu karang hitam ini memang habitat alaminya berada di perairan dangkal dan banyak terumbu karang.

Secara umum, hiu jenis ini tidak berbahaya namun pengunjung perlu tetap mewaspadai dengan tidak berinteraksi terlalu dekat. Tidak mengganggu biota laut liar itu agar tidak terjadi hal-hal membahayakan.

Hiu jenis ini belum diatur regulasi perlindungannya, namun BPSPL Denpasar memiliki tupoksi untuk mengontrol perdagangannya. Tim ini berkoordinasi dengan petugas keamanan di kawasan pantai dan restoran diminta memantau pengunjung yang berinteraksi dengan hiu tersebut.

baca : Pertama Kali di Indonesia, Ditemukan Hiu ‘Living Fossil’ Goblin di Aceh 

 

Seorang petugas dari BPSPL Denpasar sedang memantau keberadaan hiu karang hitam di perairan Nusa Dua, Bali, Jumat (23/8/2019). Foto: BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Wisatawan melihat keberadaan hiu karang hitam di perairan Nusa Dua, Bali, Jumat (23/8/2019). Foto: BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Direktur Nusa Dua Reef Foundation (NDRF) Pariama Hutasoit dikonfirmasi Mongabay Indonesia menyebut rombongan hiu terakhir yang dilihatnya di kawasan Nusa Dua sekitar 7 tahun lalu. Namun dari penelusuran, sejumlah pengelola usaha pinggir pantai kawasan The Bay, lokasi kunjungan hiu-hiu ini, tiap tahun ada tapi tak sebanyak tahun ini.

“Mereka bermain saja di air dangkal pada saat pasang mulai pukul 10 pagi,” ujarnya. Ia juga menyebut tak berbahaya asal tak diganggu, karena ada peristiwa di tempat lain soal kasus “penyerangan” karena diganggu manusia.

Cara menikmati kunjungan para hiu ini dengan mengamati atau berenang dengan tetap jaga jarak. “Jangan memberi makan karena nanti agresif,” ingatnya pada pengunjung yang ingin selfie atau berpose lebih dekat.

Pada 22 Agustus 2019 telah diadakan pertemuan antara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali dengan Managing Director ITDC Nusa Dua terkait dengan peristiwa ini. Dari pertemuan tersebut disepakati untuk tidak memasang papan himbauan di sekitar pantai Nusa Dua tempat kemunculan hiu tersebut agar tidak membuat resah pengunjung.

Namun, petugas keamanan yang menjaga sepanjang pantai diminta untuk mengawasi serta menghimbau pengunjung untuk tidak berinteraksi dan berenang mendekati serta tidak mengganggu hiu-hiu tersebut.

baca juga : Hiu Ditemukan Pasca Banjir di Sentani, Apakah Hiu Langka Air Tawar?

 

Rombongan hiu karang hitam di perairan Nusa Dua, Bali, Jumat (23/8/2019). Foto: BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan hasil pemantauan dari tim respon cepat BPSPL Denpasar melalui pengamatan langsung dan menggunakan drone di lokasi depan Agendaz Beach Club, The Bay, Nusa Dua (8 48’6.5″ LS 115 14’10,1″ BT) pada 23 Agustus 2019 pada pukul 14.00 hingga pukul 15.00 WITA terlihat lebih 40 ekor hiu karang sirip hitam yang berenang mendekati bibir pantai.

Laporan petugas BPSPL juga menyatakan beberapa pengunjung turis asing beraktivitas snorkling dan berenang mendekati gerombolan hiu tersebut. Namun, hiu-hiu tersebut menghindar ketika pengunjung mendekat.

Selain itu juga terdapat beberapa pengunjung yang melempari hiu-hiu tersebut dengan batu. Pada pukul 16.00 WITA terpantau gerombolan hiu tersebut masih terlihat berenang ke tengah mendekati pecahan ombak dengan jumlah sekitar 30 ekor. Pada pemantauan pukul 17.00 WITA, gerombolan hiu sudah tidak terlihat di sekitar pecahan ombak.

BPSPL Denpasar melakukan pemantauan kemunculan hiu yang berenang mendekati bibir Pantai Nusa Dua, Bali menindaklanjuti informasi di media sosial.

Sejak 20 Agustus 2019, dilaporkan banyak ikan hiu yang menepi di bibir Pantai Nusa Dua yang membuat heboh pengunjung pantai.

menarik dibaca : Kisah Para Pemburu Hiu Pulau Ambo [1]

 

Rombongan hiu karang hitam berjumlah sekitar 40 ekor di perairan Nusa Dua, Bali, Jumat (23/8/2019). Foto: BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari nelayan setempat kejadian ini biasa terjadi tiap tahun di sekitar Pantai Nusa Dua pada bulan Juli-Agustus ketika musim ikan tongkol.

Menurut petugas keamanan The Bay, Nusa Dua, tahun lalu kejadian ini juga terjadi namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Pada tahun 2019 ini, kemunculan hiu sudah terlihat mulai dari 2 bulan yang lalu namun kemunculannya tidak setiap hari. Untuk seminggu ini sudah terlihat 3 kali mulai dari Selasa (20/8/19), Kamis (22/8/19) dan Jum’at (23/8/19).

Kemunculan hiu ini, menurut laporan BPSPL menarik banyak pengunjung. Informasi lain juga diperoleh dari staf restoran dan beach club sekitar bahwa kejadian ini telah terjadi lebih dari 5 tahun yang lalu. Namun tahun ini makin banyak dan terpublikasikan karena banyak beach club maupun restoran yang mempromosikan tempatnya dengan promosi makan siang sambil melihat hiu.

Sedangkan Peneliti pada Pusat Riset Perikanan BRSDM KP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dharmadi yang dihubungi Mongabay Indonesia, Senin (26/8/2019) mengatakan keberadaan hiu karang hitam itu dikarenakan adanya upwelling.

“Kita sudah konfirmasi bahwa itu upwelling menimbulkan nutrient, nutrient itu akan mengundang ikan kecil kelompok ikan kecil terutama ikan pelagis akan menarik kelompok hiu karang. Hiu karang ini memang habitatnya di karang,” kata Dharmadi.

Keberadaaan hiu karang hitam itu merupakan fenomena biasa dan bisa terjadi setiap tahun. “Ini fenomena biasa. Bisa terjadi setiap tahun hanya periode berbeda. Intinya ada kelimpahan pakan. Pada saat itu sedang pasang kemudian surut, terjebak surut, tapi masih banyak ikan disitu sehingga hiu masih ada disitu,” jelasnya.

 

Rombongan hiu karang hitam berjumlah sekitar 40 ekor di perairan Nusa Dua, Bali, Jumat (23/8/2019). Foto: BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Rombongan hiu karang hitam berjumlah sekitar 40 ekor di perairan Nusa Dua, Bali, Jumat (23/8/2019). Foto: BPSPL Denpasar/Mongabay Indonesia

 

Sementara Peneliti Madya Bidang Oseanografi Terapan, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Pranowo kepada Mongabay Indonesia, Senin (26/8/2019) menjelaskan upwelling merupakan pengangkatan massa air dari lapisan dalam yang kaya nutrient dan mineral ke lapisan permukaan laut karena arus laut. Pengangkatan massa air ini kaya akan nutrien dan mineral.

Upwelling di perairan Nusa Dua terjadi karena adanya angin dingin dan kering dari atas benua Australia bergerak ke arah Barat laut. Angin ini sering disebut sebagai Angin Tenggara.

Angin Tenggara ini ketika bertemu dengan daratan Pulau Jawa hingga Lombok, NTB, arahnya dibelokkan oleh gaya Coriolis ke selatan menjauhi pesisir.

“Lapisan permukaan air pun terseret menjauhi pesisir, kemudian sejumlah massa air dari lapisan yang lebih dalam naik mengisi kekosongan lapisan permukaan tersebut. Fenomena tersebut yang diberi nama sebagai Upwelling,” jelas Widodo.

 

Suhu perairan Suhu perairan Bali pada 20 Agustus 2019. Sumber : Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan, KKP

 

Suhu perairan Bali pada 21 Agustus 2019. Sumber : Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan, KKP

 

Suhu perairan Bali pada 22 Agustus 2019. Sumber : Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan, KKP

Intensitas kekuatan upwelling berikut lama periode (durasi) terjadinya upwelling bervariasi, tergantung dari apakah ada pengaruh interaksi laut-atmosferik antar tahunan yang seperti El Nino, La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD).

“Pada tahun 2019 ini terjadi El Nino bersamaan dengan Angin Monsun Tenggara yang dingin dan kering, sehingga mengakibatkan kekeringan di daratan Pulau Jawa dan sekitarnya,” katanya.

Namun sebaliknya, membawa keberkahan di laut, dimana intensitas upwelling semakin meningkat. Upwelling ini membawa nutrien yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang.

“Selanjutnya zooplankton turut melimpah. Proses rantai makanan selanjutnya diteruskan dengan kemunculan ikan-ikan mikronekton yang disukai oleh ikn pelagis kecil dan mamalia laut lainnya pemakan ikan-ikan kecil tersebut,” jelas Widodo.

Angin tenggara yang kering dan dingin ini, katanya, kemudian dimanfaatkan pula oleh masyarakat pesisir di Madura dan sekitarnya untuk memproduksi garam.

Sehingga biasanya Mei digunakan sebagai masa persiapan lahan tambak garam, Juni hingga Oktober untuk masa produksi garam.

Dia menjelaskan mengenai grafik suhu perairan. Menarik dicermati karena terdapat dua pertemuan air bersuhu dingin dan panas di sekitaran perairan Nusa Dua Bali.

Air dingin (23-24 derajat celsius) dari upwelling muncul di selatan selat bali dan selatan Pulau Bali, hingga masuk sedikit ke Selat Bali. Suhu laut yang tidak terlalu dingin namun tidak hangat pula (26-27 derajat celsius) keluar dari Selat Lombok menuju ke selatan keluar ke Samudera Hindia Timur, suhu ini kemungkinan berasal dari Laut Bali dan Selat Makassar.

Terlihat di sekitaran perairan Nusa Dua terjadi pertemuan kedua massa air bersuhu tersebut, biasanya di daerah pertemuan tersebut terdapat banyak plankton dan mikronekton, sehingga mungkin itu yang menjadi atraktif bagi hiu.

 

Suhu perairan Bali pada 22 Agustus 2019 dan keberadaan hiu karang hitam (tanda x). Sumber : Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan, KKP

Dari grafik diatas, Widodo menjelaskan tanda X menunjukkan penampakan ikan hiu karang hitam  yang pernah tercatat,. Terlihat bahwa perairan Nusa Dua memang dulunya pernah pula dikunjungi hiu,

Pada perairan  Selat lombok tercatat 3 lokasi penampakan hiu karang hitam. Di Selat Lombok ada di sekitaran timur Nusa Penida, di perairan timur laut Pulau Bali, dan perairan di barat laut Pulau Lombok.

 

Exit mobile version