Mongabay.co.id

Travel Foto: Mengintip Upacara Rambu Solo’, Ritual Pemakaman orang Toraja [bagian-2]

Artikel sebelumnya: Mengintip Upacara Rambu Solo’, Ritual Pemakaman Orang Toraja [bagian-1]

 

Darah membanjiri pekarangan kompleks Tongkonan Ratte Pa’tondon. Pada pukul 11 siang, sepuluh ekor kerbau sudah tergeletak di tanah. Dalam adat Toraja pemotongan kerbau (tedong) adalah salah satu hal yang identik dengan upacara Rambu Solo’.

Kerbau bagi orang Toraja merupakan bekal perjalanan bagi orang mati. Semakin banyak kerbau yang dipotong, maka semakin tinggi derajat dan prestise keluarga.

Untuk sebuah upacara, keluarga harus menyediakan sedikitnya 24 ekor kerbau, agar jenazah dapat dibuatkan patung tau-tau. Karena harga kerbau yang mahal, -terutama lagi tedong bonga-, sebuah acara Rambu Solo’ dapat memakan biaya milyaran rupiah.

Secara tradisi, kerbau dipotong dengan sekali sayatan parang ke leher, lalu dibiarkan berdarah sampai mati. Setelah itu, barulah kerbau dikuliti dan dipotong-potong untuk dimasak dan dibagikan pada para anggota keluarga besar. Tanduk kerbau diambil dan dibersihkan untuk nantinya bakal dipajang di tiang rumah tongkonan utama.

Di saat yang sama, berlangsung upacara penyambutan tamu. Kaum keluarga besar yang berasal dari kampung-kampung lain berdatangan, semuanya mengenakan pakaian hitam.

 

Penari ma’randina memimpin barisan tamu. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Barisan keluarga besar hendak menyambut para tamu. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Babi-babi yang dibawa oleh para tamu. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Begitu tiba, tamu disambut dengan ma’randina, atau tarian penyambutan tamu. Para tetamu membentuk sebuah barisan yang disebut dengan ma’sambanganongan. Para penari dan pemain musik memimpin jalan barisan menuju tongkonan tamu.

Di sana, para tamu memberi penghormatan pada patung tau-tau perlambang jenazah. Setelah semua tamu duduk, dilangsungkanlah ma’pairu, yaitu anggota keluarga besar jenazah menjamu para tamu dengan minuman dan makanan kecil.

Para tamu tidak datang dengan tangan kosong. Setiap keluarga membawa ‘tanda belas kasih” sebagai tanda empati yang langsung diterima oleh tuan rumah. Hal itu bisa berupa apapun, mulai dari hewan ternak hingga sembako, namun yang paling umum adalah babi.

Tanda kasih lalu dicatat oleh pihak keluarga Somba yang menyelenggarakan acara. Bila keluarga tamu itu di kemudian hari akan melaksanakan upacara, keluarga Somba akan  membawa persembahan dengan jumlah yang sama, -bahkan kalau bisa lebih-sebagai bentuk balas budi.

 

Tanduk-tanduk kerbau yang sudah dipotong menjadi hiasan rumah adat. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Tanduk kerbau dari kerbau yang baru dipotong pada saat upacara adat. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Kegiatan ini berlangsung selama beberapa hari, hingga tamu sudah selesai berdatangan. Rangkaian upacara dilanjutkan dengan ibadah di gereja, dimana mayoritas masyarakat Toraja menganut agama Kristen.

Pada hari terakhir, peti berisi jenazah dimasukkan ke dalam rumah makam yang ditandai oleh beberapa menhir yang ditegakkan di depannya. Patung tau-tau diletakkan di depan rumah, perlambang sunyi dari almarhum yang dimakamkan di dalamnya.

Dengan dimakamkannya jenazah, berakhirlah rangkaian upacara Rambu Solo’, ritual pemakaman Toraja yang unik dan memukau.

 

Para pemusik yang mengiringi acara ritual adat. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Seorang anak anggota keluarga menyaksikan pemotongan kerbau. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Agavia Kori, penikmat jalan-jalan, fotografi dan pengamat budaya Indonesia.

 

 

Exit mobile version