Mongabay.co.id

Paus Sperma Kerdil ini Mati dalam Penyelamatan

 

Seekor paus sperma kerdil jantan (dwarf sperm whale) terdampar di perairan Serangan, Denpasar, Bali pada Senin (2/09/2019). Tim penyelamat sepuluh kali mendorongnya ke perairan lebih dalam.

Made Kanta dari Turtle Conservation and Education Center di Serangan mengaku mendapat laporan dari petugas keamanan PT. BTID –perusahaan yang menguasai area reklamasi Serangan pada tahun 1990-an– pada Senin pagi. Si paus sperma kerdil ini berenang pelan di pinggir pantai berpasir putih.

Pihaknya bersama petugas keamanan berusaha mendorong si pygmy yang sudah terlihat berdarah dengan sejumlah luka di badannya. Setelah itu tim dibantu lebih banyak orang dari BKSDA, BPSPL Denpasar, Polair, dan lainnya.

“Sudah bisa berenang 20-100 meter sampai kita tak bisa kejar lagi, tapi menepi lagi,” urai Kanta. Tim penyelamat berkoordinasi dengan dokter hewan, dan bersepakat mengevakuasi untuk perawatan lebih baik, dan perilakunya yang terus menepi.

baca : Mengerikan.. Dari Tas Belanja Hingga Karung Beras Di Temukan di Perut Paus ini

 

Relawan berusaha menyelamatkan seekor paus sperma kerdil yang terdampar di perairan di perairan Serangan, Denpasar, Bali pada Senin (2/09/2019). Foto : BKSDA Bali/Mongabay Indonesia

 

Sekitar pukul 13.00 Wita akhirnya diputuskan satwa dievakuasi ke PT. Taman Benoa Eksotik (Bali Ekosotik Marine Park) salah satu taman satwa di Denpasar. Evakuasi dimaksudkan untuk dilakukan perawatan dan rehabilitasi, dengan pertimbangan Bali Ekosotik Marine Park memiliki fasilitas kolam karantina dan tenaga teknis dan medis yang memiliki pengalaman dalam hal penanganan mamalia laut.

Paus sperma kerdil dengan panjang hampir 3 meter dan lingkar perut 1,37 meter ini ternyata menghembuskan energi terakhirnya sepuluh menit sebelum tiba di lokasi evakuasi. Hanya beberapa menit setelah diangkat dari pantai. “Terlihat luka lama dan baru di badannya. Kemungkinan digigit satwa laut lain,” lanjut Kanta.

Nekropsi, pemeriksaan organ luar dan dalam dilakukan di fasilitas klinik Bali Eksotik Marine Park, untuk mengetahui penyebab kematiannya. Dari laporan BPSPL Denpasar dan BKSDA Bali menyebutkan dari hasil nekropsi, diagnosa awal menyatakan paus sperma kerdil mengalami infeksi parasit kronis di antaranya gangguan pencernaan parah. Namun untuk memastikan penyebab kematian perlu dilakukan uji laboratorium lebih lanjut.

baca juga : Seekor Paus Pilot Luka Terdampar di Denpasar

 

Relawan berusaha menyelamatkan seekor paus sperma kerdil yang terdampar di perairan di perairan Serangan, Denpasar, Bali pada Senin (2/09/2019). Foto : BKSDA Bali/Mongabay Indonesia

 

Jaya Ratha, dokter hewan yang terlibat dalam nekropsi mengatakan hasil itu baru dugaan dari perubahan patologi anatominya. Setelah kematian, pemeriksaan meliputi luka-luka, kondisi tubuh, dan bedah bangkai. “Ada luka tapi lebih banyak di permukaan, luka segar karena gesekan dengan karang bekas reklamasi karena terdampar di perairan dangkal,” katanya.

Dari nekropsi diketahui ada kelainan hati, paru, dan paling kelihatan di saluran pencernaan. Saat di kerongkongan ada cacing, tim nekropsi membuka lebih dalam di lambung juga banyak cacingnya. “Buka sampai usus, perutnya kosong hanya cairan feses di bagian pangkal usus. Mengalami infeksi kronis pencernaan sampai lambung sampai usus, menyebabkan lemah dan komplikasi,” jelas Jaya. Ini yang menyebabkan dwarf sperm ini sakit dan terpisah dari kelompoknya.

Paus Kogia ada dua spesies, yakni pygmy dan dwarf sperm whales. Para dokter hewan juga minta bantuan ahli mamalia laut lain untuk bantu identifikasi. Secara alami, Jaya menjelaskan, cacing ini ada di semua mahluk. Cacing ini bisa bersifat patogen atau penyakit tergantung kekebalan hewan dan perkembangan lainnya.

Seingat Kanta, baru kali ini di pesisir Serangan ada paus sperma kerdil terdampar. Namun beberapa tahun ini kasus terdamparnya paus sperma kerdil kerap terjadi di Bali. Hampir semua kasus berakhir dengan kematian.

menarik dibaca : Ada Potongan Plastik dan Cacing di Paus Sperma Kerdil Ini

 

Bangkai paus sperma kerdil yang terdampar di perairan di perairan Serangan, Denpasar, Bali pada Senin (2/09/2019). Hasil Nekropsi menunjukkan paus sperma ini mengalami infeksi kronis pencernaan dari kerongkongan, lambung, sampai usus. Foto : BKSDA Bali/Mongabay Indonesia

 

Kasus Terdampar

Dari catatan Mongabay Indonesia, sedikitnya ada 4 kasus terdampar yang dilaporkan dalam 5 tahun terakhir. Dari tiga kasus terakhir yang dinekropsi, semuanya menemukan parasit cacing.

Kasus terakhir seekor paus berjenis sperma kerdil (dwarf sperm whale) akhirnya mati setelah berupaya diselamatkan warga pada Senin (11/3/2019) di Pantai Rangkan, Gianyar. Paus berjenis jantan, dengan panjang badannya sekitar 2,2 meter, lingkar perut 1,54 cm, dan berat sekitar 200 kg itu dinekropsi di Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar.

 Hasil nekropsi menunjukkan ada parasit cacing nematode, terjadi pembesaran usus besar, dan ada potongan plastik di ususnya, tercampur dengan makanannya seperti udang. Potongan plastik yang ditemukan seperti kresek warna merah. Hanya sepotong, dinilai tak signifikan sebagai penyebab kematian. Secara umum kemungkinan paus mati karena mengidap penyakit.

I Wayan Yustisia Semarariana, dokter hewan relawan TCEC dan Flying Vet, sebuah organisasi yang fokus pada penanganan mamalia terdampar saat itu melakukan nekropsi bersama relawan-relawan lain. Jenis paus sperma ini antara dwarf sperm whale atau pygmy sperm whale. Nekropsi bertujuan mencari tahu penyebab kematiannya. Dari patologi anatominya ada 2 hal diteliti, yang terlihat mata dan tidak.

“Tak ada tulang patah, semua organ bisa identifikasi, paru, jantung, limfa, usus, dan lainnya, jantan dari testis dan kandung kemih,” urainya saat itu. Tak ada penebalan atau indikasi peradangan. Ada sejumlah luka gigitan cookie cutter shark. Gigitan hiu menurutnya bukan penyebab kematian mayoritas karena banyak mamalia survive dengan gigitan dan sembuh. Potongan plastik yang ditemukan seperti kresek warna merah. Hanya sepotong, dinilai tak signifikan sebagai penyebab kematian.

Infeksi ususnya bisa karena bakteri atau virus. Juga kemunginan masalah mega kolon, pembesaran usus. Segala hal yang mengganggu usus, bisa menyebabkan mega kolon seperti benda asing yang pernah masuk dan keluar, menyebabkan membesar. Bisa parasit, peradangan, tak terkompensasi akhirnya membesar. Bisa juga genetik. Kalau hewan mamalia bisa dilakukan operasi dan sembuh.

perlu dibaca : Belajar dari Pearlie, Paus Sperma Kerdil Betina yang Mati Terluka

 

Dio, dokter hewan sedang memimpin identifikasi dan nekropsi untuk mencatat detail ukuran dan menganalisis penyebab kematian paus sperma kerdil yang terdampar dan mati di perairan Pantai Matahari Terbit, Sanur pada Senin (23/01/2017). Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Yustisia juga mengingat, tahun 2019 di pantai daerah Kedonganan, Badung juga ada laporan warga di medsos temuan paus sperma kerdil yang terluka tapi didorong ke laut dan tak ada kabarnya lagi.

Sementara itu pada 23 Januari 2017 juga ditemukan paus sperma kerdil dan dievakuasi dari pantai Matahari Terbit, Sanur, Denpasar, setelah tak berhasil dikembalikan ke laut oleh sejumlah penjaga pantai. Tubuhnya penuh luka dan goretan. Beberapa luka dalam seperti gigitan hiu.

Menurut data Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, paus ini masuk famili Kogidae, spesies Kogia Sima. Pada tahun 2015, paus jenis ini pernah terdampar sebanyak 3 ekor di perairan dangkal sekitar jalan tol Tanjung Benoa.

Data whalestradingindonesia.com mencatat kogia sima pernah dilaporkan terdampar di Bali pada 2013, 2015, 2017, dan 2019.

 

Exit mobile version