Mongabay.co.id

Seekor Paus Bungkuk Ditemukan Membusuk di Maluku, Bangkainya Dibakar

 

Seekor paus raksasa kembali terdampar di Maluku. Mamalia laut itu diidentifikasi sebagai Paus Bungkuk (Megaptera novaeangliae).

Saat ditemukan warga pesisir pantai Desa Liliboi, paus dengan panjang 8 meter ini sudah mengeluarkan bau busuk. Diduga paus sudah mati sekitar seminggu sebelumnya.

Informasi dihimpun Mongabay, mamalia laut ini terdampar pada Jumat (30/8/19), sekitar pukul 12.30 WIT di pesisir pantai Desa Lilibooi, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

baca : Paus Mati Terdampar di Maluku, Perut Isi Sampah Plastik

 

Warga dan anak-anak di Desa Lilibooi mengerumuni bangkai paus bungkuk yang terdampar di pesisir pantai pantai Desa Lilibooi, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (30/8/19). Foto : Loka PSPL Sorong Satker Ambon

 

Penemuan bangkai paus terdampar ini sempat heboh dan meresahkan warga sekitar, karena tubuhnya sudah mengeluarkan bau busuk dan menyebar hingga ke rumah-rumah warga. Meski begitu sebagian masyarakat tetap menyempatkan diri untuk mengabadikan bangkai paus terdampar itu.

Franklin Liethenu, Staf Stasiun PSDKP (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan) Ambon saat dikonfirmasi Mongabay mengaku, bangkai paus ditemukan terdampar sejak pukul 12.30, namun petugas baru ke lokasi sekira pukul 13.02 untuk melakukan identifikasi.

“Ada warga yang menemukan paus itu. Setelah mendapat informasi baru petugas menuju lokasi untuk melihat dan menanganinya,” katanya.

Dia bilang, setelah warga menemukan bangkainya kemudian mereka melapor ke Kepala Desa Lilibooi. Kades setempat lalu meminta bantuan pihak berwenang ihwal paus terdampar.

Sementara proses evakuasi yang dilakukan berlangsung sulit karena kondisi air pasang, sehingga harus menunggu waktu tepat untuk dievakuasi.

“Waktu ke lokasi, terjadi ombak besar. Letak pantai sekitar juga berbatu sehingga sulit sekali untuk kita evakuasi. Selain itu, bangkainya sudah busuk jadi tidak bisa ditarik karena takut meledak,” ungkapnya.

baca juga : Makhluk Misterius di Perairan Saparua Itu Ternyata Paus, Tapi ……

 

Proses identifikasi dan pengukuran morfometri bangkai paus bungkuk oleh tim dari Loka PSPL Sorong Satker Ambon dan sejumlah instansi terkait, di pesisir pantai Desa Lilibooi, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (30/8/19). Foto : Loka PSPL Sorong Satker Ambon

 

Santoso Budi, Kepala Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (PSPL) Sorong mengatakan, paus mati ini menimbulkan keramaian warga untuk datang melihat sekaligus mengambil foto.

“Namun timbul keresahan warga akibat bau busuk, yang masuk hingga ke perkampungan,” katanya melalui rilis yang dikirim ke Mongabay, Selasa (3/9/19).

Dia mengatakan informasi awal paus terdampar itu dari James Abraham, dosen di Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon. PSPL kemudian melakukan berbagai langkah termasuk mengimbau warga agar tidak datang ke lokasi paus terdampar.

Sebelumnya, katanya, pemerintah desa setempat sudah berkoordinasi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon.

“Hasil koordinasi kemudian dibentuk tim, terdiri atas perangkat Desa Lilibooi, DKP Provinsi Maluku Gugus Pulau VII, BKSDA Maluku, BKIPM Ambon, BKIPM Maluku. Kemudian Stasiun PSDKP Ambon, Loka PSPL Sorong Satker Ambon, Polairud Polda Maluku, WWF Indonesia, First Responder Maluku, dan Bhabinkamtibmas Lilibooi,” katanya.

menarik dibaca : Satwa Laut Raksasa Ini Mati Terdampar di Pantai Maluku

 

Kondisi paus bungkuk yang terdampar di pesisir Pantai Desa Lilibooi, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah. Foto: Loka PSPL Sorong Satker Ambon.

 

Untuk meminimalisir potensi buruk terjadi pada masyarakat sekitar, tim terpadu tersebut kemudian memutuskan membakar bangkai paus dengan tiga truk kayu hasil swadaya masyarakat, minyak tanah 50 liter, premium 15 liter, kemudian ban bekas sebanyak 270 buah.

Namun pembakaran tidak maksimal karena terkendala oleh bahan bakar. “Tim kemudian sepakat untuk melanjutkan pembakaran pada Sabtu 31 Agustus 2019, pukul 12.00 WIT,” katanya.

Pantauan Loka PSPL Sorong Satker Ambon, bangkai paus masih tersisa, namun aromanya tidak lagi tercium. Masyarakat juga sudah melakukan aktivitas seperti biasa.

Sedangkan hasil pengukuran morfometri bangkai paus, didapatkan panjang tubuh 8,2 meter, dan lingkar tubuh 5 meter.

baca juga : Paus Membusuk di Lumajang, Kerangka Bakal jadi Koleksi Museum Zoologi

 

Kondisi paus bungkuk yang terdampar di pesisir Pantai Desa Lilibooi, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah. Foto: Loka PSPL Sorong Satker Ambon.

 

Penyebab Terdampar

Bukan pertama kali paus maupun mamalia laut lain terdampar di Maluku. Sebelumnya, beberapa kali terjadi paus terdampar, seperti di Kabupaten Buru, Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah dan beberapanya lagi. Hingga kini belum diketahui pasti penyebab paus terdampar di Maluku.

James Abraham, peneliti dari Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon menduga ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab paus terdampar di Maluku.

“Kami menduga ada beberapa faktor penyebab, tapi kami belum bisa justifikasi sebagai pendekatan ilmiah. Karena paus sifatnya seperti manusia, sehingga mungkin saja ada keterkaitan dengan gangguan bawah laut dari aspek bunyi,” katanya kepada Mongabay Indonesia, Jumat (6/9/2019).

Dugaannya lainnya karena paus sudah tua, sehingga tidak bisa lagi melakukan perjalanan jauh dan kemudian terdampar ke wilayah terdangkal. “Tenaganya tidak kuat lagi makanya paus mencari tempat di daerah pesisir pantai,” katanya.

Faktor lainnya adalah pakan berupa ikan-ikan kecil mulai habis, atau adanya bebunyian seperti gempa atau gerakan bawah laut sehingga menyebabkan paus tidak punya keseimbangan.

“Saya kira faktor-faktor ini yang menjadi penyebab paus terdampar ke permuakaan air. Soal bunyi ini bisa jadi karena aktivitas kapal selam. Ini hanya dugaan saja,” katanya.

Dia mengatakan, laut Kepulauan Aru, Banda dan Seram merupakan tempat atau rute nasional yang banyak disinggahi oleh pegiat laut, termasuk wisatawan dari berbagai manca negara. Sehingga tidak menutup kemungkinan ada aktivitas yang bisa mengganggu habitat di laut.

Dia menambahkan, terhitung dari September, November hingga Desember menjadi waktu tepat, dimana paus akan bermigrasi.

“Ini waktunya untuk bermigrasi. Mungkin kita bisa lakukan penelitian agar, dapat mengetahui pasti mengapa mamalia laut sering terdampar di perairan Maluku,” ujarnya.

 

Exit mobile version