Mongabay.co.id

Danau Kelimutu Bakal Ditata, Apa Perubahannya?

 

Pernahkah mendengar danau yang airnya berwarna tiga? 

Itulah Danau Kelimutu di Pulau Flores, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ada tiga bagian danau yaitu Tiwu Ata Mbupu (luas 4,5 hektar) yang berwarna biru, Ata Polo (4 hektar) yang berwarna merah darah, dan Nuamari Ko’ofai (5,5 hektar) yang berwarna hijau.

Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten Ende berencana menata destinasi wisata Danau Kelimutu yang masuk dalam kawasan Taman Nasional (TN) Kelimutu itu.

Wakil Bupati Ende, Djafar Achmad mengatakan pembenahan dilakukan untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Pembenahan itu seperti penggantian jalan dari semen menjadi batu alam agar alamiah. Juga akan dibuat wisata berkuda di Desa Woloara Barat mengelilingi kawasan TN Kelimutu.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mendukung penggantian jalan menjadi batu alam. Bahkan ke depan, dia minta kendaraan dilarang masuk kawasan, hanya sampai pintu gerbang setelah membayar tiket masuk.

“Semua pengunjung nanti akan diantar menggunakan mobil listrik ke lokasi penjualan kuliner saat ini. Dari situ baru berjalan kaki menuju lokasi danau. Ini untuk mengurangi terjadi polusi udara di areal sekitar danau Kelimutu,” tuturnya saat bersama Djafar Ahmad mengikuti ritual tahunan Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata di kawasan Danau Kelimutu pada pertengahan Agustus 2019.

baca :  Ini Pesan Leluhur untuk Keselamatan dan Kelestarian Danau Kelimutu

 

Seorang wisatawan memandang kawah danau Tiwu Koo Fai Nuwa Muri dan Tiwu Ata Polo di kawasan Taman Nasional Kelimutu saat pagi dan masih tertutup awan di beberapa bagiannya. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Viktor juga menyentil banyaknya sampah plastik berserakan. Dia minta Kepala TN Kelimutu agar melarang membawa botol minuman plastik, merokok dan membuang bungkus permen sembarangan. Pengunjung hanya boleh membawa botol minuman isi ulang dan pengelola akan menyiapkan air minum.

Gubernur juga meminta areal dalam danau dan tugu puncak kawasan bersih dari penjual souvenir, minuman dan makanan.

“Nanti akan dipasang CCTV agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan sehingga alamnya terjaga dengan baik. Kalau ada yang membuang akan dikenai denda besar,” tegasnya.

 Kepala TN Kelimutu Persada Agussetia Sitepu menjelaskan, jumlah pengunjung TNK tahun  2018 sebanyak 87.498 orang. Wisatawan nusantara 67.789 orang dan mancanegara sebanyak 19.709 orang. Total pendapatan Rp.3,8 miliar.

Jumlah ini menurun dibanding 2017 sebanyak 91.219 orang, yang terdiri 73.417 wisatawan nusantara dan 17.802 wisatawan mancanegara. Total pendapatan Rp.3,5 miliar.

“Untuk tahun 2018, wisatawan lokal turun 7 persen tapi mancanegara naik 10 persen. Total pendapatan tiket naik menjadi Rp3,8 miliar dari sebelumnya Rp3,5 miliar. Kita targetkan wisatawan mancanegera meningkat,” ungkapnya.

baca juga : Eloknya Puncak Kelimutu, Danau Kawah yang Terus Berubah Warna

 

Para wisatawan sedang menunggu cuaca cerah guna mengabadikan keindahan danau Kelimutu Tiwu Koo Fai Nuwa Muri dan Tiwu Ata Polo di kawasan TN Kelimutu. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Penelitian dan Konservasi

Gubernur NTT juga meminta agar TN Kelimutu dikembangkan menjadi wilayah penelitian. Dan agar seluruh tanaman endemik diteliti dan diperbanyak. “Saya minta (kawasan danau) ditanami dengan pohon-pohon lagi agar kawasan ini lebih hijau. Harus menggabungkan antara budaya dan alamnya secara baik,” pesannya.

Sedangkan Wakil Ketua DPRD Ende, Erik Rede meminta agar TN Kelimutu berfungsi sebagai konservasi dan penelitian, untuk menjadikannya sebagai ikon destinasi wisata Kabupaten Ende.

Destinasi wisata TNK pesan Erik harus berdampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat. Dewan mendukung pemerintah dengan memberikan persetujuan alokasi anggaran di bidang pariwisata.

Agus menyebutkan, apa yang telah dilakukan TN Kelimutu sudah merupakan konservasi. Soal penelitian, kalau dari Flora dan fauna keunikannya tidak terlalu luar biasa tetapi budayanya. Misalnya perubahan warna danau terkait dengan budayanya.

“Kita sekarang sedang dalam proses pengerjaan dan ke depan pedagang tidak ada lagi di bagian atas danau Kelimutu. Orang yang akan membawa makanan dan minuman pun dicek,’ jelasnya.

Pihak TNK kata Agus, akan siapkan tempat minum di kawasan TNK dan tumbler. Pengunjung masuk ke dalam Kelimutu sebut dia, merupakan bagian dari ekosistim.

menarik dibaca : Air Terjun Murugolo dan Air Panas Toba, Potensi Wisata Kelimutu yang Menunggu Digarap

 

Jalan menuju tugu di puncak kawasan Danau Kelimutu yang berupa tangga dari campuran semen dan batu alam yang dipasangi pagar pebatas yang juga berfungsi sebagai pegangan saat berjalan. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Keterlibatan Masyarakat

Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nusa Bunga yang meliputi pulau Flores dan Lembata, Philipus Kami mengatakan keterampilan dan kearifan lokal masyarakat adat juga bisa ‘dijual’ sebagai aset wisata.

Nama besar TN Kelimutu bisa memicu ekonomi masyarakat adat di sekitar kawasan. “Kita terus dorong kerjasama antara TNK dan komunitas masyarakat adat sekitar Kelimutu. Ini dilakukan agar hutan di kawasan TNK tetap lestari dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan juga ikut tumbuh,” ungkapnya.

Pihak TNK, kata Agus, memang terus berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan dengan menambah obyek wisata baru. “Role model kita menambah jumlah pengunjung dan diversifikasi obyek wisata terpadu dengan budaya. Dengan begitu bisa menambah daya tampung dan mengangkat budaya masyarakat adat sebagai subyeknya,” tuturnya sekaligus mencontohkan ritual Pati Ka dan tempat mendengarkan suara burung Garugiwa.

Juga termasuk di luar kawasan baik alam,situs budaya, situs sejarah. Ada pasar lama di sekitar danau Kelimutu yang dijadikan monumen. Dulu dalam sejarahnya di dekat danau masyarakat beberapa kampung di sekitarnya melakukan transaksi barter di tempat itu.

“Desa-desa penyangga juga akan kita kembangkan untuk berkompeten namun aksesnya memang perlu diperbaiki pemerintah. Branding yang dijual, harmonisasi alam dan budayanya sehingga selain melihat wisata alam juga wisata budaya, manusianya,” jelas Agus.

perlu dibaca : Mencari Solusi Kelola Lahan Masyarakat Sekitar TN Kelimutu

 

Areal pelataran parkir di kawasan TN Kelimutu yang merupakan titik terakhir kendaraan pengunjung boleh melintas di dalam kawasan danau Kelimutu. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Ketua Forum Komunitas Adat Kelimutu Yohanes Don Bosco Watu mengaku kerjasama dan komunikasi masyarakat adat dan TNK telah terjalin baik. Masyarakat juga telah diberdayakan.

“Dengan adanya pemberdayaan yang diberikan kepada masyarakat adat ini salah satu cara bergandengan tangan dengan masyarakat adat. Melestarikan hutan dan budaya selalu didukung TNK,” tambahnya.

 

Exit mobile version