Mongabay.co.id

Efektifkan Produksi, Petani Lamongan Gunakan Mesin Panen Padi

 

Pada umumnya, petani padi diidentikkan dengan pertanian tradisional. Tetapi di beberapa tempat, petani padi mulai menggunakan teknologi modern. Salah satunya di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Di Kabupaten yang memiliki moto ‘Memayu Raharjaning Praja’ ini sebagian petani sudah menggunakan mesin untuk memanen padi. Selain karena memiliki lahan datar yang luas, mesin pemanen digunakan untuk mengefisienkan waktu panen dibandingkan dengan tenaga kerja manusia atau pemanenan tradisional.

Kasuri, salah satu buruh panen padi yang menggunakan mesin, mengatakan petani dikenai sewa mesin sebesar Rp350 ribu per 100 meter persegi. Harga bisa berkurang jika padi yang dia panen tersebut mengalami kendala busuk terserang hama, hingga mempengaruhi penurunan hasil panen.

“Ketika kondisi padi rebah juga berpengaruh ke proses pemanenan, lebih sulit. Jangkauan mesin juga kurang maksimal,” kata pria kelahiran 1983 itu, pada Rabu (28/08/2019).

Para petani setempat, lanjutnya, sudah tujuh tahun ini memakai jasa panen dengan menggunakan mesin modern. Atau dikenal juga dengan Combine Harverster.

baca :  Padi Ratun R5, Sekali Tanam Lima Kali Panen

 

Buruh panen padi saat memanen dengan menggunakan mesin combine harvest di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Buruh angkut panen padi saat menunggu gabah hasil panen yang dipanen dengan menggunakan mesin combine harvest di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Peluang Usaha Jasa Alsintan  

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy, dilansir dari Tribunnews.com, menjelaskan, kemajuan teknologi di sektor pertanian, selain peningkatan produksi, juga memberikan peluang kerja dan usaha baru.

Salah satu contohnya adalah pemanfaatan teknologi alat mesin pertanian (alsintan) yang membuka peluang usaha penyewaan.

Mekanisasi pertanian tujuannya memang tidak hanya untuk peningkatan produksi, tetapi juga membuka peluang usaha atau kerja baru. Peluang ini muncul di tengah pemerintah terus menggenjot perluasan lahan pertanian. Dia melanjutkan, akan halnya alsintan yang bisa dimanfaatkan antara lain yaitu combine harvester (alat panen padi), traktor roda 2 (hand tractor), traktor roda 4, alat tanam padi (rice transplanter), dan macam-macam alsintan lainnya.

“Perluasan dan optimasi lahan pertanian di Indonesia mencapai 1,16 juta hektare (naik 358 persen dibanding tahun 2013). 34,8 juta hektare di antaranya lahan rawa. Ini jelas akan memberikan peluang usaha jasa alsintan bila lahan tersebut menjadi lahan produktif,” ujarnya.

baca juga : Seren Taun: Tradisi Syukur Panen Padi Ciptagelar yang Eksis Sejak 644 tahun yang lalu (bagian-1)

 

Petani beristirahat usai menggunakan mesin combine harvest saat panen padi di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Teknologi pertanian telah berperan untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas usaha tani komoditas pangan, khususnya dalam kegiatan pemanenan padi. Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Dia menyatakan, saat ini tenaga kerja pertanian kian terbatas, ditambah kurang minatnya generasi muda zaman now untuk terjun ke bidang pertanian. Pertanian makin kehilangan tenaga olah tanah, tenaga tanam, tenaga perawatan dan tenaga panen.

Di wilayah Jatim, seperti di Lamongan, Bojonegoro, dan Tuban, jasa alsintan telah menjadi kebutuhan masyarakat tani. Meskipun masyarakat ada yang mulai bekerja sebagai pemberi usaha jasa alat dan mesin pertanian (UPJA) ini, namun luas lahan yang perlu ditangani alsintan masih sangat luas.

Sedangkan Bupati Lamongan, Fadeli dikutip dari Kompas.com, menjelaskan, 60 persen dari 1.812 kilometer persegi luas lahan di Lamongan adalah sawah dan tambak. Sepanjang 2016, jumlah panen padi di Lamongan mencapai 1,053 juta ton. Angka ini naik 6,92 persen ketimbang pencapaian pada 2015.

Pada musim tanam (MT) 2017, pemerintah Kabupaten Lamongan, mematok target luas tanaman padi 160.633 hektare. Sampai dengan Maret 2017, luas tanaman padi yang sudah terealisasi sebesar 77.285 hektare.

menarik dibaca :  Nyobeng, Ritual Minta Restu Langit Sebelum Tanam Padi

 

Dua buruh angkut panen padi membawa gabah usai di panen dengan menggunakan mesin combine harvest di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Penggunaan Combine harvester

Allan Septiawan, dari Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui penelitiannya tentang Analisis Ekonomi Penggunaan Mesin Pemanenan Padi Combine Harvester di Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, menjelaskan, permasalahan yang timbul dalam penggunaan mesin combine harvester dirasakan oleh pengelola jasa, maupun petani padi sebagai konsumen.

Bagi pengelola jasa penyewaan combine harvester masalah penentu harga sewa hanya didasarkan pada perkiraan kelayakan saja tanpa analisis yang baik. Biaya operasional yang dikeluarkan sering tidak dilakukan dengan baik oleh pengelola jasa combine harvester, dan petani tidak memahami tentang ketentuan harga sewa yang diterapkan.

Dalam penelitian itu dijelaskan, terjadinya kerusakan lahan setelah dioperasikan combine harvester dengan terbentuknya guludan tanah akibat amblasnya tanah roda combine harvester kedalam tanah mengakibatkan sulitnya petani saat mengolah tanah, sehingga petani harus memgeluarkan biaya lagi untuk hal itu dengan menyewa traktor untuk mengolah tanah.

Sedangkan bagi petani permasalahan juga dihadapi adalah ketidak pahaman dengan ketentuan harga sewa yang diterapkan, disamping itu terjadinya kerusakan lahan setelah dioperasikannya combine harvester yang berupa terbentuknya guludan tanah akibat amblasnya roda belt combine.

 

Buruh angkut panen padi membawa gabah usai di panen dengan menggunakan mesin combine harvest di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version