Mongabay.co.id

Kabut Asap Karhutla Itu Selimuti Seluruh Aceh

 

 

Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan [karhutla] di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Sumatera keseluruhan, telah menyebar hingga Aceh. Asap kiriman itu, tidak hanya berdampak pada jarak pandang, tapi juga menggangu aktivitas masyarakat.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun I Sultan Iskandar Muda, Zakaria, Senin [23/9/2019] menjelaskan, beberapa hari lalu, kabut asap hanya menutupi Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Bireuen, Kota Langsa, dan Kota Lhokseumawe.

“Tapi hari ini, semua daerah di Aceh diselimuti kabut asap,” jelasnya.

Zakaria mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan serta menggunakan masker saat berpergian. Perbanyak minum air putih dan konsumsi buah-buahan.

“Kita tidak tahu, sampai kapan kabut asap menutupi Aceh, karena saat ini angin dari provinsi yang terjadi kebakaran hutan dan lahan, mengarah ke Aceh,” ujarnya.

Jarak pandang juga terbatas, antara 800 meter hingga 4 kilometer. Tergantung daerah dan ketebalan kabut asapnya. Bahkan, jarak pandang di Kota Banda Aceh hanya sekitar 1,5 kilometer.

“Pastinya, di Aceh saat ini tidak ditemukan titip api atau titik panas akibat kebakaran hutan. Terakhir, titik panas terpantau pada 11 September 2019, hanya satu titik,” ungkap Zakaria.

Baca: Karhutla Membara, Jangan Frustasi Hadapi Perusak Lingkungan

 

Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Sumatera keseluruhan telah menyelimuti Aceh keseluruhan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sangat mengganggu

Nasruddin, nelayan asal Ulee Lheue, Kota Banda Aceh mengatakan, asap akibat kebakaran pun menyelimuti laut. Ini mengganggu aktivitas nelayan kecil untuk menentukan arah.

“Kami nelayan perahu kecil, hanya mengandalkan pandangan saat melaut, termasuk saat pulang. Baru sebentar berangkat, daratan tidak terlihat,” ujarnya.

Baca juga: Bencana Asap di Sumatera dan Kalimantan, Mengapa Lahan Gambut Terus Terbakar?

 

Tidak hanya mengganggu jarak pandang, kabut asap kiriman juga telah mengganggu kesehatan masyarakat. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Akibat asap tebal di laut juga, seorang nelayan di Kota Sabang, tersesat karena tidak tahu arah pulang. Nelayan tersebut menghubungi keluarganya saat tak tahu arah kembali.

Sekretaris Panglima Laot Aceh, Miftah Cut Adek menyebutkan, keluarga dan Panglima Laot telah melaporkan nelayan tersesat tersebut ke Basarnas dan sedang dilakukan pencarian.

“Nelayan itu melaut seorang diri dengan perahu kecil, dan hanya mengandalkan pandangan mata,” terangnya.

Miftah menambahkan, Panglima Loat selaku lembaga adat laut di Aceh telah mengingatkan nelayan kecil atau yang tidak memiliki alat penunjuk arah, agar tidak melaut terlalu jauh. “Kabut asap seperti ini pastinya sangat mengganggu,” jelasnya.

 

Masyarakat mendesak pemerintah untuk menghukum pembakar hutan dan lahan karena ini bentuk kejahatan lingkungan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Tersiksa

Di Provinsi Aceh, kabut asap terparah terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Kota Langsa, dan Lhokseumawe. Sebagian besar warga di daerah tersebut sudah seminggu mengeluhkan kondisi ini.

“Mata perih dan pernafasan terganggu. Tenggorokan pun kering,” ujar Zuhra, warga Kabupaten Aceh Timur.

Zuhra mengatakan, dirinya dan warga lain tersiksa dengan kabut asap karena harus mengurangi aktivitas di luar rumah. Bahkan, dirinya juga mulai khawatir dengan bayinya.

“Aktivitas di dalam maupun luar rumah tidka jauh berbeda, karena sebagian besar rumah masyarakat tidak memiliki air conditioner [AC]. Asap tetap masuk rumah dari pintu atau jendela,” terangnya.

Zuhra mengatakan, akibat kebakaran hutan dan lahan ini banyak orang menderita. “Pemerintah harus mengambil tindakan tegas terhadap para pembakar hutan dan lahan, karena ini bentuk kejahatan lingkungan,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version