Mongabay.co.id

Inilah Para Pahlawan Sampah dari Koja Doi

 

Desa Koja Doi di kecamatan Alok Timur kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), berhasil meraih penghargaan green untuk kategori Tata Kelola Destinasi dalam Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019 dari Kementerian Pariwisata yang diumumkan Kamis (26/9/2019).

Keberhasilan ini menjadi bukti kerja keras elemen masyarakat bersama pemerintah desa. Salah satu yang membuat desa ini layak meraih penghargaan adalah soal penanganan sampah.

“Semangat masyarakat dalam memerangi sampah sudah bagus. Tingkat kesadaran dan kepedulian sudah baik. Perlu dipupuk terus,” kata Direktur Bank Sampah Flores, Wenefrida Efodia Susilowati kepada Mongabay Indonesia, Jumat (27/9/2019).

Sudah 3 kali Susi sapaannya yang juga kordinator gerakan Trash Hero Maumere melakukan kegiatan terkait sampah di Koja Doi. Terakhir dilakukan pada Sabtu (21/9/2019) dalam rangka memperingati World Clean Up Day.

baca : Menikmati Koja Doi, Desa Peraih Sustainable Tourism. Apa Keunikannya?

 

Relawan Trash Hero Maumere bersama anak-anak sekolah dan masyarakat membersihkan sampah di desa Koja Doi yang berada di pulau Koja Doi dan Koja Gete dalam kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) gugus pulau teluk Maumere. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Setiap orang aktif dan antusias ikut dalam gerakan kebersihan sampah. Dari anak SD sampai ibu rumah tangga. Pihak desa sangat berperan aktif mendorong agar Koja Doi menjadi desa yang bebas sampah.

Seperti yang dilakukan Samyadin (35) saat ditemui pada akhir Agustus kemarin. Dia memungut sampah yang terbawa arus di pesisir pantai Koja Doi. “Saya terpanggil karena siapa lagi kalau bukan kita. Untuk menjadi desa wisata kampung itu harus bersih, rapi dan indah,” katanya.

Saban hari sejak hampir setahun Sem sapaannya berkeliling pantai memungut sampah tanpa dibayar. Dulunya sisi barat pantai pulau dipenuhi kapal kayu yang rusak. “Saya membersihkan pantai yang dulunya penuh sampah dan bangkai kapal kayu yang rusak. Saya setiap hari memungut sampah di sela-sela waktu luang,” tuturnya.

Sampah yang terkumpul kemudian dibakar. Sampah yang bisa diolah jadi karya seni oleh seniman dan pemusik ini. Aneka alat musik bisa dimainkannya.

baca juga : Kojadoi, Pesona Jembatan Batu di Pulau Tanpa Kendaraan Bermotor

 

Samyadin salah seorang pekerja seni yang setiap hari menyempatkan waktu memungut sampah di pesisir pantai dan membersihkan berbagai destinasi wisata di desa Koja Doi. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Bersama Fifin Aliansyah, Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Sem mengolah sampah menjadi aneka kerajinan tangan dengan bantuan dana desa, setelah Kepala desa kaget dan terharu melihat usahanya itu.

“Kami mengambil dana dan mulai kerja bulan Februari 2019. Kami namakan usaha kami galeri Pou Dani yang artinya meraih sebuah cita-cita itu dari sebuah imajinasi,” tutur suami Dwi Andiyani itu.

Berbagai sampah plastik, kayu, kerang dan lainnya diolah jadi maket desa, bunga, gantungan kunci, miniatur perahu phinisi dan aneka karya seni. Banyak yang menawarkan untuk dibeli namun Sem belum mau menjualnya.

Ada kesepakatan dengan pihak desa. Segala kerajinan tangan tersebut dikumpulkan dahulu untuk dijual saat festival Koja Doi di bulan November 2019 nanti.

menarik dibaca : Kisah Kampung yang Tenggelam di Angkernya Danau Koliheret

 

Sampah yang dipungut di pesisir pantai di desa Koja Doi yang berada di dalam kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Maumere diolah menjadi aneka kerajinan tangan. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Rumah Sampah

Ada yang unik di pulau Koja Doi, sampah juga dikumpulkan dan dipilih oleh salah seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yaitu Salahudin di rumah sampah.

“Tidak sembarang orang mau diajak komunikasi, diajak dan ditemui di rumahnya,” kata M. Salihun manager BUMDes Monianse yang menemani bertemu pemilik rumah sampah.

Rumah panggung kayu berukuran 7×5 meter itu dipenuhi sampah saat pintu rumah dibuka. Berbagai macam sampah plastik,kertas,kain dan aneka sampah non organik rumah tangga memenuhi kamar dan menutupi seluruh ruangan di rumah tersebut.

Tak ada bau busuk yang tercium saat berada di dalam rumah. Hanya pengap karena semua ruangan tertutup rapat.

“Semua sampah di laut dan di pemukiman warga dia pungut dan dicuci hingga bersih. Kadang warga protes karena air bersih berkurang sebab dia pakai air di kran umum untuk mencuci sampah berulang kali setelah dicuci dengan air laut,” kata La Ancol, seorang pemuda yang menemani.

Bukan hanya di dalam rumah, sampah digantung Salahudin di pintu rumah, pagar, dinding rumah bagian luar bahkan di kayu jemuran di samping rumah. Setiap hari dirinya berkeliling memungut sampah.

 

Salahudin, Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang menetap di pulau Koja Doi desa Koja Doi kecamatan Alok Timur,kabupaten Sikka,NTT berada di depan rumah miliknya yang dipenuhi dengan sampah. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Pria yang dulunya pelaut dan tergolong sukses ini pun berpenampilan bersih dan rapih. Terkadang dirinya bertutur dalam bahasa Indonesia saat ditanyai. Namun lebih banyak bicara dalam bahasa Buton yang dicampur aduk dengan bahasa Inggris dan lainnya yang sulit dimengerti.

“Kadang warga kesal sebab jemuran warga pun diangkutnya sebab dikiranya itu sampah,” ujar La Ancol sambil tertawa lepas.

Susi dari Trash Hero salut dengan apa yang dilakukan ODGJ ini. Dia pernah membujuk Salahudin agar sampahnya dibawa ke Maumere untuk dipilah dan diolah, namun belum disetujui.

Ancol melihat yang dilakukan Salahudin membuat warga sadar bahwa sampah jangan dibuang sembarangan. Apalagi desa Koja Doi menjadi salah satu desa wisata.

 

Pesisir pantai dan perairan di pulau Koja Doi yang merupakan salah satu desa wisata di kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) gugus pulau teluk Maumere yang tampak bersih dan terbebas dari aneka sampah. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Edukasi Dini

Kebersihan desa Koja Doi juga terjaga berkat penyadaran pentingnya penanganan dan pengolahan sampah.

“Kita pacu anak-anak sekolah setiap minggu melakukan kegiatan pembersihan sampah di lingkungan rumah dan juga pesisir pantai.Di depan rumah-rumah warga juga kita wajibkan masyarakat sediakan tempat sampah,” kata El Anshari (30) ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Monianse yang juga relawan Trash Hero Maumere.

Masyarakat antusias bahkan menawarkan setiap hari Jumat dilakukan pembersihan lingkungan.Setiap rumah dibagikan pohon ketapang oleh dinas Lingkungan Hidup kabupaten Sikka dan masyarakat merawatnya hingga kampung mulai tampak hijau.

“Kami bersama relawan Trash Hero Maumere selalu memberikan edukasi kepada anak-anak sekolah dasar. Edukasi sejak dini ini pun berdampak besar dan para orang tua pun mulai sadar tentang kebersihan,” kata Ari sapaan akrabnya.

Tantangan terbesar menghadapi samlah sebut Ari berasal dari alam. Saat air laut pasang banyak sampah yang terdampar di pesisir pantai sebab wilayah Koja Doi berada di pulau di dalam kawasan gugus pulau teluk Maumere.

 

Exit mobile version