Mongabay.co.id

Sekolah di Jakarta Mulai Pakai Energi Matahari

Dedi Setiadi, Kepala SDN Pondok Labu 01 Pagi Pondok Labu, memperlihatkan panel surya yang memuat berapa energi yang diserap pada saat itu. Foto: Mochamad Ade Maulidin/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

 

SDN Pondok Labu 01 Pagi dan SDN Pondok Labu 05 Pagi, sama-sama punya gedung baru. Tak ada yang istimewa dengan sekolah bergedung baru, namun yang spesial dari dua sekolah di bilangan Pondok Labu, Jakarta Selatan (Jaksel) ini bentuk bangunan terutama atap. Atap bangunan kedua sekolah ini dirancang lebih lebar hingga bisa jadi tempat panel surya. Ya, kedua sekolah ini pakai listrik energi surya atap!

Dedi Setiadi, Kepala SDN Pondok Labu 01 Pagi, ditemui Mongabay, belum lama ini mengatakan, gedung baru SDN Pondok Labu 01 Pagi dan SDN Pondok Labu 05 Pagi, dilatarbelakangi permintaan 24 rombongan belajar (rombel) tahun ajaran 2018-2019.

Baca juga: Aturan Surya Atap Terbit, Akankah Dongkrak Capaian Target Energi Terbarukan?

Kedua sekolah pun, katanya, mengajukan usulan pembangunan gedung baru kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Jakarta.

Dikbud Jakarta, menyetujui sekaligus dengan penerapan listrik dari atap surya. Penggunaan surya atap ini, juga masuk dalam salah satu kriteria bagi penerapan sekolah ramah lingkungan di Jakarta. Aksi ini sejalan dengan program sejuta surya atap dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM).

Dedi bilang, 26 panel surya terpasang di atap kedua gedung sekolah itu. Energi yang terserap, tersimpan di dalam baterai hingga bisa digunakan pada malam hari, atau sebagai cadangan energi. Panel surya masih bisa bertambah sampai memenuhi keperluan listrik sekolah sekitar 33.000 watt. Atap gedung sekolah, katanya, sudah dirancang menyesuaikan untuk penempatan panel-panel surya.

Setelah punya surya atap, kedua sekolah dasar ini guru dan murid tak sekadar melihat panel surya di buku pelajaran. Mereka bisa berdiskusi dan melihat langsung praktik panel surya, seperti, di mana penempatan dan bagaimana aliran listriknya. “Yang pasti buat guru dan anak betul-betul bisa melihat secara nyata,” katanya.

Di Jakarta, penerapan energi surya atap tak hanya di SDN 01 dan SDN 05 di Pondok Labu ini. Lima sekolah lain juga melakukan hal serupa, yakni, SMP Negeri 59 Kemayoran Jakarta Pusat, SDN Susukan, SDN Lagoa, SDN Cengkareng, dan SDN Untung Jawa di Kepulauan Seribu.

 

Kepala SDN Pondok Labu 01 Pagi, Dedi Setiadi memperlihatkan baterai penyimpanan energi surya. Foto: Mochamad Ade Maulidin/ Mongabay Indonesia

 

Ujicoba

Hingga kini, sekolah-sekolah ini masih taraf uji coba. Meskipun begitu, SDN Pondok Labu 01 Pagi dan SDN Pondok Labu 05 Pagi, sudah menggunakan listrik surya ini untuk penerangan selasar (lorong) kelas mulai lantai satu sampai lantai tiga.

Dedi bilang, tak tahu pasti mengapa listrik energi surya untuk selasar sekolah. Kemungkinan, katanya, karena produksi listrik panel surya masih sedikit dibanding keperluan seluruh bangunan.

“Dengan kapasitas 8.000 watt [energi surya atap] sekarang belum maksimal dari keperluan 33.000 watt dari PLN,” katanya.

Alasan lain, katanya, mungkin selasar dianggap salah satu bagian penting dari gedung sekolah, misal, untuk jalur evakuasi ketika bencana.

Baca juga: Menanti Aturan Listrik Surya Atap

Bagaimana kalau mereka alami kendala? Sekolah, katanya, dapat menghubungi penyedia kalau mengalami masalah. Penyedia ini akan datang mengatasi.

 

Gedung perkantoran

Selain sekolah, gedung pemerintahan, komplek pemerintahan juga gedung-gedung perkenatoran mulai pakai energi surya atap. Salah satu, Ciputra Development, pengelola gedung Tokopedia Tower di Jalan Prof. Dr. Satrio, Karet Semanggi, Jaksel.

Gedung ini pakai energi surya setelah Xurya, menyodorkan konsep pemakaian ini kepada Ciputra Property, setelah mengenalkan lebih dahulu kepada Tokopedia.

“Sebenarnya, kita dealing dengan Ciputra Property, kita melibatkan Tokopedia karena awalnya ide ini dibicarakan dengan Tokopedia. Apalagi, 60% lantai di Tokopedia Tower digunakannya,” kata Eka Himawan, pendiri Xurya ditemui Mongabay, beberapa waktu lalu.

Dari penjelasan Tokopedia dan Xurya, Ciputra Property bisa memahami manfaat energi surya. Pengelola gedung menyetujui.

Baca juga: Dorong Pengembangan Listrik Surya Atap, Berikut Masukan kepada Pemerintah

Energi surya dari panel surya dapat dialirkan ke semua penyewa yang diatur pengelola gedung. Energi ini mengalir melalui pipa energi dipakai oleh energi listrik sebelumnya, yakni PLN.

 

Panel Surya dialokasikan secara utama pada atap Tokopedia Tower. Foto: Ciputra Development

 

Ekhel Chandra Wijaya, Public Relation (PR) Lead Tokopedia mengatakan, energi surya belum bisa di semua lantai Ciputra Property karena masih terbatas lantaran baru tahap awal. “Kita lebih 20 lantai di Tokopedia Tower dengan karyawan lebih 2.000 orang,” katanya.

Tokopedia menggunakan energi surya untuk pencahayaan dan pemakaian komputer. Sejauh ini, katanya, Tokopedia bisa menghemat biaya operasional dan perawatan peralatan ketimbang pakai listrik PLN.

Namun, dia belum bisa menyebutkan detil lantaran pemakaian energi surya baru berjalan sejak akhir tahun lalu. Kemungkinan, katanya, bisa diketahui setelah satu tahun.

Eka mengatakan, pemakaian energi surya bisa menghemat biaya sampai 30% di perusahaan cold storage dibandingkan penggunaan listrik PLN.

“Kami memasang 45 panel surya di Tokopedia Tower untuk menyerap sinar matahari mulai pukul 6.00 sampai pukul 18.00,” katanya.

Dengan produksi listrik dari satu atap panel surya terpasang di Tokopedia Tower sebesar 30 watt per hour (kWh), atau 1,2 kWh selama empat jam.

Dari penyerapan surya setiap hari, katanya, langsung terpakai buat penyewa gedung hari itu juga. Kelebihan produksi, katanya, tidak bisa disimpan pengelola gedung karena Xurya tak menyediakan tempat penyimpanan atau baterai.

Xurya memandang, penggunaan baterai belum biasa karena harga masih sangat tinggi hingga sulit terjangkau oleh pengguna, harga masih lebih tinggi ketimbang harga suatu genset. Dengan begitu, pengelola gedung masih harus gunakan listrik dari PLN.

Sebenarnya, Ciputra Development sudah ingin membangun panel surya sejak empat tahun lalu. Niatan ini tak berjalan karena pengeluaran biaya sangat besar untuk pembelian, pemasangan, dan perawatan panel surya. Kebijakan berubah, ada aturan surya atap dan program satu juta energi surya atap.

Pemasangan surya atap di Tokopedia Tower, tak bisa banyak lantaran lahan terbatas. Selain itu, atap dibangun tidak melebar—karena dari awal bangunan memang tidak memikirkan soal penempatan atap panel surya.

“Pemerintah belum memberikan insentif, berbeda di luar negeri yang memberikan pengurangan pajak dan dikenakan denda bagi pemilik gedung yang tidak melakukannya,” kata Sugwantono Tanto, Direktur PT Ciputra Development Tbk.

Dalam pemasangan surya atap ini, Ciputra tidak perlu melakukan perawatan apapun karena ditangani Xurya. “Konsep yang ditawarkan Xurya belum banyak dilakukan vendor lain,” kata Sugwantono.

Sebuah tempat untuk atap panel surya saja yang mesti disediakan agar bisa gunakan listrik dari alat itu. Pengelola gedung termasuk penyewa hanya membayar listrik sesuai pemakaian dan mendapatkan potongan harga 10% dari biaya listrik PLN.

 

Keterangan foto utama:  Dedi Setiadi, Kepala SDN Pondok Labu 01 Pagi Pondok Labu, memperlihatkan panel surya yang memuat berapa energi yang diserap pada saat itu. Foto: Mochamad Ade Maulidin/ Mongabay Indonesia

 

 

 

Exit mobile version