- Gelombang pasang dengan tinggi sekitar 4 hingga 6 meter sering melanda pantai selatan Kabupaten Sikka, NTT, tepatnya laut Sawu yang menyebabkan abrasi dan merusak ratusan rumah warga.
- Selama 2019, sudah dua kali terjadi bencana gelombang pasang dengan ketinggian 4 – 6 meter meskipun tidak ada ramalan dari BMKG mengenai adanya gelombang dengan tinggi berkisar antara 4 meter.
- Selain merusak ratusan rumah warga, gelombang pasang juga membuat jalan raya terputus dan warga pun harus melewati jalan lainnya yang lebih jauh.
- Pemerintah harus segera mendata dan melakukan relokasi warga yang rumahnya rentan terkena bencana saat terjadi gelombang pasang agar suatu saat tidak memakan korban jiwa.
Gelombang pasang dengan ketingggian 4 – 6 meter kembali menghantam pesisir selatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Senin (28/10/2019) sekitar pukul 22.00 WITA.
Sejak pagi harinya,tinggi gelombang memang berkisar antara 1,5 – 2,5 meter sehinggga membuat warga di pesisir pantai di desa Sikka, Watutedang, Hepang dan sekitarnya mulai waspada.
“Memang sejak siang hari gelombang pasang mulai menerjang dengan ketinggian sekitar meter lebih. Warga memang mulai waspada sehingga saat gelombang tinggi menerjang warga segera mengungsi,” kata Kepala Desa Sikka,Ignasius Mikhael Riwu, Selasa (29/10/2019).
Ignasius katakan,gelombang pasang tersebut datang tiba-tiba saat air laut pasang. Kencangnya gelombang menyebabkan air laut menggenangi dapur dan bagian belakang rumah warga.
Rata-rata rumah warga di pesisir selatan pulau Flores di 3 kecamatan wilayah kabupaten Sikka hanya berjarak sekitar 5 meter dari bibir pantai.
baca : Gelombang Tinggi Terjang Selatan Flores, Ratusan Rumah Terancam Rubuh
Selalu Terjadi
Gelombang pasang dengan ketinggian sekitar 4 sampai 6 meter selalu terjadi hampir setiap tahun. Hantaman gelombang membuat rumah warga terancam rubuh akibat tanah tergerus air laut dan ambruk.
Untuk 2019 tercatat sudah dua kali terjadi gelombang pasang yang menerjang. Pada kejadian Senin (22/4/2019) itu, sekitar pukul 13.00 WITA, puluhan rumah di kecamatan Lela dan Paga mengalami kerusakan.
Sebelumnya di tahun 2018, gelombang tinggi berkisar antara 4 sampai 6 meter yang terjadi di perairan pantai selatan pulau Flores, berlangsung sejak Rabu (25/7/2018) hingga Kamis (26/7/2018).
Gelombang tinggi menyebabkan 2 buah rumah hilang terbawa gelombang. merusak puluhan rumah lainnya sepenjang pesisir pantai selatan dan mengancam pemukiman di belasan desa lainnya di 4 kecamatan yakni Paga, Mego, Lela dan Bola.
“Gelombang tinggi memang selalu terjadi dengan ketinggian hingga 2,5 meter. Tapi tiba-tiba datang gelombang dengan tinggi 4 meter bahkan 6 meter dan sekali saja menerjang.Kami juga tidak tahu kenapa bisa terjadi,” ungkap Ignasius.
Kejadiannya pun kata Kades Sikka kecamatan Lela ini berlangsung tiba-tiba.Ini yang membuat warga di pesisir selatan selalu waspada apabila ada gelombang tinggi dan saat bersamaan air laut sedang pasang.
“Kalau air laut surut tidak masalah tapi kalau pasang kami kuatir dan waspada.Gelombang tinggi memang membuat abrasi dalam setahun mencapai 50 sentimeter sehingga harus dibangun tanggul penahan gelombang,” tuturnya.
baca juga : Gelombang Tinggi di Sikka, 2 Rumah Tersapu, Puluhan Rusak dan Pelayaran Dihentikan
Ratusan Rumah Rusak
Yufrinus Reko kepala desa Watutedang saat ditanyai Mongabay Indonesia mengatakan semua rumah warga yang berada di pesisir pantai mengalami kerusakan di bagian belakang rumahnya.
Air laut dan pasir kata Yufrinus, masuk hingga ke dalam rumah warga. Kejadian ini membuat warga tidak berani tidur di dalam rumah.
Warga sementara mengungsi ke rumah saudara dan di tenda darurat yang dibangun di atas ketinggi sebelah utara jalan raya.
“Gelombang masih tinggi sehingga warga masih belum berani tinggal di rumah saat malam hari. Kalau bisa pemerintah bantu untuk merelokasi warga sebab setiap tahun terjadi bencana seperti ini,” ucapnya.
Kepala Seksi Kedaruratan Kantor BPBD Kabupaten Sikka, Julien Siswanto, mengatakan BPBD Sikka telah turun ke lokasi memantau dan mendata kerusakan.
Data yang diperoleh BPBD Sikka, kata Julien, rumah warga yang mengalami kerusakan itu tersebar di tiga kecamatan di pesisir pantai selatan yakni Lela, Doreng, dan Paga.
Total 229 rumah warga mengalami kerusakan dengan perincian di Desa Nenbura, Kecamaran Doreng ada 17 rumah. Sementara di Kecamatan Lela tersebar di desa Sikka sebanyak 49 rumah dan desa Du ada 3 rumah.
Selain itu di Kecamatan Lela, jumlah rumah yang rusak di Desa Watutedang terdata 40 rumah, Desa Lela sebanyak 43 rumah, Dusun Bangboler, Desa Hepang tercatat 19 rumah dan Desa Kolidetung sejumlah 58 rumah.
“Untuk kecamatan Paga kami masih melakukan pendataan. Nantinya akan ada bantuan tanggap darurat bagi warga yang rumahnya mengalami kerusakan akibat bencana gelombang pasang,” sebutnya.
perlu dibaca : Ratusan Nelayan Terancam Kehilangan Pekerjaan, Perahunya Dihantam Gelombang Tinggi
Jalan Terputus
Gelombang pasang yang terjadi juga membuat tanggul penahan gelombang di dusun Bangboler desa Hepang pun ambruk. Air laut dan ombak menggerus dan merusak jalan raya.
Ruas jalan kabupaten lintasan Wairdoik – Laukagur yang menjadi jalan penghubung utama dua desa yakni desa Kolidetung, dan Korowuwu serta sebagian desa Hepang di Kecamatan Lela, terputus.
Kendaraan dari dua wilayah tersebut pun tidak bisa melintas dan harus melewati jalan lain dengan jarak tempuh lebih jauh.
Gelombang pasang dengan ketinggian berkisar 4 sampai 6 meter ini tentunya membuat warga merasa bingung sebab kejadian ini selalu terjadi hampir setiap tahun.
John da Gomez warga desa Sikka pun mengakui tidak ada tanda-tanda akan ada gelombang pasang dengan ketinggian lebih dari 2 meter.Ramalan dari BMKG pun tidak menyebutkan ketinggian gelombang lebih dari 4 meter.
baca juga : Gelombang Tinggi Menerjang Pesisir Bali dan Merusak Sejumlah Sarana
Adi Laksmena kepala Stasiun Meteorologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maumere mengatakan untuk tanggal 28 sampai 29 Oktober pukul 08.00 WITA menyebutkan potensi gelombang hingga 3,5 meter terjadi di laut Sawu bagian selatan.
Data BMKG menyebutkan terdapat pola tekanan rendah 1008 hPa di Filipina bagian selatan. Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya dari Tenggara – Barat Daya dengan kecepatan 5 – 12 knot.
Sedangkan di wilayah selatan Indonesia dari Timur-Tenggara dengan kecepatan 8 – 20 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten, laut Bali bagian timur, Selat Lombok bagian utara.
“Kondisi ini dapat mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut,” sebutnya.
Untuk tanggal 30 Oktober hingga 01 November pukul 08.00 WITA diramalkan tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di selat Sumba bagian barat, selat Sape bagian selatan dan perairan selatan Kupang-Rote.
Ketinggian gelombang yang sama juga diperkirakan terjadi di selat Ombai, laut Sawu, samudera Hindia selatan Kupang-Rote serta samudera Hindia selatan Sumba-Sabu.