Mongabay.co.id

TNI AL Tangkap Nelayan Pengebom Ikan di Flores Timur. Kenapa Masih Terjadi?

 

Selang seminggu sejak penangkapan pelaku pengeboman  ikan di desa Ojandetun kecamatan Wulanggitang kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (30/11/2019), pengeboman ikan di wilayah perairan Flotim kembali terjadi.

Pengeboman ikan Jumat (6/12/2019) terjadi di perairan diantara pulau Adonara dan Lembata, di desa Waiwuring kecamatan Witihama, yang dilakukan oleh nelayan setempat.

Pelaku ditangkap anggota Posmat TNI AL Flotim Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Maumere saat pelaku sedang menurunkan ikan hasil pengeboman dan peralatannya.

“Pada pukul 10.27 WITA, saya mendapatkan informasi melalui pesan Whatsap dari nelayan di pulau Adonara yang melihat aktifitas nelayan yang menangkap ikan menggunakan bahan peledak atau bom ikan,” kata Serka Muhamad Sangidun, Danposmat TNI AL Flotim kepada Mongabay Indonesia, Jumat (6/12/2019).

Menurut Muhamad, pelaku melakukan aktifitas pengeboman ikan di sekitar pelabuhan fery Deri di kecamatan Witihama pulau Adonara.

baca : Mencoba Melarikan Diri, Pelaku Pengeboman Ikan Ditangkap. Bagaimana Selanjutnya?

 

Perahu pelaku pengeboman ikan di Desa Waiwuring, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, NTT sedang dibawa ke darat untuk diperiksa. Foto : Posmat TNI AL Flotim Lanal Maumere/Mongabay Indonesia

 

Prajurit Posmat TNI AL segera berkoordinasi dengan Dinas Perikanan kabupaten Flotim untuk menangkap pelaku menggunakan kapal Sea Raider milik WCS karena sekoci Posmat sedang docking.

Namun Sea Raider milik WCS dan kapal Patroli milik Dinas perikanan juga sedang melaksanakan docking sehingga Danposmat bersama seorang anggota lainnya Zafausan Fauzi  berangkat menuju lokasi kejadian.

“Kami menyeberang ke pulau Adonara menggunakan kapal motor dan menempuh jalur darat menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan saya selalu berkomunikasi untuk pantau terus pelaku bom ikan,” ungkapnya.

Sebelum tiba di lokasi, kata Muhamad, pelapor menginformasikan bahwa pelaku pengeboman ikan telah selesai melakukan aktifitas dan mengarahkan perahu  menuju pelabuhan rakyat desa Waiwuring.

baca juga : Nelayan Flores Timur Pengguna Potasium Divonis PN Larantuka. Begini Ceritanya..

 

Ikan hasil pengeboman nelayan Desa Waiwuring, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur NTT. Foto : Posmat TNI AL Flotim Lanal Maumere/Mongabay Indonesia.

 

Sempat Melawan

Setelah tiba di desa Waiwuring, tim menuju pelabuhan rakyat Waiwuring dan melihat pelaku sedang merapikan perahu dan selesai menurunkan ikan ke darat.

Danposmat kemudian memerintahkan pelaku menyerahkan diri, tetapi pelaku  mencoba menyembunyikan barang bukti. Tim kemudian mengecek kotak yang disembunyikan pelaku, dan terdapat bom ikan siap pakai. Pelaku dan barang bukti dibawa ke darat.

Muhamad mengatakan semua pelaku menyerahkan diri dan mengakui telah melakukan aktifitas pengeboman ikan dengan menggunakan 2 perahu dan pelakunya berjumlah 4 orang.

Muhamad kemudian memutuskan membawa pelaku dan barang bukti perahu menuju ke kota Larantuka untuk menjalani pemeriksaan.

perlu dibaca : Begini Ketegasan Flores Timur Tangani Penangkapan Ikan Merusak

 

Pelaku pengeboman ikan dan perahu nelayan yang juga sebagai barang bukti disita dan dibawa ke kota Larantuka kabupaten Flores Timur,Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto : Posmat TNI AL Flotim Lanal Maumere/Mongabay Indonesia

 

Telusur Pemasok Bom

Hasil pemeriksaan yang dilakukan Posmat TNI AL Flotim diketahui bahwa pelaku pengeboman ikan bernama Nasrun Dagam, warga Desa Waiwuring, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Flotim.

Barang bukti yang diamankan berupa dua buah perahu nelayan berukuran 1 GT, 2 botol bom, obat nyamuk bakar, uang Rp.500 ribu, bungkus rokok dan korek api serta botol sisa perakitan bom.

“Kami sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku lainnya termasuk pihak yang memasok pupuk sebagai bahan baku pembuatan bom ikan tersebut hingga tertangkap,” ungkap Muhamad.

Pelaku dan barang bukti diserahkan ke Polres Flotim untuk diproses hukum agar memberikan efek jera bagi pelaku.

Sekretaris DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Nusa Tenggara Timur (NTT) Wham Wahid Nurdin mendukung langkah TNI AL dan tim gabungan pengawasan laut di Flotim.

Wham sepakat pelaku harus ditindak tegas dan perlu ditelusuri dan ditangkap pelaku yang memasok bakan baku pembuatan bom agar bisa memutus mata rantai pengeboman ikan.

Hal senada juga disampaikan Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Carolus Winfridus Keupung dengan meminta agar patroli laut ditingkatkan khususnya di perairan daerah perbatasan antara setiap kabupaten.

Wim meminta pemerintah kabupaten maupun provinsi mengalokasikan anggaran untuk patroli mengingat masih maraknya aktifitas pengeboman ikan.

“Pemerintah daerah harus mengalokasikan anggaran untuk patroli laut mengingat akktifitas pengeboman ikan berdampak terhadap kerusakan ekosistem laut dan terumbu karang sebagai rumah ikan,” tegas mantan Direktur Walhi NTT ini.

 

Barang bukti pengeboman ikan yang disita dari nelayan warga Desa Waiwuring Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Posmat TNI AL Flotim Lanal Maumere/Mongabay Indonesia

 

Marak di Akhir Tahun

Maraknya aksi pengeboman ikan di wilayah perairan Flotim menjelang akhir tahun merupakan sebuah stragtegi baru yang dilakukan nelayan tertentu yang biasa melakukan aktifitas ini.

Tim terpadu pengawasan laut Flotim pun mengaku telah mendeteksi adanya skenario pengeboman ikan menjelang akhir tahun disaat segenap anggota timsedang sibuk dengan aktifitas pekerjaannya menjelang akhir tahun.

“Ini terjadi akhir-akhir ini saja sebab nelayan berpikir tim patroli sudah tidak melakukan aktifitas pemantauan karena mendekatai hari rayar Natal dan tahun baru.Makanya mereka mulai melakukan pengeboman ikan lagi,” kata Apolinardus Y.L. Demoor, Kabid Pengawasan Sumber Daya Perikanan dan Perizinan Usaha, Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur.

Untuk Desa Waiwuring dirinya mengatakan banyak nelayan yang menjadi target dan rata-rata nelayan tersebut berasal dari Bajo Sulawesi.

Sementara di Pulau Meko Desa Pledo, Kecamatan Witihama dulunya sering ada aktivitas pengeboman ikan, kini sudah berhenti karena daerah itu dijadikan destinasi wisata dan mulai ramai dikunjungi wisatawan.

“Nelayan di Desa Waiwuring biasanya melakukan pengeboman ikan di perairan depan desa mereka karena disana banyak hutan bakau sehingga ikannya masih banyak. Pengeboman pun dilakukan tidak jauh dari pantai,” tuturnya.

Untuk Pulau Solor sudah tidak ada pengeboman ikan lagi. Sementara di Pulau Adonara sudah tidak ada aktifitas pengeboman ikan lagi.

Danlanal Maumere,   Kolonel  (Marinir)  Totok Nurcahyanto pun memberikan apresiasi terhadap anggotanya yang berhasil menangkap pelaku pengeboman ikan di Flotim, Jumat (29/11/2019) lalu yang lari ke Desa Pruda, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka.

Danposmat TNI AL Flotim Serka Muhamad Sangidun dan  Kopda  Damianus  Lakahera,  Rabu (4/12/2019)  pagi  diberikan penghargaan dan uang dalam sebuah apel khusus di  halaman Mako Lanal Maumere.

“Saya berharap ini menjadi berkah dan motivasi  bagi kita semua  untuk bekerja dengan hati.” ujar  Danlanal Maumere.

 

 

 

Exit mobile version