Mongabay.co.id

Miniatur Permainan Tradisional Ini Dibuat dari Ampas Tebu

 

 

Tumpukan ampas tebu yang telah diperas airnya dikumpulkan dalam karung. Bahan tidak tersisa ini selanjutnya diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat oleh Wenny Friskilla, mahasiswi semester akhir Fakultas Industri Kreatif, Universitas Surabaya.

Ampas tebu itu digunakan Wenny sebagai material untuk miniatur permainan tradisional Indonesia. Dipilihnya ampas tebu, selain banyaknya penjual minuman sari tebu juga untuk mengurangi limbah yang mengganggu lingkungan.

“Saya bereksperimen agar limbah ini menjadi sesuatu yang bernilai,” terangnya, baru-baru ini.

Miniatur permainan tradisional yang dibuat itu dinamakan Nebu. Wenny membuat lima miniatur permainan asal berbagai daerah di Indonesia, untuk memperkenalkan kepada anak-anak Indonesia masa kini. Lima karya itu dipilih berdasarkan riset, melibatkan masyarakat, sebagai cinderamata.

“Tema permainan tradisional diangkat karena anak-anak zaman sekarang kurang mengenal permainan tradisional,” ungkapnya.

Baca: Kurangi Limbah Medis, Mahasiswa ITS Gunakan Kombinasi Jamur

 

Proses pemisahan bagas [ampas] tebu dengan kulit terluar dilakukan sebelum bahan sisa ini digunakan sebagai miniatur mainan tradisional. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Wenny mengatakan, butuh dua hari membuat miniatur tersebut. Dimulai proses pengeringan ampas, memisahkan antara kulit terluar dengan ampas [bagas], serta memotong dan membuat anyaman sebagai pola dasar sebelum dibentuk sesuai kebutuhan permainan. “Baunya bisa dihilangkan dari proses pengeringan yang tergantung cuaca, 2-3 hari. Cukup diangin-anginkan, agar kulit tebu mudah dianyam.”

Bahan lain yang dibutuhkan adalah kawat dan lem. Kawat dipakai untuk bentuk-bentuk yang membutuhkan kerangka, seperti permainan Lompat Batu asal Pulau Nias, Sumatera Utara. Ada juga permainan Geulayang Tunang-Layang Kleung dari Banda Aceh; Layang Kaghati dari Kendari, Sulawesi Tenggara; Kapal Jong dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau; serta Kapal Sandeq dari Mamuju, Sulawesi Barat. Untuk satu produk miniatur ini dijual seharga Rp250.000.

“Selama ini baru dipasarkan melalui media sosial Instragram,” ujarnya.

Wenny berencana membuat lebih banyak miniatur permainan tradisional Indonesia. “Tidak hanya permainan kelereng atau lompat tali yang kita kenal, banyak permainan lain yang belum kita ketahui,” jelasnya.

Baca: Mahasiswa Ini Buat Alat Pengering Kerupuk Hemat Energi

 

Proses menganyam kulit ampas tebu menjadi pola yang diinginkan dilakukan oleh Wenny Friskilla. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Kreatif

Guguh Sujatmiko, selaku dosen pembimbing mengatakan, pengembangan produk kreatif dengan memanfaatkan limbah sudah sering dilakukan Universitas Surabaya. Pemanfaatan ampas tebu tidak hanya dimanfaatkan untuk souvenir, tapi juga dikembangkan untuk produk lebih luas.

“Tanpa membeli material cukup mahal, kita bisa memanfaatkan barang-barang yang ada sekaligus menyelamatkan lingkungan. Riset selanjutnya dilakukan dengan mencari bentuk produk lain, jadi masih luas sekali.”

Baca juga: Hebat! Mahasiswa Surabaya Buat Aplikasi Laporan Pencemaran Sungai

 

Ini merupakan kulit ampas tebu setelah dikeringkan dan dipisahkan antara ampas dengan kulit. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Guguh yang juga Ketua Program Studi Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif [FIK] Universitas Surabaya menambahkan, untuk mendukung produk kreatif mahasiswa, kampus akan memberikan akses pengurusan hak atas kekayaan intelektual [HAKI], selain bantuan publikasi dan pemasaran.

“Dipatenkan dan dipublikasikan, jadi ini sudah jadi milik Wenny. Penjualan akan dibantu secara online dan akan dibuatkan pameran dalam waktu dekat [April] dari kampus,” ujarnya.

 

Wenny Friskilla menunjukkan lima miniatur permainan tradisional berbahan kulit ampas tebu buatannya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Selain tema permainan tradisional Indonesia, Guguh menyebut tidak menutup kemungkinan dikembangkan produk yang mengedepankan tema seputar Surabaya dan kampus.

“Diharapkan, nilai manfaatnya kembali ke masyarakat. Kita bisa latih mereka agar memiliki keterampilan sekaligus membuka peluangan usaha,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version