Mongabay.co.id

Menikmati Keindahan Pantai Selatan, dari Geowisata hingga Konservasi Penyu Lekang

 

Deburan gelombang Samudra Hindia itu menerpa bebatuan dan tebing yang berada di Pantai Menganti, Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng). Ombak tinggi menjadi kekhasan Laut Selatan, karena merupakan lautan lepas. Buih putih menutup tatanan bebatuan ketika gelombang datang dan batu-batu yang berwarna hitam itu terlihat nyata tatkala ombak pergi.

Sebelum ada riset yang dilaksanakan oleh Tim Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, sebagian besar orang menganggap kalau bebatuan yang menghampar di pantai setempat adalah karang atau bebatuan pada umumnya. Ternyata, tidak demikian, sebab bebatuan warna hitam itu merupakan bekas gunung api purba.

Salah seorang pengunjung wisata, Anis (41) mengatakan bahwa Pantai Menganti merupakan salah satu pantai terindah di selatan Jateng. Meski, untuk mencapai Pantai Menganti harus melewati jalanan yang menanjak. “Tetapi panoramanya sangat indah. Dari jalanan yang menanjak, kita dapat melihat hamparan laut yang biru,”katanya kepada Mongabay, Rabu (1/1/2020).

Pantai Menganti masih relatif alami dan tidak ada sampah. Namun gelombangnya cukup tinggi. Ada juga sisi pantai di sekitar tempat pelelangan ikan (TPI) yang cukup landai. “Selain panorama, pengunjung juga dapat membeli ikan segar hasil tangkapan para nelayan di sini. Cukup lengkap wisata di Pantai Menganti, melihat keindahan panoramanya dan wisata kuliner,”ujarnya.

baca : Sukamsi, Pendekar Mangrove dari Kebumen

 

Panorama Pantai Menganti yang berada di Kecamatan Ayah, Kebumen, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Pemkab Kebumen menjadikan Pantai Menganti sebagai salah satu destinasi wisata unggulan. Kepala Seksi Promosi dan Informasi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kebumen Septian Indra mengatakan pihaknya mengubah promosi wisata Pantai Menganti lebih komprehensif setelah mengetahui hasil penelitian Fakultas Teknik Geologi Unsoed bahwa bebatuannya bekas gunung api purba.

“Selain keindahan pantai dan kuliner ikan laut yang segar, ternyata di sini ada geowisata. Di Kebumen memiliki kekayaan geowisata yang berada di utara yang Karangsambung. Apalagi sejak 29 November 2018 lalu, telah ditetapkan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong. Nah, Pantai Menganti masuk juga di dalamnya sebagai geowisata dalam geopark tersebut. Geopark itu meliputi 12 kecamatan dan 117 desa dengan luas 543,5 km2 dari Kecamatan Sadang di sebelah utara hingga Kecamatan Ayah di selatan,”jelas Septian yang dihubungi Rabu (1/1/2020).

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Tim Geologi Unsoed, ada bukti jejak gunung api purba di pantai setempat. Peneliti dari Fakultas Geologi Unsoed Fadlin mengatakan bahwa di sekitar Pantai Menganti ada yang disebut sebagai Tanjung Karang Bata. Menurutnya, Tanjung Karang Bata yang berada di Desa Karangduwur tersebut merupakan potensi geowisata yang dimiliki Kebumen.

“Tanjung Karang Bata merupakan fenomena geologi yang unik, karena berupa lava dengan tekstur kekar kolom (columnar joint) dengan bentuk persegi enam atau heksagonal yang tersusun begitu rapi memagari ombak yang menerjang kuat. Lava dengan tekstur kekar tersebut merupakan bukti jejak gunung api purba yang berada di Dome Karangbolong, Kebumen,”jelas Fadlin.

baca juga : Ada Bukti Tumbukan Lempeng Bumi Pembentuk Daratan Jawa di Kebumen. Benarkah?

 

Bebatuan lava basalt yang ada di Pantai Menganti, Kebumen, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Usianya diperkirakan mencapai 35 hingga 25 juta tahun yang lalu dan sebetulnya telah mengalami proses abrasi yang sangat panjang. Kondisi Tanjung Karang Bata bakal punah jika tidak ada upaya yang dilakukan. “Kondisi saat sekarang sudah cukup rapuh akibat terjangan gelombang Samudra Hindia secara terus menerus. Saya kira, Pemkab Kebumen perlu melakukan konservasi geologi terutama untuk Tanjung Karang Bata tersebut. Memang perlu mengelola, menjaga dan melestarikan keberadaan jejak gunung api purba itu, karena memiliki keunikan dan kelangkaan. Dari aspek geologi, proses itu merupakan fenomena alam yang bernilai tinggi,”jelasnya.

Lava basalt yang ditemukan di Pantai Menganti tersebut merupakan batuan hasil erupsi zaman oligosen-miosen atau 35-25 juta tahun yang lalu dan itu merupakan cikal bakal aktivitas gunung api di selatan Pulau Jawa yang kemudian tertutup oleh bebatuan karbonat atau batu gamping. “Lava basalt tersebut adalah hasil letusan dari gunung api purba di bawah laut yang memiliki sifat basaltic atau dengan kata lain tersusun atas mineral mafik seperti plagioklas Ca, olivin, dan piroksen,”katanya.

Fadlin menyarankan kepada Pemkab Kebumen untuk memberikan juga pemberdayaan kepada masyarakat sekitar mengenai pendidikan geowisata, sehingga mereka tahu dan menyadari. Sehingga warga sekitar ikut menjaga bukti fenomena alam khususnya jejak gunung api purba di Menganti.

menarik dibaca : Gua Lawa Purbalingga, Jejak Sungai Lava yang Kini Jadi Destinasi Wisata

 

Tumpukan bebatuan lava basalt yang menjadi bukti keberadaan gunung api purba di Pantai Menganti, Kebumen, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Konservasi Penyu

Berjarak sekitar 20 km dari Pantai Menganti, tepatnya di Pantai Jogosimo, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, warga setempat telah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gajah Gunung. Uniknya, Pokdarwis setempat tak hanya mengurusi wisata Pantai Jogosimo, tetapi juga konservasi tukik dan penyu, khususnya Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). “Di wilayah ini umumnya memang jenis Penyu Lekang. Sejak tahun 2018 lalu, selain mengurus pantai, kami juga mengurus konservasi penyu sejak,”kata Ketua Pokdarwis Gajah Gunung, Kastam.

Menurutnya, selain menjaga keberadaan penyu, masyarakat setempat juga menjaga telur penyu dari incaran para pencuri yang dijual Rp10 ribu/butir. Mereka juga menjaga telur dari predator alaminya.

“Dari keprihatinan itulah, kami kemudian mencoba menyelamatkan telur-telurnya untuk ditetaskan di tempat yang aman. Kemudian setelah menetas menjadi tukik, nantinya terus dilepasliarkan. Itulah upaya yang dilaksanakan agar penyu di Jogosimo khususnya tidak mengalami kepunahan. Kami memiliki anggota 40 orang yang bergantian melakukan penjagaan di pantai,”jelasnya.

perlu dibaca : Ini Kisah Warga Jogosimo Penyelamat Telur Penyu hingga Menetas Jadi Tukik

 

Penyu yang berada tempat penangkaran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gajah Gunung di Pantai Jogosimo, Kecamatan Klirong, Kebumen, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Dia mengatakan sampai sekarang, pelepasliaran tukik telah dilakukan berkali-kali sejak tahun 2018 lalu. Jumlahnya mencapai ratusan. “Selain itu, Pokdarwis sekarang telah memiliki kolam untuk penangkaran. Karena kami mandiri, maka masih sederhana bentuknya. Ada juga tempat lain di sekitar pantai sengaja kami pagari, karena digunakan sebagai tempat telur penyu sampai menetas jadi tukik,”ungka Kastam.

Meski tempat penangkaran masih sederhana, tetapi Pokdarwis Gajah Gunung secara rutin melakukan pemeliharaan. Ada tukik-tukik yangh disiapkan untuk dilepasliarkan dan ada penyu yang besar untuk ditangkarkan. “Kami sengaja sebagai wisata pendidikan khususnya untuk anak-anak PAUD dan TK. Sudah banyak yang ke sini. Kami menerangkan sambil memberikan pengetahuan sederhana. Intinya, kami ingin sejak kecil mereka tahu keberadaan penyu dan tukik yang harus diindungi,”tambahnya.

 

Warga siap melepasliarkan tukik di Pantai Jogosimo, Kebumen, Jawa Tengah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version