Mongabay.co.id

Penampakan Kalajengking 430 Juta Tahun Silam, Penasaran?

 

 

Bagaimana rupa kalajengking tertua di Bumi? Apakah sama dengan kalajengking moderen saat ini?

Para ilmuwan berhasil mengungkap penampakan kalajengking tertua di Bumi yang usianya diperkirakan sekitar 430 juta tahun silam. Spesies ini dinamakan Parioscorpio venator. Lokasi penemuannya di Waukesha, Wisconsin, Amerika, sekitar 29 kilometer arah barat Milwaukee.

Waukesha 450 juta tahun lalu, diperkirakan merupakan laut yang hangat dan dangkal. Kondisi oksigen rendah dan salinitas tinggi membuat fosil hewan yang dulunya berkeliaran di wilayah ini, awet adanya.

Hasil riset tersebut telah dipublikasikan dalam Jurnal Nature edisi 16 Januari 2020. Laporan bertajuk “A Silurian ancestral scorpion with fossilised internal anatomy illustrating a pathway to arachnid terrestrialisation” ini digawangi oleh Andrew J. Wendruff dan kolega.

“Pengetahuan asal-usul arachnida begitu penting,” jelas paleontolog Jason Dunlop, kurator arachnida di Museum Sejarah Alam Berlin, dikutip dari Science. Ini dikarenakan arachnida kelompok hewan paling beragam kedua di dunia setelah serangga, sehingga dapat menjelaskan riwayat laba-laba, kutu, tungau, dan kalajengking zaman moderen.

Baca: Jalan Mundur, Bagaimana Semut Menemukan Sarangnya?

 

Kalajengking Hottentotta tamulus atau disebut juga the Indian red scorpion yang hidup di Mangaon, Maharastra, India. Foto: Shantanu Kuveskar – Own work/Wikipedia/Creative Commons/CC BY-SA 3.0/Atribution-ShareAlike

 

Arachnida, sebagaimana dijelaskan dalam Dosen Biologi.com, adalah hewan yang masuk dalam kategori invertebrata [tidak memiliki tulang belakang] dengan filum arthropoda.

Hewan ini bercirikan memiliki kaki banyak dan berbuku, sebagaimana kalajengking, laba-laba, dan lainnya. Kelompok hewan ini merupakan hewan yang telah berkembang selnya, multiseluler.

Baca: Begini Penampakan Kalajengking Laut Purba, Satwa Laut Buas yang Pernah Ada

 

Kalajengking hitam dibawah sinar biru. Foto: Jonbeebe/Wikimedia/Creative Commons/CC BY-SA 3.0/Atribution-ShareAlike

 

Para peneliti, pertama kali menyelidiki fosil kalajengking tertua yang ditemukan awal 1980-an. Tetapi, mereka tidak paham apa yang mereka temukan itu dan menyimpannya di Museum Geologi Universitas Wisconsin.

“Bahkan beberapa dekade kemudian, kami tidak tahu bila memiliki kalajengking,” ujar Andrew Wendruff, ahli paleontologi di Departemen Biologi dan Ilmu Bumi, Universitas Otterbein, Westerville, Ohio, Amerika.

Wendruff dan tim mulai meneliti fosil dari Waukesha itu sekitar 2016. Setelah melihat seluruh koleksi, terutama arthropoda dan cacing, para peneliti melihat yang tampak itu seperti dua kalajengking.

“Makhluk-makhluk itu memiliki tujuh bagian di dada atau lempeng perut,” jelas Paul Selden, ahli paleontologi di Universitas Kansas, Lawrence, yang tidak terlibat dalam penelitian. Fosil kalajengking lebih muda memiliki enam lempeng perut dan yang dewasa punya lima lempeng.

Para ilmuwan juga mencatat, anatomi internal hewan purba yang diteliti ini terpelihara baik, jarang ditemukan pada fosil zaman sekarang. Ketika mereka membandingkan anatomi Parioscorpio venator dengan kalajengking moderen, ada kesamaan mencolok dalam struktur sirkulasi dan pernapasan.

“Ini menunjukkan, bagian-bagian anatomi internal kalajengking tidak banyak berubah dalam hampir 440 juta tahun,” lanjut Dunlop. Para peneliti mengetahui umur fosil ini, berkat fosil hewan tua lain yang ada di situs tersebut.

Baca: Wallacea Adalah Sepenggal Surga di Bumi

 

Holotif Parioscorpio venator. Sumber: Jurnal Nature edisi 16 Januari 2020

 

Pertanyaan muncul, apakah Parioscorpio venator hidup di air atau di darat? Arachnida ada di antara hewan pertama yang hidup di permukaan tanah. Namun, ilmuwan tidak tahu apakah ia satu nenek moyang, di daratan, lalu bercabang ke berbagai kelompok arachnida yang kita kenal sekarang. Atau juga, ada beberapa kelompok mendarat mandiri.

“Ada banyak kontroversi apakah kalajengking awal ini bersifat akuatik atau tidak,” papar Shelden.

Wendruff dan kolega berpendapat, struktur internal Parioscorpio venator sangat mirip dengan kalajengking moderen, yang sangat memungkinkan hidup di darat. Namun, karena spesimen ini ditemukan di antara fosil-fosil laut lain, di endapan laut dangkal dekat garis pantai, kemungkinan juga ia hidup di air.

Namun, dari dua fosil tersebut, tidak ada yang menunjukkan bukti adanya insang atau paru-paru purba. Atau, struktur anatomi lain yang dengan tegas mengungkap hal itu. “Sayang, tidak ada bukti sama sekali yang mengarah kesana,” ungkap Selden.

Baca: Bukan Monster, Memang Begini Penampakan Kepiting Purba

 

Perbandingan kalajengking Parioscorpio venator [kiri] dengan kalajengking moderen [kanan]. Sumber: Jurnal Nature edisi 16 Januari 2020

 

Wendruff dan timnya berhipotesis, Parioscorpio venator hidup di air tetapi mampu menjelajah ke daratan, seperti yang dilakukan kepiting tapal kuda moderen untuk kawin dan bertelur. Menurut Dunlop, kalajengking juga awalnya dapat mendarat untuk mengejar mangsa, terutama serangga primitif, kaki seribu, dan arachnida lainnya, yang juga muncul dalam catatan fosil periode ini.

Fosil kalajengking lebih tua dan yang terawat baik ini bisa membantu menyelesaikan perdebatan. “Pada titik tertentu, seseorang akan menemukan kalajengking yang lebih tua. Untuk saat ini, kita dengan jelas menggunakannya sebagai dasar dari alur kehidupan kalajengking,” papar Wendruff.

Baca juga: Sudah Mati 110 Juta Tahun, Mata Laba-laba Ini Masih Bersinar

 

Rekonstruksi penampakan Parioscorpio venator yang diperkirakan berusia 430 juta tahun. Sumber: Jurnal Nature edisi 16 Januari 2020

 

Diperkirakan, ada sekitar 2.000 jenis kalajengking yang hidup di muka Bumi, dari jumlah tersebut diperkirakan sekitar 30-40 jenis yang memiliki racun mematikan. Termasuk, dapat menyebabkan kematian pada manusia.

Semua jenis kalajengking memiliki bisa yang termasuk dalam neurotoksin atau racun saraf. Kecuali, jenis Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa sitoksik [racun sel]. Kalajengking akan menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa agar mudah dimakan.

 

 

Exit mobile version