Mongabay.co.id

Hiu Berjalan di Perairan Indonesia Ternyata Masih Berevolusi

 

Pada awal 2017, publik Indonesia dikagetkan dengan hasil temuan adanya spesies hiu berjalan (walking shark) di perairan Indonesia, khususnya Indonesia Timur. Penemuan tersebut didapat melalui hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama sejumlah lembaga seperti Conservation International (CI) Indonesia.

Dua tahun berlalu, LIPI kembali mempublikasikan hasil penelitian terbarunya tentang hiu berjalan melalui jurnal internasional Marine and Freshwater Research. Publikasi tersebut menjadi bukti kerja sama yang harmonis antara LIPI, CI Indonesia, dengan lembaga lain seperti Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), University of Queensland, dan University of Florida.

Dalam jurnal tersebut, diungkap fakta terbaru bahwa spesies hiu berjalan yang ada di Indonesia saat ini, diketahui masih akan mengalami proses evolusi. Perkiraan itu didapat setelah tim meneliti sejumlah spesies hiu berjalan yang dijumpai di perairan bagian barat pulau Papua.

“Di antaranya adalah hiu berjalan Raja Ampat dan Halmahera. Spesies tersebut masih dalam proses diferensiasi,” ungkap peneliti senior LIPI Fahmi dalam keterangan resmi kepada Mongabay, Rabu (22/1/2020).

baca : Ternyata Perairan Indonesia Timur Adalah Rumah Hiu Berjalan yang Hanya Ada di Indonesia

 

Satu dari enam jenis hiu berjalan yang terdapat di perairan Indonesia. Foto : CI Indonesia

 

Meski demikian, walau hiu berjalan diketahui melakukan evolusi, namun Fahmi menyebut kalau proses tersebut belum diketahui secara pasti detilnya. Mengingat, proses evolusi yang dilakukan pada satu spesies akan memerlukan waktu yang lama.

Menurutnya, karena hiu berjalan menjadi spesies unik dan satu-satunya di dunia, ditambah sedang melakukan proses evolusi, maka sudah sewajarnya jika Pemerintah Indonesia memberikan perlindungan penuh akan keberadaan mereka.

Saat ini, Fahmi mengatakan kalau hiu berjalan yang ada di Indonesia jumlahnya mencapai enam spesies. Kehadiran enam spesies tersebut menegaskan kalau perairan di Indonesia menjadi rumah utama bagi hiu berjalan yang jumlahnya ada sembilan spesies di dunia.

“Mengingat spesies-spesies tersebut merupakan endemik maka Pemerintah Indonesia harus bangga, dan perlu memastikan bahwa jenis hiu unik ini serta habitatnya dilindungi,” ujarnya.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Andi Rusandi mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan LIPI bersama lembaga lain itu menegaskan kalau Indonesia adalah negara di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati laut sangat tinggi.

Bagi KKP, apa yang ditemukan oleh tim peneliti tersebut akan menjadi bekal sangat berharga bagi para peneliti, Pemerintah, dan LSM untuk bisa memahami lebih lanjut tentang spesies unik tersebut.

Untuk itu, Andi meminta agar masyarakat bisa ikut menjaga keberadaan spesies hiu berjalan yang ada di Indonesia dengan ikut menjaga kelestarian ekosistem alam di laut. Upaya itu, juga bisa dilakukan dengan menerapkan disiplin berperilaku yang tinggi saat sedang berwisata di laut.

baca juga : Hiu Berjalan, Si Unik dari Negeri Seribu Pulau

 

Satu dari enam jenis hiu berjalan yang terdaptr di perairan Indonesia. Foto : TWP Gili Matra/BKKPN Kupang

 

Evolusi Berlanjut

Peneliti dari University of Queensland, Australia Christine Dudgeon menyatakan bahwa hiu berjalan yang ditemukan tim peneliti merupakan spesies hiu terakhir yang melakukan evolusi. Proses evolusi itu diketahui terjadi sekitar sembilan juta tahun yang lalu dan itu menjadikan hiu berjalan sebagai spesies hiu termuda yang melakukan evolusi.

“Karena sebagian besar hiu terakhir berevolusi sekitar 200 juta tahun yang lalu,” jelas Christine dalam keterangan resmi LIPI.

Dia mengatakan, temuan perkiraan waktu evolusi yang dilakukan hiu berjalan, didapat melalui pendekatan filogeni molekuler. Dengan pendekatan tersebut, tim peneliti bisa memperkirakan kapan spesies hiu berjalan melakukan evolusi dan sekaligus bisa menyelidiki proses yang mengarah pada spesiasi atau proses terbentuknya spesies baru.

Saat penelitian dilakukan, lanjutnya, tim menemukan fakta bahwa perubahan permukaan laut, formasi terumbu karang, dan daratan ikut memainkan peran yang sangat penting dalam proses evolusi pada spesies hiu berjalan.

Lebih detil, Direktur Program Penelitian Hiu pada Museum of Natural History, Florida, Amerika Serikat, Gavin Taylor menyebutkan kalau genus hiu berjalan menjadi penjelasan bahwa terjadi proses radiasi terkini dari jenis-jenis hiu lainnya yang ada di dunia.

Selain itu, hiu berjalan yang ada saat ini di wilayah barat dari pulau Papua diperkirakan masih sedang dalam proses diferensiasi. Bagi dia, proses evolusi yang masih berlangsung hingga kini pada hiu berjalan, memberikan kesempatan manusia untuk bisa melihat secara langsung proses evolusi.

“Itu sebelum Dinosaurus muncul,” tegas Gavin.

Sedangkan Senior Director Marine Program CI Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan bahwa spesies hiu berjalan yang ada di Indonesia pertama kali digambarkan pada 1824 dari perairan Kepulauan Raja Ampat yang kini masuk wilayah Provinsi Papua Barat. Spesies tersebut diketahui bernama Hemiscyllium freycinetti.

Kemudian, pada 2008 diketahui ada dua spesies hiu berjalan yang dideskripsikan berasal dari perairan Kaimana (Papua Barat), yaitu H. henryi dan dari perairan Teluk Cendrawasih, Nabire (Papa), yaitu H. galei. Lalu, pada 2013 ditemukan juga spesies hiu berjalan dari perairan Halmahera (Maluku), yaitu H. halmahera.

perlu dibaca : Video: Spesies Baru Hiu Berjalan Ditemukan di Perairan Halmahera

 

Jenis-jenis hiu berjalan yang merupakan satwa endemik Indonesia. Foto : Conservation International Indonesia

 

Unik

Victor menjelaskan, hiu berjalan memang menjadi unik karena memiliki perbedaan dibandingkan dengan hiu pada umumnya. Perbedaan itu terletak pada sirip mereka yang berfungsi seperti kaki pada manusia atau binatang darat, yaitu untuk berjalan.

“Hal ini yang menjadi daya tarik bagi peneliti untuk memahami spesies ini lebih dalam. Namun, dikarenakan habitatnya yang terbatas dan terisolasi, mereka sangat rentan terhadap ancaman seperti penangkapan berlebih,” paparnya.

Bentuk ancaman yang dimaksud Victor, ternyata tidak hanya berasal dari kegiatan yang ada di kawasan pesisir saja. Melainkan juga, berasal dari kegiatan yang ada di kawasan darat, seperti sampah, limbah dari pabrik, dan pembangunan yang tidak terkendali dan terencana.

Hal-hal tersebut, disinyalir akan merusak terumbu karang yang merupakan habitat penting dimana hiu berjalan menghabiskan seluruh hidupnya. Untuk itu, dia menyarankan agar segera dilakukan upaya konservasi yang terintegrasi antara darat dan laut untuk memastikan keberlangsungan hidup dari spesies endemik ini.

Victor berharap, penemuan hiu berjalan tersebut bisa menjadi rujukan bagi Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) untuk menetapkan mereka sebagai salah satu spesies yang terancam. Adapun, dari sembilan spesies yang ada di dunia, tiga spesies hiu berjalan diketahui berada di perairan Indonesia dan tidak memiliki data yang mencukupi (data deficient) untuk penetapan status keterancaman punah.

Dorongan untuk menetapkan hiu berjalan ke dalam daftar IUCN, didasarkakan pada pengalaman Indonesia selama hampir empat dekade terakhir. Di mana selama waktu tersebut, Indonesia menjadi negara penangkap hiu dan pari terbesar di dunia.

 

 

Jenis-jenis hiu berjalan yang merupakan satwa endemik Indonesia. Foto : Conservation International Indonesia

 

Namun, Victor menerangkan, status sebagai produsen terbesar di dunia tersebut didapat Indonesia, karena permintaan yang tinggi dari pasar seperti negara Asia, khususnya Tiongkok terhadap hiu dan pari. Akibat terus meningkatnya permintaan, keberadaan spesies hiu dan pari di Indonesia sudah ada di ambang kepunahan.

“Setidaknya, kepunahan lokal,” tegas dia.

Diketahui, sampai saat ini spesies hiu yang mendapatkan perlindungan penuh di Indonesia adalah hiu paus. Status perlindungan tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013. Setelah keputusan tersebut terbit, kesadaran untuk melindungi hiu paus semakin meningkat.

Untuk memastikan keberlanjutan hidup populasi hiu dan pari di Indonesia, KKP telah membuat Rencana Aksi Nasional Konservasi Hiu dan Pari 2016-2020. Dokumen ini merupakan pedoman untuk terciptanya upaya pengelolaan hiu dan pari di Indonesia yang kolaboratif dan komprehensif.

 

Exit mobile version